“Masih ada enam duri segel, kau bisa melanjutkan.” Siluet pelangi itu perlahan membuka mulut.
Wang Lin diam, menekan keraguan dalam hatinya, tangan kanannya mengenggam duri kelima di perut Qingshui—posisi duri itu tepat di Dantian kultivator.
“Duri kelima ini mengurung Yuan-nya!” Suara siluet pelangi mengambang tak berwujud, bergema di telinga Wang Lin.
Pada saat menyentuh duri mengerikan itu, energi surgawi dalam tubuh Wang Lin dan kekuatan Dao Gu bersamaan beroperasi. Tubuhnya seakan hendak hancur, di bawah peleburan dua kekuatan tersebut, mereka menerjang masuk ke lengan kanannya, menggenggam duri kelima itu, lalu menariknya keluar dengan keras.
Dengan gemuruh, duri itu langsung tercabut. Namun tubuh Wang Lin terguncang hebat. Lengan kanannya mengeluarkan dentuman bergelombang, kabut darah meledak. Tubuhnya mundur beberapa langkah sambil mengeluarkan napas kasar sebelum akhirnya berhenti.
Mata Wang Lin dipenuhi urat darah. Ia melangkah maju, kembali ke sisi Qingshui. Di wajah Qingshui terpancar penderitaan yang ekstrem, dengusan kesakitan samar-samar terdengar dari mulutnya.
Setelah mendekati Qingshui, tanpa keraguan sedikit pun, Wang Lin mengulurkan kedua tangannya serentak, mencengkeram duri keenam dan ketujuh di kaki Qingshui!
Sebelum orang pelangi sempat berbicara, Wang Lin menggeram rendah. Kedua lengannya tiba-tiba memancarkan cahaya emas, diselimuti hawa Daogu. Dalam keadaan berlumuran darah segar, ia menggunakan seluruh tenaga pada kedua tangannya untuk menarik dengan kasar!
Sekuat hati Qingshui, bahkan dia tak sanggup menahan sakit yang luar biasa ini. Dengan gigi terkatup, jerit kesakitan yang seharusnya keluar berubah menjadi desisan nafas tertekan.
Gemuruh! Dua duri mengerikan berhasil dicabut seluruhnya oleh Wang Lin. Namun tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat, darah mengalir dari sudut bibirnya. Kekuatan penolakan dalam tubuhnya telah mencapai puncak, membuat ekspresinya terdistorsi.
"Bagus, masih ada tiga. Tapi tiga duri terakhir ini tidak mudah dicabut. Jika akhirnya bisa kau lakukan, akan kuberikan hadiah." Siluet pelangi itu tetap tenang, suaranya samar. Tangan kanannya terangkat menyapu kabut pelangi, seketika kabut itu bergulung-gulung. Sekejap mata, deru dahsyat bergema. Sebuah buah kuning raksasa perlahan muncul dari kabut pelangi, mulai menyusut ke bawah.
Di buah itu masih tersambung sebuah ranting. Saat jari telunjuk tangan kanan siluet pelangi menyentuhnya, ranting itu langsung hancur. Buah dan ranting terpisah, jatuh ke bawah.
"Inilah hadiah untukmu."
Wang Lin menatap buah jalan suci itu dengan kening berkerut. Kehadiran siluet pelangi ini mengingatkannya pada Tian Yunzi dulu. Ia tidak bisa menebak, tidak bisa memahami—mengapa sosok ini membiarkannya menyelamatkan Qingshui, memberitahunya tentang Daogu, bahkan memberikan buah jalan suci ini!
Semua ini, pasti bukan tanpa alasan, pasti ada masalah di baliknya!
Wang Lin terdiam, menarik kembali pandangannya dari buah jalan suci itu, lalu menatap bagian kepala Qing Shui, beberapa inci di sebelah ubun-ubunnya, di mana duri mengerikan kedelapan terlihat jelas.
Dua duri tersisa, meski terlihat oleh Wang Lin, tidak mudah diambil.
Menarik napas dalam-dalam, tangan kanan Wang Lin perlahan bergerak mendekati ubun-ubun Qing Shui. Gerakannya kali ini sangat lambat, jauh lebih hati-hati dibanding aksinya sebelumnya yang tanpa ragu-ragu.
Duri kedelapan ini terletak di ubun-ubun - titik pertemuan hidup dan mati. Andai duri ini tertancap tepat di pusat, mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi kenyataannya miring beberapa inci, membuat Wang Lin tak bisa memahami logikanya.
"Duri kedelapan ini bukanlah segel, melainkan pembuka siklus reinkarnasinya..." Siluet pelangi itu tersenyum samar, menyaksikan jemari Wang Lin yang perlahan mendekati duri kedelapan.
