Gelombang energi tak kasat mata menyapu dari pusat gunung ke segala penjuru, deru dahsyat bergema menggetarkan langit-bumi, membentuk kewibawaan semesta yang tersedot kembali dalam formasi cincin.
Lebih dari itu, di bawah satu telapak tangan ini, Wang Lin memendam pemahaman inti Petir dan Api-nya sebagai sebuah benih dalam-dalam di jiwa Tiga Belas!
"Aku tidak memberimu Magic Treasure, hanya benih inti ini yang kuhadiahkan!"
Tubuh Tiga Belas bergetar, di pikirannya seiring telapak tangan Wang Lin menghunjam, sebuah benih emas terbuka dengan jelas dalam proses pemadatan. Benih emas ini terkandung pemahaman sempurna Wang Lin tentang Api dan Petir, ini adalah hawa Langkah Ketiga!
Lebih lagi dalam benih ini, terkandung darah dan energi surgawi Wang Lin, karenanya warnanya adalah emas!
Satu benih ini, cukup untuk disetarakan dengan Harta Karun Tertinggi langit dan bumi, tingkat keberharganya bahkan mampu memicu sebuah malapetaka. Kini, Wang Lin memberikannya pada murid pertamanya, Tiga Belas!
“Guru, pergi…” Wang Lin menatap dalam-dalam ke arah Tiga Belas, mengambil patung Gu yao darinya, lalu berbalik melangkah mantap ke langit. Perlahan-lahan tubuhnya menghilang, dan pada detik terakhir sebelum lenyap sepenuhnya, ia seolah menolehkan kepala. Sorot mata penuh kehangatan seperti seorang ayah tertuju ke Tiga Belas di bawah, diikuti anggukan halus.
“Lakukanlah apa yang kau anggap benar… Selama kau yakin itu tak mengkhianati hatimu, bahkan jika kau membuat malapetaka sebesar langit, gurumu akan tetap di sisimu… Carilah perempuan yang kau sukai, jangan seperti aku…”
Tiga Belas menggigit bibirnya, butiran air mata mengalir di pipi. Diam-diam ia menyaksikan sang Guru menjauh, sembilan kali kepalanya menyentuh tanah dalam sujud penghormatan terakhir.
Wang Lin berjalan sunyi di angkasa. Datang seorang diri, pergi pun sendiri. Dua ribu tahun lebih mengarungi waktu, seolah kesendirian telah menjadi bagian dari dirinya. Terbiasa memandang nebula berkilauan sendirian, menghirup napas kesepian yang tak terucapkan.
Ia memang sudah terlalu lama terbiasa…
Patung Gu Yao tidak langsung diserapnya ke dalam mata kiri, melainkan disimpan di ruang penyimpanan. Kini dia masih bisa mempertahankan ledakan kekuatan penolakan, hanya dengan menyerapnya di momen paling kritislah patung ini dapat berfungsi maksimal.
Jika bisa tidak menyerap, Wang Lin lebih memilih untuk tidak melakukannya.
Dia ingin menunggu patung Gu Yao ini tumbuh lebih kuat lagi. Sedangkan Gu Yao yang ditangkapnya di Luotian masih tersegel di ruang penyimpanan, belum saatnya digunakan.
Janjinya dulu untuk memberikan seberkas harapan, hal ini tidak pernah dilupakan Wang Lin.
Di hamparan angkasa yang sunyi bak malam gelap, hanya saat pertarungan kultivator terdengar gemuruh ledakan. Kini, di bawah kesunyian ini, Wang Lin melangkah perlahan menjauhi tempat itu.
Gerakannya terlihat lambat, namun setiap langkahnya mencakup jarak tak terhingga, tak berbeda dengan teknik "Mengkerutkan Bumi Menjadi Inci" yang menyatu dengan langit-bumi.
Dunia Hujan, Wang Lin tidak pergi. Bukan karena tidak ingin, namun waktunya tidak mencukupi. Melewati pintu gerbang Dunia Hujan yang tersembunyi, Wang Lin menoleh tajam ke belakang sebelum berbalik pergi. Ia harus menjemput kembali si orang gila terlebih dahulu.
Di dalam Domain Bintang Kunxu, di area pinggiran lainnya yang luas, terdapat sebuah planet kultivasi. Planet ini bukanlah Zhu Que, melainkan planet kultivasi tingkat tujuh.
Sekelilingnya dikitari beberapa bintang kecil. Dari kejauhan, tempat ini terlihat sangat hening.
Mungkin karena lokasinya yang terpencil, jumlah kultivator yang datang ke sini tidak banyak.
