Dalam kehampaan hitam pekat, cahaya merah berkedip-kedip, selama puluhan tahun ini terus-menerus tanpa henti, hanya saja cahaya berwarna darah itu samar-samar semakin meredup, seolah tak lama lagi akan lenyap sepenuhnya.
Tahun demi tahun, waktu dalam kehampaan hitam pekat ini, meskipun berlalu tetap tak ada yang merasakan. Waktu di sini, tak ada yang tahu, tak ada yang datang.
Di luar kematian, selain sunyi, hanyalah sunyi.
Hingga suatu hari, dari dua mayat dalam cahaya merah itu, pemuda berambut putih membuka matanya.
Pada sekejap mata saat kedua matanya terbuka, di dalam kegelapan langit-bumi yang hitam pekat ini, tiba-tiba gemuruh petir menggema. Suara guntur awalnya belum terlalu keras, namun dengan cepat mencapai puncak intensitasnya, mengeluarkan gelegar yang mengguncang langit-bumi.
Gemuruh petir itu seakan hendak merobek kehampaan hitam pekat ini, merobek segala langit, bumi dan angkasa, ingin menerjang keluar. Hanya dalam sekejap, petir itu semakin keras bergemuruh, bergema di delapan penjuru dalam keheningan kehampaan ini.
Petir bagai ombak bangkit dengan keagungan semesta, memicu tarian tak terhitung ular perak yang menerangi kehampaan hitam pekat. Kilauan ular-ular perak itu saling menjalin dan mengaliri, membentuk jaring listrik raksasa yang menyelimuti seluruh kehampaan tak berujung.
Deru petir dan kilat yang berkedip, pada momen ini seolah menyambut kedatangan Raja mereka. Gemuruh dahsyat itu bagai auman penuh kegembiraan - kegembiraan karena Sang Raja mereka akhirnya bangkit dari tidur!
Semburan-semburan kilat itu saling menjalin dalam gemuruh, seolah juga sedang menyambut raja mereka!
Bahkan di tengah kilat dan guntur tersebut, muncul pula badai api yang bergemuruh. Api ini berwarna sembilan, berputar-putar menyelimuti kehampaan, membakar dengan dahsyat tanpa henti. Badai sembilan warna itu berotasi hingga kesembilan warnanya menyatu menjadi satu.
Api membara, dengan pusatnya pada pemuda berambut putih yang baru membuka matanya, menyapu ke segala penjuru, langsung menyebar ke bawah, bersaing gemilang dengan kilat di atas.
Gulungan api itu pun seolah sedang menyambut raja mereka!
Raja dari kilat guntur dan lautan api membara ini tak lain adalah pemuda berambut putih itu, adalah Wang Lin!
Di mata Wang Lin yang terbuka, api berkobar di mata kiri dan kilat menyambar di mata kanan. Ekspresinya memancarkan pencerahan, namun dalam pencerahan itu tersembunyi kesedihan bagai terbangun dari mimpi.
"Mimpi ini telah berlalu lebih dari tujuh puluh tahun. Bagi Wang Lin, tujuh puluh tahun ini bukan lagi sekadar mimpi, melainkan kehidupan lain yang diciptakannya sendiri melalui teknik penipuan, menipu dirinya sendiri dengan meniru Jalan Penipuan."
Di sorot matanya, masih tersisa kebingungan sesaat setelah terbangun. Tangan kirinya mencengkeram pergelangan tangan kanan si orang gila di sampingnya, meninggalkan segel emas di sana.
Setelah waktu yang lama, di bawah deru guntur dan lautan api yang menggulung, Wang Lin memaksa menghapus kebingungan dari pandangannya. Yang tersisa hanyalah ketegaran dingin dan niat membunuh yang tak berujung yang memancar dari seluruh tubuhnya setelah mengingat segalanya!!
"Tuan Zhang Zun, Xu Shen Tianzun, dan para Selir Dewa itu... Aku, Wang Lin, telah bangkit!"
Sorot mata Wang Lin memancarkan dingin tak bertepi. Dia mengangkat tubuhnya, perlahan berdiri, menatap ke kehampaan di luar cahaya merah.
"Selama lebih dari dua ribu tahun aku, Wang Lin, berkultivasi! Hari ini, akan kuhancurkan Pintu Kosong dan mencapai Langkah Ketiga dalam kultivasi, menjadi kultivator berlevel tinggi!" Tangan kanan Wang Lin mengangkat dan menunjuk ke depan.