Di depan duri mengerikan itu sejauh satu inci, tangan Wang Lin terhenti sejenak. Duri kedelapan ini berbeda dengan tujuh lainnya. Meski duri-duri sebelumnya tertancap dalam tubuh Qing Shui, sebagian besar masih menyembul di luar. Namun duri kedelapan ini hampir seluruhnya tertusuk ke ubun-ubun Qing Shui, hanya tersisa dua inci di permukaan.
Dua inci, sangat pendek!
Tangan Wang Lin terpaksa membeku. Ia tak tahu apa yang akan terjadi pada Qing Shui jika duri ini dicabut. Posisi ini benar-benar terlalu berbahaya.
Qing Shui perlahan mengangkat kepalanya, memandang Wang Lin. Meski wajahnya masih menyiratkan penderitaan, sorot matanya tetap jernih. Setelah lama memandang, ia mengangguk.
Wang Lin menggigit giginya. Tangan kanannya menyambar duri kedelapan itu tanpa keraguan. Saat genggamannya mencengkeram, seluruh tubuh Qing Shui bergetar hebat. Sakit tak kasat mata itu memaksanya mengeluarkan deru menderu teredam dari mulutnya.
Di saat tangan Wang Lin menyentuh duri-duri mengerikan itu, seketika pikirannya kacau balau. Adegan-adegan memori yang terdistorsi langsung berhamburan. Semua ingatan ini bagai serpihan-serpihan, membanjiri masuk ke dalam benaknya hingga membuat kepalanya terasa mau pecah.
Ia sama sekali tak sempat memeriksa memori-memori itu. Tangan yang mencengkeram duri ke-delapan itu ditarik dengan keras ke luar, terangkat empat inci!
Qing Shui mengatupkan giginya. Dari awal hingga akhir tak mengeluarkan teriakan keras. Dengan mati-matian menahan sakit, suara menderu yang teredam keluar dari sela-sela giginya.
Beberapa sekejap napas yang singkat itu terasa seperti keabadian bagi Wang Lin dan Qing Shui. Duri itu sedikit demi sedikit tercabut. Ekspresi Wang Lin berkerut-kerut, serpihan-serpihan memori yang tak terhitung di benaknya hampir membuatnya mengamuk. Namun tangannya sama sekali tak goyah. Perlahan, sangat perlahan, duri itu semakin terangkat tinggi.
Akhirnya, duri-duri mengerikan yang menancap dalam di kepala Qingshui berhasil dicabut sepenuhnya oleh Wang Lin. Saat ujung terakhir duri itu meninggalkan ubun-ubun Qingshui, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Seluruh tubuhnya terlepas dari gunung dan terjatuh ke pelukan Wang Lin.
Kepalanya terkulai di bahu Wang Lin. Tubuhnya yang lemah bagai tak berbobot, hanya suara parau dari mulut Qingshui yang terdengar di telinganya.
"Terima kasih..." Ucapnya lirih sebelum kesadarannya memudar.
"Saudara Senior..." Wang Lin melemparkan duri di tangannya, memeluk erat Qingshui sementara air mata membasahi pipinya.
"Lumayan. Hanya dua Feng Ci terakhir yang lebih sulit dari sebelumnya. Cukup! Bawalah dia pergi dari sini." Siluet pelangi itu menggerakkan tangan kanannya, buah jalan suci di sampingnya langsung menyambar ke arah Wang Lin.
"Benda ini sudah dijanjikan untukmu, ambillah!"
Wang Lin menyangga Qingshui sambil menerima buah jalan suci, menatap dalam-dalam ke arah figur cahaya pelangi itu, lalu menyimpan buah jalan suci. Dengan tetap menyangga Qingshui, ia melesat dengan cepat ke belakang, berusaha menjauh dari Dunia Pelangi ini.
Terhadap sosok cahaya pelangi itu, Wang Lin merasakan ketakutan yang pekat. Ia tak bisa menebak tujuan sebenarnya di balik semua tindakan itu. Dalam keheningan, tepat di sekejap mata sebelum pergi, Wang Lin tiba-tiba berhenti. Ia berbalik memandang ke belakang, ke siluet cahaya pelangi yang masih terlihat di kejauhan.
"Mengapa!" Suara Wang Lin parau, melontarkan pertanyaan itu.
"Dia hanyalah bidak dalam permainan. Karena kau ingin menyelamatkannya, kubiarkan kau membawanya pergi. Mengapa? Aku ingin melihat... di bawah karya takdir, apakah kultivator spiritual yang muncul di sini akan mengalami perubahan indah seperti pemuda Zhan Yuan itu... Mungkin dalam perubahan itu, aku bisa menemukannya..."
"Apa yang kau cari!" Kening Wang Lin berkerut, tak memahami ujaran sang figur.
