Memandang burung yang semakin menjauh di langit, Wang Lin menarik kembali pandangannya, menatap gunung berapi yang menemui ajal itu. Lama, sangat lama, dia berbalik, melangkah dengan langkah renta, perlahan pergi.
Hari ini adalah bulan Juni tahun kesembilan belas sejak dia meninggalkan Negara Zhao. Juga tahun kelima puluh tujuh sejak dia mabuk mimpi dengan dua gelas arak di penginapan jalan utama dulu.
Tahun ini, Wang Lin belum genap delapan puluh.
Selain Huofen Guo, masih ada beberapa negara di benua ini, hanya saja Wang Lin tidak mengunjunginya. Huofen Guo menjadi tempat terakhir dalam perjalanannya.
Di sini, di luar sekte tempat Li Mawan berada, di sebuah gunung terdapat rumah reot yang dulunya dibangun penjaga gunung entah kapan, kini telah sepi tak berpenghuni.
Wang Lin pun menetap di tempat ini.
Dari posisi ini, ia bisa melihat gerbang sekte tempat Li Mawan berada di kejauhan, sekaligus merasakan kehadiran Li Mawan.
"Apa itu sebab-akibat? Jangan dipikirkan, jangan dianalisis. Lihatlah terbit dan terbenamnya matahari, hujan dan salju turun bertiup, pergantian musim silih berganti. Abaikan apakah semua ini nyata atau palsu, kesesatan antara hidup dan mati. Cukup diam-diam menjalani sisa hidup..."
Setiap fajar menyingsing, setiap senja tiba—entah saat cahaya fajar pertama mengangkat kepala atau mentari sore menghunjam ke ufuk—di puncak gunung nun di sana selalu terlihat siluet renta duduk di batu besar hijau, memandang gunung di kejauhan dengan tatapan sunyi.
"Segala sebab-akibat di dunia ini, jika kau sebut itu sebab, maka itulah sebab. Jika kau sebut itu akibat, maka itulah akibat... Tak perlu bersikukuh, tak perlu berusaha mencari kebenaran mutlak..." Wang Lin dengan ekspresi tenang, bertahun-tahun lamanya siluetnya seakan abadi, terus duduk di sana memandang gunung di depannya.
Ia tidak memakan makanan, juga tak memiliki persediaan. Ia telah melupakan lapar, melupakan segalanya.
Wang Lin memandang langit dan bumi, senyumnya mengandung makna tak terpecahkan. Tahun demi tahun, ia melihat dari dalam sekte di kejauhan banyak kultivator berhamburan keluar, termasuk Li Mawan di antara mereka.
"Dunia ini, angkasa ini, segalanya terangkai dari kumpulan karma yang saling bertaut. Inilah awal mula segala sebab..." Wang Lin tersenyum, hari-hari terasa seperti tahunan, tahun demi tahun bagai mimpi.
Waktu berlalu, sekejap mata telah tujuh tahun. Selama itu Wang Lin mencapai banyak pencerahan, di atas batu hijau itu ia memahami langit dan bumi.
Dalam tujuh tahun ini, sekte Li Mawan tentu saja menyadari keberadaan Wang Lin. Perlahan, penatua sekte mereka datang. Melihat kondisi Wang Lin saat ini dan gumamannya yang kadang muncul, mereka berduyun-duyun terkagum.
Secara bertahap, di gunung ini, di samping batu hijau, tak hanya Wang Lin seorang. Di sekelilingnya, para tetua dan kultivator mulai duduk bersila.
Tak satu pun kultivator yang datang ke sini kemudian pergi.
Dengan tenang mereka mengelilingi Wang Lin, seakan sedang mendengar ajaran suci.
Tahun demi tahun, semakin banyak kultivator yang seolah dipanggil oleh sesuatu dalam hati. Dari Huofen Guo, dari segala penjuru, dari berbagai negara cultivation dan sekte-sekte kultivasi, mereka berdatangan.
Di antara mereka ada yang belum mencapai Pembangunan Fondasi, yang telah memasuki Bayi Yuan Ying, bahkan seorang yang melangkah di udara—tingkat kultivasinya telah mencapai Puncak Kekuasaan. Namun di mata Wang Lin yang duduk di atas batu hijau ini, semua tingkat itu tak berarti.
Tak peduli tingkat kultivasi apa, di gunung ini hanya ada satu tempat berpijak, tidak lebih tidak kurang, tidak berebut atau memperebutkan, hanya duduk diam-diam di sana, mendengar Wang Lin yang mungkin hanya setahun sekali baru membuka mulutnya.
