Pepatah kuno berbunyi "Senyuman satu tatapan melahirkan seribu pesona", yang sejatinya menggambarkan kecantikan wanita. Kini, dalam tatapan balik wanita berjubah putih itu, tanpa senyuman, membuat kesan tatapannya samar-samar berubah.
Tatapan ini, sangat asing.
Pandangan wanita berjubah putih itu menyapu sekilas tubuh Wang Lin, tanpa sedikitpun kilasan keakraban, seolah melihat orang yang sama sekali tak dikenal.
Menarik kembali pandangan, wanita itu berbalik tubuh, melangkah di atas angin sepoi-sepoi, menjauh perlahan.
Wang Lin terpaku memandangi sosok itu, menyaksikan punggung yang berangsur menghilang, hingga tak lagi terlihat.
Tatapan balik yang asing merindu...
Wang Lin menutup mata, setelah waktu yang lama menghela napas perlahan.
"Sepanjang hidupku, semua orang yang kujumpai dalam mimpi, selalu memberiku kesan familiar yang tak terungkap... Zhou Rui demikian, Xu Fei demikian, Liu Mei demikian...
Selama 19 tahun sejak kutinggalkan Negara Zhao, di setiap sekte yang kudatangi, para kultivator dalam mimpiku, semuanya demikian...
Hanya dia satu-satunya, hanya dia..."
Wajah Wang Lin semakin renta, ia bersandar pada pohon kering di sebelahnya, membuka mata yang penuh kesan zaman. Dalam keheningan, matanya memancarkan kebingungan, namun lebih banyak menampakkan pencerahan spiritual yang kompleks.
Dengan kepahitan, Wang Lin berjalan ke depan dalam kebingungan.
Ia tak tahu seberapa jauh telah berjalan, tak melihat matahari terbit maupun terbenam. Di atas bumi Huofen Guo, tak ada jejak yang ditinggalkan, namun tubuhnya semakin menjauh.
Hari demi hari, bulan demi bulan...
Kompleksitas di mata Wang Lin semakin pekat, namun ia tetap menyembunyikannya dengan kebingungan, menutupi kebenaran yang hampir tersadar sepenuhnya. Bukan ia tak mau percaya, namun masih tersisa secercah harapan palsu yang bahkan tak dipercayainya sendiri.
Hingga suatu tahun, suatu hari, di hadapannya muncul sebuah gunung!
"Ini adalah gunung berapi yang telah mati. Mungkin di suatu masa lalu, ia pernah bergemuruh meletus, memuntahkan magma tak berujung yang membawa serta tak terhitung puing-puing kecil berpencar, menyemburkan asap hitam bergulung-gulung yang terangkat ke langit."
Tapi kini, ia telah mati.
Permukaan tanah dipenuhi cekungan berbentuk cincin, di sekeliling bumi bertebaran gumpalan-gumpalan batu hitam yang hancur. Hawa kematian berputar-putar di sini, dalam radius ratusan li, tak ada jejak manusia.
Di bawah gunung berapi yang mati ini, langkah Wang Lin berhenti mendadak. Dengan kebingungan ia menatap gunung itu. Lama sekali. Kebingungan di matanya runtuh, seluruh tubuhnya gemetar, bawah sadarnya membuatnya mundur beberapa langkah.
"Ini dia..." Gunung ini familiar bagi Wang Lin. Gunung ini persis seperti puncak yang pernah dilihatnya di tengah lautan, dalam ilusi langit dan bumi, yang sedang meletus dahsyat!
Dua celah di gunung itu yang bergulat seperti naga dan ular yang saling melilit, bagaikan cap hidup dan mati yang selamanya tidak musnah. Tanda abadi ini memberitahu Wang Lin tentang keberadaannya!
Memandang gunung ini, Wang Lin tak lagi bisa menipu dirinya sendiri, tak sanggup lagi menutupi pencerahan yang sudah lama diketahuinya. Adegan-adegan di lautan itu seolah bertumpuk dengan pemandangan di depan matanya saat ini.
Ilusi di lautan, kenyataan di depan mata, melebur menjadi satu pada momen ini. Menjelma kekuatan tak kasat mata yang menerjang masuk ke dalam tubuh Wang Lin. Gemuruh di kepalanya, kekuatan dahsyat ini menghamburkan penipuan selama 50 tahun lebih, memaksanya untuk pertama kali benar-benar berhadapan dengan diri sendiri, berhadapan dengan langit dan bumi!
"Seharusnya aku pahami sejak dulu... Hanya saja aku tak mau percaya. Wang Lin, aku pun sepertimu, terus menipu diri sendiri. Tapi jangan kau lupa, Jalan Penipuan... aku pun menguasainya... Bisakah kau menipu diri sendiri? Benarkah kau bisa..." Wang Lin menunjuk gunung berapi yang mati itu sambil tertawa ke langit. Gelak tawanya menyimpan kesedihan yang dalam.
