Wang Lin seolah tak menyadari kedatangan orang tua itu, jemarinya terus mengelus nisan dingin yang memancarkan hawa sejuk. Namun dingin itu berubah menjadi kehangatan seberkas demi seberkas, menghangatkan jiwanya.
Air mata menetes di pipinya, jatuh ke tanah kuburan, meresap pelan ke dalam bumi. Seperti meleleh masuk, mengalir menyentuh jasad orangtuanya.
Dingin di tangan, kehangatan di hati, air mata di mata dan rembesan kelembaban pada tanah kuburan, membuat Wang Lin seolah menyatu dengan makam orangtuanya dalam sekejap.
Penyatuan ini memancarkan nuansa yang tak terungkapkan.
Orang tua di langit tertegun menyaksikan semua ini, jiwanya bergemuruh bagai dentuman petir tak terhitung, tubuhnya gemetar samar. Sebuah teori terlintas di pikirannya, membuat sorot matanya memancarkan gejolak semangat.
Hanya satu makhluk di antara langit dan bumi yang berhak bersujud di depan nisan ini, meneteskan air mata di sini, dan menyebut "Ayah Ibu" - tak lain adalah Sang Feng Zun!
Dalam tubuh Wang Lin, cahaya lembut mulai menyebar samar, menyelimuti makam itu. Tanpa disadarinya, air mata terus mengalir saat ia memandang sedih nama orangtua di batu nisan.
Namun dalam pandangan orang tua itu, ia menarik napas dalam-dalam. Tak tahu apakah ini ilusi, di depan matanya, di sisi kiri Wang Lin tiba-tiba muncul bayangan ilusif seorang perempuan.
Siluet ini terlihat lemah, seakan tertiup angin akan menghilang. Rambut panjangnya terurai, wajahnya tak jelas, namun terasa kesedihan yang sama memancar dari dirinya.
Diam-diam ia berdiri di samping Wang Lin, memandang kuburan itu, lalu ikut bersujud.
Dari kejauhan, bayangan ilusif perempuan ini dengan Wang Lin bagai pasangan suami istri, sedang bersujud di depan makam orangtua mereka.
Seketika, di sebelah kanan Wang Lin, di bawah tatapan orang tua itu, muncul lagi bayangan ilusif seorang pemuda berusia sekitar dua puluh tahun. Wajahnya sangat mirip dengan Wang Lin. Begitu pemuda ini muncul, di sampingnya muncul bayangan ilusif ketiga - seorang perempuan.
Mereka memandang nisan itu dengan ekspresi sedih, lalu bersama-sama bersujud.
Pemandangan ini seakan keluarga empat orang yang penuh kehangatan, namun juga mengandung kepahitan yang tak terungkap di mana jiwa orang tua itu tercerai-berai.
Pada saat itu, dari langit di kejauhan bergema suara gemuruh. Si orang gila muncul sambil tertawa terbahak-bahak, di belakangnya tiga murid sang guru mengejar mati-matian.
Semua orang seketika tiba di langit di atas rumah tua ini.
Begitu tiga murid orang tua itu mendekat sambil membentak marah, sang guru segera mengibaskan lengan bajunya menggulung ketiganya ke sisinya. Dengan sekali tatapan tajam, ketiganya langsung berhenti berteriak dan menunduk tanpa bicara. Namun saat menunduk, mereka melihat Wang Lin yang sedang bersujud di depan nisan di bawah.
Si orang gila berlari cukup jauh, menoleh ke belakang dan melihat tak ada yang mengejarnya lagi. Ia menggaruk-garuk kepala, tubuhnya limbung mendarat di pekarangan sebelah rumah tua. Melihat Wang Lin bersujud di kejauhan, ia segera mendekat namun tiba-tiba mengeluarkan suara terkejut. Mengitari Wang Lin beberapa putaran, ia samar-samar melihat tiga bayangan ilusif di samping Wang Lin.
Terhadap segala sesuatu ini, Wang Lin berpura-pura tidak melihat. Diam-diam ia terus bersujud di sana, membelai nisan batu seolah sedang mengusap wajah renta orangtuanya.
Langit dan bumi pada momen ini menjadi kelam. Seiring senja yang perlahan terbenam, seluruh formasi Negara Zhao mulai bergejolak keras. Tampak para kultivator dengan kekuatan besar dari Planet Zhuque yang sebelumnya merasakan gejolak formasi, kini berubah menjadi belasan cahaya panjang yang mengaum. Dalam sekejap mata mereka menerobos masuk ke dalam formasi ini. Begitu memasuki Negara Zhao, seolah menangkap sesuatu, mereka langsung menyambar ke arah lokasi Wang Lin.