Saat ini, di atas planet kultivasi tersebut, di sebuah kota fana yang telah memasuki musim gugur. Angin musim gugur bergelombang membawa hawa dingin, menyapu sekilas permukaan bumi, memasuki gerbang kota-kota, seolah membawa sesuatu pergi sebelum menjauh lagi.
Ini adalah kota kecil dengan populasi orang biasa yang tidak banyak. Pejalan kaki di jalanan jarang, hanya spanduk-spanduk di depan toko yang bergoyang ditiup angin musim gugur, menampakkan kesan sepi.
Beberapa kios kecil berdiri di sudut gang, para penjaga kebanyakan menguap lepas, saling berbincang malas tentang gosip pasar. Meski berpakaian tebal, saat angin musim gugur menerpa, mereka tetap merasakan hawa dingin.
Gemerisik dedaunan layu samar-samar mengitari, daun-daun kering itu tertiup angin, meluncur di sepanjang jalan. Sebagian tersangkut di meja-kursi kios, menghindar ke samping lalu melanjutkan perjalanannya ke kejauhan.
Beberapa daun musim gugur lainnya terangkat oleh angin, berputar membentuk spiral Xuan, menari-nari ke ujung jalan lain. Plak! Selembar menempel di wajah seseorang.
Orang itu sebelumnya berjalan congkak dengan dua pengikut di belakangnya. Kedua pengikut itu terus menjilat dengan senyum palsu, membuat sang tuan tertawa puas diri bergelombang.
Tawa itu terputus oleh daun musim gugur yang menempel di wajahnya. Bergumam, ia menampar wajahnya sendiri, mencabut daun itu dan melemparkannya ke tanah. Tubuhnya melompat sambil menginjak-injak daun tersebut dengan keras berkali-kali.
Sambil menginjak, ia juga terus menggeram rendah.
"Daun kecil-kecil berani mengincar Wang! Hmph, lihat bagaimana Wang akan mengatasimu!" Pria itu terus menginjak selama lebih dari sepuluh tarikan napas, hingga angin bertiup membawa pergi daun yang sudah hancur itu, barulah ia berhenti dengan enggan.
Dialah si orang gila. Dua orang di belakangnya tak lain adalah Xu Liguo dan Liu Jinbiao. Keduanya tampak sudah terbiasa dengan tingkah si gila, saling bertukar pandang.
"Lao Liu, aku rasa ucapannya mengandung sindiran... Jangan-jangan dia sudah mencurigai sesuatu." Xu Liguo berkedip melihat daun yang terbang menjauh, mengirim pesan suara kepada Liu Jinbiao.
“Menurut analisisku, orang ini benar-benar gila, dia pasti bukan melihat, Tuan Xu tenang saja.” Liu Jinbiao meraba dagunya, mengirim pesan melalui suara.
Xu Liguo mengangguk mendengar itu. Dia sangat percaya pada penilaian Liu Jinbiao. Beberapa hari terakhir, mereka berdua bersekongkol menghitung orang gila itu, berhasil mendapat banyak keuntungan.
Memikirkan ini, Xu Liguo buru-buru menunjukkan ekspresi menjilat, maju ke depan untuk meremas bahu si orang gila sambil menatap tajam daun yang terbang itu. "Benar! Injak sampai mati! Berani-beraninya mengganggu Pangeran! Pangeran, maukah hamba tangkap dan bawa kemari untuk Pangeran siksa lagi?"
Si orang gila menggerakkan tangannya besar-besar sambil tertawa puas. "Cukup! Wang akan maafkan daun kecil ini. Xiao Xu, mana gadis kecil yang kau janjikan? Cepat bawa Wang ke sana! Jika bisa memenuhi standar Wang, akan kuberi hadiah!"
Xu Liguo langsung bersinar matanya mendengar kata "hadiah", sementara Liu Jinbiao di sampingnya hanya batuk-batuk kecil dengan ekspresi datar, seolah tak tergoda.
"Pangeran, yang sebelumnya tak ada yang memenuhi standarmu. Kali ini aku Xu Liguo sudah mengorbankan darah hati, baru menemukan satu lagi. Pasti bisa memuaskanmu! Tapi..." Sebelum Xu Liguo selesai bicara, si orang gila itu mengangkat tangan kanan dan menggigitnya, langsung mengeluarkan darah yang diusapkannya ke tubuh Xu Liguo.
"Cukup, kan?"
Wajah Xu Liguo dipenuhi kegembiraan. Dengan hati-hati ia mengumpulkan darah segar yang menempel di tubuhnya, menyimpannya lalu buru-buru mengangguk.