“Hanya dia seorang... Dia tidak merasakan sedikit pun rasa familiaritas padaku, tatapan itu penuh keasingan... Wang Lin, oh Wang Lin, jika diriku hari ini adalah kehidupan sebelumnya, jika di zaman modern nanti aku akan bersama Li Mawan, maka apakah maksudnya aku harus kembali untuk memutuskan sebab-akibat dengan Li Mawan...
Jika diriku hari ini adalah sebuah siklus reinkarnasi, maka apakah aku di ujung siklus ini harus menghapus eksistensi Li Mawan dalam roda samsara ini, membuatnya menjadi benar-benar orang asing bagiku selamanya...
Jika hari ini hanyalah mimpiku, jika perjalanan berkultivasi dalam mimpi itu yang sesungguhnya, maka apakah aku yang tertidur ini—karena kesedihan dan cinta pada Li Mawan—harus membuatnya melupakan diriku dalam mimpi ini...
Apakah semua ini dilakukan demi dunia setelah kebangkitan dari mimpi, atau siklus reinkarnasi, agar dia tidak lagi mengalami penantian panjang yang menyakitkan, tidak lagi merasakan ketidakberdayaan saat Umur-nya terputus, tidak lagi hidup sebagai mayat hidup selama dua ribu tahun.
"Biarlah dia, bisa hidup bahagia dan tenang seperti sebelum bertemu denganku. Mungkin dia akan memiliki jodoh lain, mungkin memiliki pasangan kultivasi lain. Dalam hidupnya, tak akan ada kultivator bernama Wang Lin yang membuatnya menanti, membuatnya kebingungan muncul..."
"Benarkah... seperti ini?" Wang Lin tertawa terbahak, namun tawa itu berubah menjadi air mata yang mengalir.
Semakin banyak yang ia pahami, semakin samar ia menyadari hakikat dunia ini. Kemampuan melihat kehidupan melalui prinsip hidup dan mati, benar atau tidak, mungkin membingungkan. Tapi saat ini, yang terasa di hati Wang Lin adalah tusukan perih yang tak terdefinisikan.
"Wang Lin, kau benar-benar akan melakukan ini? Relakah kau membuatnya melupakanmu? Sungguhkah kau ingin versi lain dari dirimu memutuskan sebab-akibat yang telah menemani dua ribu tahun lebih ini!" Suara Wang Lin melengking penuh kepedihan.
“Sepanjang hidupku, aku mengalami banyak hal, semuanya berkisar pada dua kata: sebab-akibat. Sebab-akibat ini... sebab-akibat... Wang Lin, kau tak bisa melihat melalui ini! Meski kau berkultivasi seumur hidup, meski tingkat kultivasimu menggemparkan, bahkan sebagai Yang Mulia Fengjie, tapi kau tetap tak mengerti apa itu sebab-akibat!
“Kau menelan tiga buah jalan suci, menggunakan Teknik Mimpi Jalan untuk kembali ke dua ribu tahun lalu! Dengan pikiranmu sendiri, Jalan Langit yang beragam dari buah jalan suci, kekuatan Mimpi Jalan, dan ingatanmu sendiri, kau menciptakan dunia ini!” Wang Lin terhuyung-huyung duduk di batu samping, rambutnya acak-acakan, seakan gila.
“Kau menciptakan langit dan bumi ini! Segala sesuatu di sini adalah hasil imajinasimu! Jangan kira aku tak tahu, jangan kira aku tak bisa melihat melalui ini!!” Tawa Wang Lin semakin melengking.
"Kau membuat segalanya terlihat sangat nyata, kau menyusun semuanya terlalu sempurna, terlalu sempurna. Bahkan dalam Jalan Mimpi, kau mempelajari teknik Jalan Penipuan Liu Jinbiao, menipu dirimu sendiri hingga melupakan semua ini, melupakan setiap ingatan, melupakan bahwa ini semua berada dalam Jalan Mimpi... Tapi kau meremehkanku, meremehkan dirimu sendiri!"
"Kau adalah Wang Lin, Yang Mulia Fengjie dengan tingkat kultivasi mencapai langit. Belum mencapai Langkah Ketiga tapi sudah mampu menghancurkan ahli Langkah Ketiga! Kini kau bahkan telah melewati Tribulasi Besar hidup-mati, bersiap memasuki Jalan Langit yang agung, masuk ke dalam Lapisan Kosong para ahli Langkah Ketiga sejak zaman purba!
Tapi, aku juga Wang Lin! Meski tak pernah berkultivasi, aku memahami langit-bumi, mendapat pencerahan spiritual. Aura keagunganku mengguncang arwah! Sekalipun kau ada dihadapanku, apa lagi yang bisa kau lakukan?!"