Langit yang suram seketika diterangi oleh aliran-aliran cahaya panjang. Dari kilatan cahaya itu, terlihat banyak kultivator yang bermunculan di udara, tertegun memandangi Wang Lin yang bersujud di depan nisan.
Beberapa kultivator lokal Planet Zhuque yang pernah bertemu Wang Lin, dalam situasi ini langsung mengenali identitas aslinya saat melihatnya bersujud di depan makam!
"Feng Zun!!!"
"Wang Lin!!"
Rangkaian teriakan takjulir dari mulut para kultivator yang mengenalinya memicu keributan, bagai badai yang mengguncang. Semua kultivator yang datang terguncang, ekspresi mereka menunjukkan keterkejutan dan bersemangat yang tak terpercaya.
Tiga murid orang tua itu terdiam bagaikan patung. Tak disangka, orang yang bersama si gila dan mereka anggap kampungan itu ternyata Sang Feng Zun!
Saat ini pikiran mereka blank, ketiganya telah kehilangan kemampuan berpikir, membeku di tempat.
Di kejauhan langit tiba-tiba terang, segumpal awan merah mengaum mendekat. Sekejap mata, awan kabut itu telah tiba di sini. Dari dalam kabut muncul seorang pria tua berjubah merah. Wajahnya yang beruban di bawah rambut putih memancarkan wibawa tanpa perlu marah.
Secara samar, dari penampilan tuanya masih bisa terlihat sisa-sisa wajah Zhou Wutai di masa lalu.
Pria tua ini tak lain adalah Penguasa Planet Zhuque, Zhou Wutai!
Ia memandang Wang Lin yang bersujud di bawahnya, ekspresinya dipenuhi jejak kenangan dan melankolis. Diam-diam ia berdiri lama di tengah keheningan semua kultivator yang hadir, lalu berkata dengan suara lembut:
"Kau... kembali..."
Wang Lin tidak mengangkat kepala, tatapannya tetap tertancap pada nisan. Setelah lama terdiam, ia akhirnya berbicara lirih:
"Aku... kembali..."
Zhou Wutai telah menua. Tubuhnya memancarkan aroma kesan zaman. Dengan langkah berat, ia mendekati Wang Lin lalu membungkuk memberi penghormatan ke arah makam.
“Kalian semua pergilah, biarkan aku berdua dengan dia berada dalam ketenangan.” Zhou Wutai mengangkat kepala, pandangannya menyapu sekilas para kultivator di langit. Meskipun banyak kultivator di sini yang tingkat kultivasinya lebih tinggi darinya, namun sebagai Penguasa Planet Zhuque, statusnya merupakan yang paling mulia di antara mereka. Perkataannya telah melampaui hierarki tingkat kultivasi.
Sepuluh lebih kultivator di sekeliling itu dalam diam menahan gejolak hati, memberikan penghormatan dalam-dalam kepada Wang Lin sebelum memberi salam kepada kuburan tersebut. Barulah mereka berbalik pergi dengan penuh rasa hormat.
Banyak di antara mereka bukan berasal dari Planet Zhuque, melainkan datang dari berbagai penjuru untuk secara sukarela menjaga Planet Zhuque sebagai bentuk penghormatan kepada Feng Zun.
Orang tua itu juga membawa serta tiga muridnya yang hingga kini masih tak percaya, turut pergi meninggalkan tempat.
Sekejap mata, di rumah tua ini hanya tersisa Wang Lin, Zhou Wutai, dan si orang gila. Setelah mengamati beberapa saat, si orang gila yang merasa jenuh itu berjalan sendiri ke sudut pekarangan, menyandar di tembok sambil menutup mata dan tertidur.
"Berapa lama rencananya tinggal kali ini." Zhou Wutai diam sejenak, duduk di samping Wang Lin. Tangannya kanan bergerak mengeluarkan dua kendi anggur yang ditaruhnya di sisi badan, sambil menatap kuburan itu ia berkata lirih.
Wang Lin mengangkat tangan yang tadinya membelai nisan, lalu duduk diam-diam di tanah. Tiga bayangan ilusif di sekeliling tubuhnya perlahan menghilang.
"Takkan lama..." Wang Lin mengambil satu kendi anggur, menempelkannya ke mulut lalu meneguk seteguk.
"Ini..." Arak dalam kendi itu mengandung rasa familiar, seakan mengembalikannya ke peristiwa lebih dari seribu tahun silam.
"Ini arak Keluarga Zeng. Dulu kusimpan banyak, tujuannya cuma untuk mabuk barengmu sekali lagi." Zhou Wutai berbisik pelan.