Saat Wang Lin tidak berbicara, mereka bagaikan dalam meditasi, seolah ada kekuatan tak kasat mata di sini yang membawa pikiran mereka mengejar pemahaman tentang langit dan bumi.
"Sebab-akibat berkumpul bersama, akhirnya menjadi buah, inilah karma. Dalam puluhan tahun pencarian dan pemahamanku, kusadari di tengah sebab dan akibat sebenarnya ada satu penghuni, penghuni ini adalah takdir pertemuan.
Tanpa takdir pertemuan, takkan ada karma." Senyum tak terdefinisikan kembali menghias wajah Wang Lin di tahun ini saat ia membuka mulut.
Di gunung ini, kultivator yang duduk bersila semakin banyak, hingga akhirnya bahkan di bawah gunung pun tak ada tempat tersisa. Di radius puluhan li sekitar gunung Wang Lin, semuanya dipenuhi kultivator duduk bersila.
Di benua ini, hampir semua kultivator selama beberapa tahun terakhir satu per satu mengikuti perasaan mistis itu hingga tiba di sini. Perlahan, dalam radius ratusan li, terlihat tak terhitung jumlah kultivator duduk menghadap Wang Lin bagai sedang menyembah.
Berangsur, lebih banyak kultivator dari benua lain menyeberangi lautan atau menggunakan formasi teleportasi. Di antaranya terdapat Nian Tian dan Dun Tian dari sekte Lianhun beserta murid-murid mereka yang jumlahnya tak sedikit.
Kultivator Wilayah Salju pun, dipimpin perempuan dingin itu, berduyun-duyun datang mengikuti indra keenam tersebut. Diam-diam mereka duduk bersila di lokasi tertentu, menyimak ajaran spiritual.
Di pelukan perempuan dingin itu, terlihat seorang bayi perempuan yang seolah takkan pernah tumbuh besar.
Aliansi Empat Negara, Zhou Wutai, serta wajah-wajah familiar dalam mimpi Wang Lin juga datang satu per satu.
Yun Quezi dengan penampilan kumalnya yang khas, duduk di permukaan tanah yang jauh.
"Dan lain-lain, bahkan Teng Huayuan, Huanglong Zhenren, Xu Fei, Zhou Rui, bahkan Wang Zhuo dan yang lainnya, tanpa diketahui kapan telah muncul di kejauhan, memandang Wang Lin yang duduk bersila di atas batu hijau puncak gunung di depan."
"Hingga akhirnya, bahkan Zhu Que Zi pun membelah udara datang. Setelah lama berdiam di atas Wang Lin, ia berjalan ke area kosong dan duduk."
"Pertemuan antara aku dan Liu Mei, jalinan sebab-akibat kita, berawal dari awal perjodohan ini..."
"Persatuan antara diriku dan sekte Lianhun, juga berakar dari awal perjodohan."
"Hong Die, segala kejadian di dunia ini, sebab-akibat semuanya demikian. Bahkan di dunia mimpi ini pun sama, perjodohan, perjodohan, perjodohan..."
"Perjodohan ini adalah kekuatan eksternal. Perubahannya melahirkan sebab. Gabungan keduanya menghasilkan akibat. Seperti pria dan wanita yang bersatu lalu melahirkan anak. Pasangan itu adalah sebab, perjodohan yang mempertemukan mereka adalah medium, anak yang lahir adalah akibat." Wang Lin tersenyum, menghela napas perlahan.
Saat ini, dari sorot matanya terlihat, dari dalam sekte di gunung itu muncul seseorang. Orang ini masih seperti penampilannya di masa lalu, mengenakan seragam putih, rambut hitam terurai di bahu, ekspresinya memancarkan kelembutan. Benar, dia adalah Li Mawan.
"Kemarilah." Penampilan Wang Lin semakin renta, namun dari tubuhnya memancarkan hawa yang seakan menyatu dengan langit dan bumi. Seolah dalam pemahaman bertahun-tahun ini, ia telah menjelma menjadi langit, menjadi bumi.
Mengulurkan tangan kanan untuk memanggil Li Mawan, sorot mata Wang Lin menunjukkan kelembutan. Bahkan suaranya pun terkandung kerinduan yang mendalam.
Li Mawan menunjukkan kebingungan di wajahnya, namun ada perasaan tak terucap yang menyelimuti hatinya. Ia merasa Wang Lin sangat familiar, sangat akrab. Keakraban ini seakan terukir dalam jiwanya, tertanam di tulang-tulangnya, hingga memasuki siklus reinkarnasi.