"Kau menipu dirimu sendiri, tenggelam dalam dunia buatanmu ini. Kau mengira dengan meminjam kekuatan tiga buah Jalan Suci, bisa membentuk dimensi mandiri, menciptakan siklus reinkarnasi sendiri. Dalam reinkarnasimu, kau terus menenun sebab-akibat versimu!"
"Hal seperti ini, masakan aku tak paham?!"
“Kau harus bertemu seorang sastrawan besar, seseorang yang akhirnya membuatmu memahami langit-bumi, maka muncullah Su Dao... Kau ingin memutuskan sebab-akibat dengan Liu Mei, maka aku dua kali bertemu Liu Mei, muncul Liu Mei memberikanku pil!
Sebelum memasuki Mimpi Jalan, kau mendengar kisah Hong Die, lalu dalam siklus mimpi jalanmu sendiri, kau membawa urusan Hong Die ke dalamnya. Dalam mimpi yang kau anyam ini, kau menyelesaikan satu siklus hukum sebab-akibat.
Kau bahkan mengetahui kisah masa lalu Nian Tian dari sekte Lianhun, lalu dengan sama sombongnya berusaha menyelesaikan sebab-akibat sekte Lianhun. Apakah aku tidak tahu? Awalnya memang tidak, memang bingung. Tapi sejak bertemu si orang gila itu, saat api unggun padam sekejap, saat kulihat cap tangan di pergelangan kanannya sekejap mata, aku langsung tersadar!”
“Aku menipu diriku sendiri, tidak membiarkan diri berpikir terlalu banyak. Tapi setelah lebih dari lima puluh tahun berlalu, aku telah membohongi diri selama lima puluh tahun lebih. Hari ini, aku tak ingin lagi membohongi diriku sendiri!”
“Kau kira ini adalah sebab-akibat? Aku beritahu, kau salah! Salah total! Untuk hal lain mungkin bisa kumaafkan, tapi kau ingin memutuskan karma dengan Li Mawan? Hal seperti ini takkan pernah kuterima!
Kau pikir ini demi kebaikannya? Agar Li Mawan tak menderita lagi? Untuk memberinya kehidupan utuh? Semua ini hanyalah ilusi buatanmu! Mana yang nyata? Mana yang palsu? Kau tak sefaham aku! Masih juga tak sadar?!! Masih belum tersadar?!!
Kau kira bisa kau putuskan? Bisa?!!! BISAKAH?!!! Suara renta Wang Lin mengaum ke langit.
Dalam auman itu, langit-bumi bergemuruh. Petir tak berujung bergema, kilat menyambar-nyambar menyelimuti angkasa, terhubung menjadi satu. Pemandangan ini seakan murka langit.
Sekejap mata kemurkaan itu, seluruh langit tiba-tiba membentuk pusaran raksasa. Pusaran itu berputar gemuruh, seakan hendak merobek langit-bumi. Di dalam pusaran itu, muncul dunia hitam pekat tak berujung.
Di dunia hitam pekat itu, muncul seberkas kilau merah. Dalam kilau merah tersebut, terlihat dua mayat dengan mata tertutup. Salah satu mayat berambut putih itu menunjukkan tanda-tanda pergumulan di balik kelopak matanya yang terkatup, seakan tergetar oleh teriakan dan pekikan Wang Lin yang mengguncang jiwa, menghantam jiwa, menampakkan gejala kebangkitan.
"Kau tidak bisa memutuskan! Kau tidak bisa memutuskan!! Kau tidak bisa memutuskan!!!" Tangan kanan Wang Lin menunjuk ke pusaran raksasa di langit, sehelai rambut putihnya berkibar-kibar. Aura keagungan yang megah menyebar langsung dari tubuhnya, menerjang masuk ke langit.
"Kalau kau tidak sanggup memutuskan, jangan ikut campur urusanku! Sebab-akibat yang kau agung-agungkan ini, di mataku hanyalah main-main!" Wang Lin mengibaskan lengan bajunya. Gelegar petir menggema di langit saat pusaran raksasa itu berputar kencang, semakin mengecil, dan akhirnya menghilang, berubah menjadi titik putih - seekor burung putih yang mengipaskan sayapnya, berputar-putar lama di angkasa sebelum perlahan menjauh.
Segala sesuatu, Wang Lin sudah lama memahami, sebagai sastrawan besar zaman ini, mana mungkin dia tidak mengerti!
"Apa itu sebab-akibat, apa itu hidup dan mati, apa itu nyata dan ilusi, aku datang karena tiga pertanyaan ini. Di antara langit dan bumi, tak ada yang lebih paham dariku! Mulai sekarang, buah jalan suci, ingatan, dunia palsu ini, jangan ikut campur!"