"Anak dari Keluarga Zeng itu, kujadikan murid... Jika dia tahu kamu pulang, pasti sangat senang." Zhou Wutai mengangkat kendinya, meneguk arak lalu menatap langit sambil berbicara perlahan.
Wang Lin diam, seolah terbayang di depannya sosok anak Zeng Niu dari masa lalu, bocah berbakat itu.
"Terima kasih." Wang Lin menatap makam orangtuanya, berkata lembut.
"Terima kasih untuk apa? Gelar Tuan Zhu Que ini pun kau yang berikan dulu. Hanya saja aku tak mampu mencegah perubahan Planet Zhuque. Setelah kau menjadi Feng Zun, banyak orang datang. Mereka bermaksud baik, ingin menjadikan tempat ini tanah suci. Yang bisa kupertahankan hanya Negara Zhao..." Zhou Wutai tersenyum getir sambil menggeleng, meneguk arak sebanyak satu tegukan besar.
"Aku tahu kau orang yang sentimental. Mungkin terlalu banyak perubahan di sini membuatmu merasa asing." Zhou Wutai mendesah pelan.
Wang Lin tetap diam, meneguk arak seisi kendi satu per satu hingga habis. Zhou Wutai mengeluarkan beberapa kendi lagi dan meletakkannya di depan Wang Lin.
Langit berangsur gelap, cahaya bulan menyelimuti bumi. Dalam kelembutannya, terselip hawa dingin yang menyusup perlahan.
Berdua mereka menikmati cahaya bulan, meneguk arak dari masa lalu, di luar rumah tua ini - rumah Wang Lin - sambil perlahan bercerita tentang kenangan.
“Burung Pipit dari Suku Fu, Umurnya telah terputus dan menemui ajal. Aku yang menguburkannya... Sebelum meninggal, dia terus menyebut nama Anda, Wang Lin...”
“Yun Tian Zong sekarang menjadi salah satu dari sembilan sekte besar. Namun teman lama dari masa lalu telah menghilang satu per satu. Sekarang ini Planet Zhuque, bukan hanya Anda yang merasa asing, bahkan aku pun merasakan keasingan...
Orang-orang dari masa itu, yang tersisa sudah sangat sedikit, sangat sedikit...” Zhou Wutai minum arak dengan ekspresi penuh kenangan.
“Masih ingat Zhou Zihong dari Huofen Guo? Aku baru tahu belakangan kalian pernah berhubungan baik. Dia dan ibunya Feng Luan telah pergi bertahun-tahun lalu, konon bergabung dengan sebuah sekte di Sungai Panggil...
Pasangan kultivasi Zhou Zihong itu menemui ajal dalam pertempuran besar beberapa tahun lalu...”
Wang Lin menyimak ucapan Zhou Wutai sambil diam-diam terus minum arak. Satu kendi, demi satu kendi.
“Wang Lin, sebenarnya aku sangat iri padamu...” Cahaya bulan semakin pekat, rembulan purnama menggantung di langit tinggi, di bawah selimut cahaya bulan, Zhou Wutai tampak mabuk - mungkin bukan tubuhnya yang mabuk, melainkan jiwanya.
“Kau berani meninggalkan Planet Zhuque ini, berjuang dengan gigih antara hidup dan mati... Aku tak berani, aku hanya bisa terus menjaga di sini...” Ekspresi pahit terpancar di wajah Zhou Wutai.
“Penjagaan ini telah berlangsung ribuan tahun... Aku tak pernah bisa melupakan, saat kau menunjukku sebagai Penguasa Planet Zhuque, lalu pergi sendiri, perlahan menghilang dengan punggungmu di langit. Saat itu meski iri, tapi tak separah sekarang...”
“Masih ingat muridku itu...” Zhou Wutai meneguk arak dalam jumlah besar, sorot matanya dipenuhi duka.
"Ia telah meninggal selama bertahun-tahun. Dia adalah Lapisan Transformasi Dewa-ku... Aku pernah berjanji padanya, akan menemani hingga menemui ajal... Aku menguburkannya di Planet Zhuque. Setiap kali ingin meninggalkan planet ini, aku selalu mengunjungi makamnya, diam-diam minum arak sendirian di sana." Zhou Wutai menundukkan kepala.
"Muridku itu sangat melekat pada rumah. Dia tak ingin meninggalkan kampung halaman..."
Wang Lin tak bersuara. Berdua mereka meminum arak tua Keluarga Zeng hingga rembulan perlahan menghilang, hingga ufuk langit memutih, hingga cahaya fajar pertama menyingsing.
"Wang Lin, Hong Die... mungkin tidak mati!" Di sekejap mata saat fajar tiba, Zhou Wutai yang mabuk jiwa ini mengucapkan perintah itu.