"Bahkan setelah ribuan kali reinkarnasi, bahkan setelah meneguk ribuan tegukan Sup Mengpo, dia tak akan pernah melupakan! Hanya, ada bekas seperti jejak penyegelan dalam pikirannya, mencegahnya mengingat semua ini, seolah ingin memutuskan hubungan antara dirinya dengannya."
Tanpa disadari, dia berjalan mendekati Wang Lin. Tangannya digenggam Wang Lin dan dibimbing duduk di sampingnya. Di hadapan pandangan ratusan kultivator dalam radius ratusan li, mereka duduk bersama di atas batu hijau.
"Namun, asal-muasal sebab-akibat pada akhirnya akan menghilang dari dunia ini. Ini disebut kekosongan hakiki. Disebut 'menghilang' karena pertama-tama harus ada keberadaan. Tanpa keberadaan, tak ada penghilangan. Bila tak ada penghilangan, itulah kekosongan hakiki... Inilah pemahamanku untuk mengakhiri suatu ikatan karma."
"Tapi terikat atau tidak, ada atau tiada, ini bukanlah akhir. Melainkan berubah menjadi kekosongan..."
Dengan senyum, Wang Lin menempelkan jari kirinya di antara alis Li Mawan.
Pada satu tunjukan jari ini, seolah tak ada kekuatan apa pun. Namun di sekejap mata saat jari itu menghunjam, segel yang menghalangi ingatan Li Mawan di pikirannya tiba-tiba hancur berantakan. Tubuh Li Mawan bergetar hebat, menjadikannya manusia pertama yang ingatannya bangkit dari tidur di dalam dunia yang tercipta ini.
"Wang Lin..." Sorot mata Li Mawan berkaca-kaca, dua aliran air mata mengalir di pipinya. Ia terpaku memandangi wajah renta Wang Lin, tangan diangkatnya untuk mengusap lembut keriput itu. Air matanya semakin deras.
Namun di balik air mata itu, terkandung kebahagiaan dan kehangatan. Sama sekali tak memperdulikan kerentaan Wang Lin, ia memeluk erat-erat tubuh lelaki itu.
"Aku ini tidak nyata. Segala sesuatu di sini pun tidak nyata. Karena itulah ada istilah 'menghilang'... Di sini terkandung yang nyata dan ilusi, terkandung hidup dan mati..."
"Sebab-akibat, nyata-samar, hidup-mati, pada hakikatnya semua adalah permulaan karma yang kosong... Jika kuucapkan kalimat berikutnya, maka mimpi ini akan berakhir..." Wang Lin menatap Li Mawan, berbisik lirih.
Mimpi ini tak bisa memejamkan mata, sejak peristiwa pertama pemuda Negara Zhao mabuk di penginapan, hingga hari ini telah berlalu lebih dari enam puluh tahun.
Di luar batu hijau ini, di kaki gunung ini, dalam radius ratusan li bahkan ribuan li, jumlah kultivator semakin banyak, hingga akhirnya semua orang yang pernah sekilas bersinggungan dengan Wang Lin dalam mimpi pun muncul. Mereka duduk dengan hening di sana, diam-diam memandang batu hijau di puncak gunung, menyaksikan dua sosok di atasnya.
Waktu bagai keabadian, tak terasa berapa lama telah berlalu. Wang Lin memeluk Li Mawan, mereka duduk bersama menyaksikan matahari terbit dan terbenam, menghitung perjalanan waktu.
"Sebab-akibat, tak bisa diputuskan. Ia pada dasarnya kosong... Sebab-akibat, biarlah menjadi sebab-akibat. Kumpul saat asal mula, tercerai saat hakikatnya kosong." Suara Wang Lin bergema di langit dan bumi, berubah menjadi kapas-kapas yang tak diketahui asalnya, namun jelas tujuannya.
Mereka melayang di langit, perlahan menari-nari, begitu padat, turun ke bawah, mendarat di radius seribu li ini, di atas tubuh setiap kultivator, bagai menemukan catatan seluruh hidup mereka.
Dua helai kapas yang saling menempel, perlahan melayang turun di hadapan Wang Lin dan Li Mawan, bentuk keterikatan itu bagaikan kedua insan yang berpegangan tangan, selamanya takkan terpisahkan.
"Hari itu, kau memandangku menutup mata, ekspresi sedihmu, dalam sekejap tatkala mataku terpejam, tercetak di dasar kalbu...
"Dalam mimpi ini, aku akan menemanimu, menyaksikanmu pergi, melihatmu terbangun... Aku tetap di sini dalam mimpi, menantimu..." Li Mawan memandang Wang Lin, mata memancarkan kelembutan bak air, membelai wajah berkeriputnya, berbisik lirih.