“Jika kau bisa bertemu, kau akan tahu.” Manusia pelangi itu tersenyum tipis, menggerakkan tangan kanannya ke depan. Seketika tubuh Wang Lin tak bisa dikendalikannya sendiri, mulai melangkah mundur.
Sorot mata Wang Lin menunjukkan keterkejutan. Tubuhnya terus melangkah, perlahan menjauh, keluar dari Dunia Pelangi.
"Apakah kau Immortal Venerable?!" Di detik terakhir sebelum pergi, Wang Lin melontarkan pertanyaan terakhir.
"Iya... dan bukan..." Suara samar-samar bergema. Penglihatan Wang Lin berkunang-kunang. Saat jelas kembali, dia sudah berdiri di angkasa Domain Bintang Kunxu. Di depannya, celah Dunia Pelangi perlahan mengkerut, akhirnya menghilang tanpa jejak.
Tubuhnya kembali merdeka, namun adegan-adegan tadi memberi kesan sangat mendalam. Samar-samar dia seperti memahami sesuatu, namun lebih banyak kebingungan yang tersisa.
"Apa yang dia cari... Jika 'kultivator kecil Zhan' yang dia sebutkan adalah kakek tua Zhan, perubahan luar biasa apa sebenarnya yang terjadi pada tubuh orang itu..."
"Perubahan ini, akan memungkinkan orang pelangi tersebut menemukan apa yang ingin dicari..." Dalam diam, Wang Lin mundur ke belakang, dengan tatapan kompleks memandang Dunia Pelangi yang menghilang, lalu lenyap di kejauhan.
"Apakah masalah pada Qingshui hanya permainan belaka..." Sorot mata dingin berkilat di mata Wang Lin. Ia menggendong Qingshui muncul di luar area markas besar Aliansi, di sebuah planet Wildlands.
Planet ini tidak memiliki kultivator maupun energi spiritual, hanya dihuni beberapa binatang buas. Namun bagi Wang Lin, tempat ini adalah lokasi terbaik untuk melepas segel pada Qingshui.
Di sebuah lembah di planet ini, Wang Lin duduk bersila. Ia meletakkan Qingshui yang tak sadarkan diri di hadapannya. Menarik napas dalam-dalam, ia memejamkan mata dan berusaha menekan kekuatan penolakan dalam tubuhnya. Namun akhirnya sulit dilakukan, hanya bisa sedikit meredakan sakit yang luar biasa hebat itu.
Di dalam tubuhnya, masih ada tak terhitung duri-duri mengerikan yang seolah tumbuh di daging. Meski tak terlihat di permukaan kulit, setiap tarikan napas mengingatkan Wang Lin tanpa henti akan keberadaan mereka melalui kesakitan yang menyeluruh.
Menyelamatkan Qingshui kali ini membutuhkan pengorbanan yang sangat besar.
Namun sekalipun Wang Lin diberi pilihan lagi, ia akan melakukannya tanpa ragu-ragu. Bahkan jika tindakan ini bertentangan dengan kecerdikannya, bahkan jika tindakan ini terlihat sangat bodoh.
Alasan ia menunggu bertahun-tahun sebelum menyelamatkan Qingshui adalah karena tingkat kultivasinya saat itu belum memberikan seberkas peluang keselamatan. Ia tak mampu menyelamatkan.
Namun kini, dengan tingkat kultivasinya yang telah mencapai seberkas kemungkinan untuk menyelamatkan Qingshui, jika ia tetap menunggu hingga peluangnya membesar, menunggu hingga menjadi ahli Langkah Ketiga, menunggu hingga memiliki kekuatan yang cukup—entah Qingshui masih hidup atau tidak saat itu...
Manusia, terkadang jika segala hal dihitung begitu jelas, dianalisis begitu gamblang, setiap langkah selalu mempertimbangkan kepentingan diri sendiri, maka pada akhirnya, orang seperti ini takkan pernah memahami apa itu cinta.
Meski tahu itu berbahaya, namun tetap harus dilakukan! Andaikan posisinya tertukar dengan Qingshui, Wang Lin yakin bahwa dengan sifat Qingshui, dia akan membuat pilihan yang sama - dia akan menyelamatkan Wang Lin!
Hal ini saja sudah cukup.
Logika yang begitu sederhana, pilihan yang begitu langsung, tapi berapa banyak di dunia ini yang sanggup melakukannya... Kehidupan, semua orang menyayanginya. Tapi ada kalanya, beberapa hal lebih berharga daripada nyawa.
Hanya saja, mereka yang masih memercayai prinsip ini mungkin sudah sangat, sangat sedikit.
Wang Lin bukanlah junzi, bukan kultivator tak berperasaan. Dia manusia berdarah-daging dengan cinta terdalam dan sifat sejati.