Bahkan Liu Jinbiao pun matanya berbinar. Ia menjilat bibirnya sambil tetap mempertahankan ekspresi tenang, tapi matanya sesekali menyapu sekilas ke arah Xu Liguo.
Dalam ketergesaan si orang gila, ketiganya sampai di ujung jalanan ini. Di sana terdapat sebuah toko. Liu Jinbiao melangkah lebih dulu masuk ke dalam.
Setelah orang gila dan Xu Liguo masuk, ia segera menutup pintu, kedua tangan membentuk mantra dengan jari-jarinya dan mencetak beberapa cap, menyegel rapat pintu itu sebelum berbalik dan buru-buru mengikuti mereka.
"Kenapa ribet sekali ini!!" Sebelum sempat mendekat, suara mengaum orang gila itu sudah terdengar dari depan.
Di halaman belakang toko ini terdapat sebuah formasi teleportasi yang terlihat kasar, jelas baru saja disusun belum lama. Sang orang gila berdiri di luar formasi teleportasi itu sambil membentak Xu Liguo.
Xu Liguo dengan wajah penjilat meremas-remas tangannya sambil berbisik: "Paduka, barang bagus memang butuh proses. Kali ini hamba mencari seorang kultivator, kultivator tingkat Yang Shi! Awalnya dia menolak, hamba harus berbusa-busa meyakinkannya. Tapi karena statusnya mulia dan takut ketahuan, tentu harus hati-hati."
Orang gila itu menampakkan wajah tak sabar, menyeringai sambil bergumam: "Sudah berhari-hari datang ke sini, tak satu pun yang berhasil. Kali ini kalau gagal, Raja tidak akan main lagi! Di mana keseruan yang kau janjikan? Permainan apa yang belum pernah Raja coba?"
Xu Liguo terkekeh, wajahnya memancarkan ekstase lalu buru-buru berkata: "Begitu Pangeran merasakan kenikmatannya nanti, pasti akan membenarkan semua perkataan hamba. Hanya saja untuk mengaktifkan formasi ini, persediaan batu spirit hamba sangat terbatas."
Dengan ragu si orang gila kembali menggigit jarinya, memeras setetes darah segar lalu melemparkannya ke Xu Liguo sambil bergumam kesal: "Darah Sang Raja ini sangat berharga. Dulu waktu itu, si Anu..."
Tanpa menghiraukan tuduhan orang gila itu, Xu Liguo dengan bersemangat menangkap darah segar tersebut, menyimpannya dengan hati-hati lalu memberikan isyarat mata kepada Liu Jinbiao. Liu Jinbiao yang raut wajaknya tetap tenang, entah menggunakan metode apa, berhasil membuka formasi teleportasi tanpa diperhatikan sang gila. Kilatan cahaya menyala, tiga orang menghilang.
Di sebuah lembah, kilauan formasi menyala dan tiga orang muncul.
Tak lama kemudian, auman sang gila kembali menggema keras.
"Kenapa masih ada formasi teleportasi? Wang... Wang tidak mau main lagi!" Entah bagaimana Xu Liguo membujuk, setelah beberapa saat cahaya formasi menyala kembali, lembah pun tenang.
Demikianlah, di bawah amukan sang gila, puluhan lokasi seperti puncak gunung, dataran, cekungan, pulau dan lainnya satu per satu memancarkan kilauan transmigrasi. Auman sang gila semakin menjadi-jadi.
"Sebenarnya ada berapa formasi teleportasi? Kali ini Wang benar-benar tidak mau main lagi, tidak mau!! Kalian menindas orang, keterlaluan! Aku akan lapor ke Shifu!"
“Mungkin kalimat terakhir ini berpengaruh,” di samping formasi teleportasi sebuah pulau, tubuh Xu Liguo bergetar. Bahkan Liu Jinbiao kedutan kelopak matanya, buru-buru memberi kode mata pada Xu Liguo. Dari ekspresinya, seolah ketakutan hingga nyali ciut oleh ucapan terakhir itu. Keduanya selama ini telah berhasil mengorek informasi tentang sumpah guru si orang gila.
Xu Liguo juga jiwa bergetar. Selama ini ia hampir lupa sang bintang pembawa malapetaka. Sekarang buru-buru berkata: “Yang terakhir! Ini benar-benar terakhir! Tak perlu batu spirit. Naik ke sini kita bisa lihat gadis kecil itu.”
Di angkasa luar planet kultivasi, gelombang energi berpusar. Siluet Wang Lin melangkah keluar. Ia menyapu sekilas planet kultivasi di depan, tiba-tiba mengerutkan kening. Sorot mata dingin terpancar.
“Nakal!!”