"Inti Petir!"
Gemuruh petir surgawi bergemuruh, bergulat dengan kilat tak berujung yang terdistorsi. Sekejap mata, semua kilat dan guntur dalam kehampaan ini terkumpul menjadi Petir Tak Musnah yang mendekati Wang Lin dan mengambang di luar cahaya merahnya. Bersamaan itu, tanda kilat di mata kanannya menyambar keluar, melebur dengan Petir Tak Musnah di luar cahaya darah.
Terbentuklah sebuah tanda tak musnah dari kilat petir inti langit dan bumi!
Itulah Cap Petir! Sembilan petir pendamping berputar sembilan lingkaran di sekitarnya, lalu menyatu menjadi satu Petir Inti yang dahsyat!
Pada sekejap mata kemunculan Petir Inti ini, angkasa seakan akan collapse total. Kekuatan petir yang terpancar dari tanda itu cukup untuk menghancurkan dengan paksa langit dan bumi, membuat kehampaan ini gemetar. Gemetaran itu menyebar bagai gelombang energi ke segala penjuru dengan kecepatan tinggi, membuat segala sesuatu dalam kehampaan ini terdistorsi dan menjadi tak nyata.
Sebuah hawa mengerikan menyebar gemuruh dari dalam petir itu. Kekuatan ini begitu dahsyat hingga mampu membuat langit dan bumi berubah warna! Itulah kekuatan petir, kewibawaan dahsyat tak tertandingi di alam semesta!
Yang bisa mengontrol kewibawaan petir ini, dialah Dewa Petir!
Tekanan aura ahli Langkah Ketiga memancar dari Tanda Petir Inti ini. Saat menyelimuti, bahkan satu sambaran petir ini saja cukup mengguncang ahli Langkah Ketiga tahap awal Kosong Nirvana!
Setelah melebur dengan petir pendamping, petir ini berubah menjadi wujud kabut chaos. Sekilas, ia tak lagi berbentuk kilat, melainkan berubah menjadi energi chaos!
"Terbuka, kabut chaos memunculkan inti yang akhirnya berkembang menjadi kilatan petir!"
Aura ini tak berwarna, mengitari cahaya merah di luar, berputar perlahan mengelilingi Wang Lin. Dalam pusaran itu, tangan kanan Wang Lin kembali menunjuk.
"Inti Api!"
Suara Wang Lin sarat kesan zaman dan dingin, saat bergema, lautan api tak berujung di sekelilingnya berbalik arah. Sembilan warna menyatu menjadi Xu Huo, namun di momen ini, dalam gulungan Xu Huo terkandung Jalan Langit.
Api ini telah melampaui Xu Huo, berubah menjadi Api Tao. Di bawah dahsyatnya Api Tao, hawa kesempurnaan besar inti api pun meledak.
Semua api dalam kehampaan ini, dalam sekejap mata berkumpul dengan gila-gilaan, berubah menjadi totem api yang tersusun dari tak terhitung nyala api, muncul di hadapan Wang Lin.
Totem api itu, sekilas terlihat seolah memiliki wujud padat, namun sebenarnya ilusif dan tak stabil, samar-samar seakan ada tak terhitung hawa melingkupinya, terlihat sedikit terdistorsi. Namun suhu panas tak berujung yang terpancar darinya, cukup untuk membakar kultivator berlevel tinggi di Langkah Ketiga tahap awal Kosong Nirvana!
Petir, Api, benar-benar matang!
Hanya dengan dua inti spiritual ini saja, sudah cukup bagi Wang Lin untuk menghancurkan Pintu Kosong dengan paksa, meluluhlantakkan semua kultivator di tahap Kosong Nirvana kecuali yang telah mencapai kesempurnaan tahap akhir!
"Sebab-Akibat, Muncul!" Dingin di sorot mata Wang Lin menghilang, menunjukkan nuansa kerinduan akan kenangan. Bersamaan dengan itu, aura agung sastrawan besar yang tak pernah dimilikinya sebelumnya—hanya ada dalam mimpi—menyelimuti sekelilingnya tanpa suara.
Aura ini sama sekali bukan milik kultivator. Bahkan jika para sastrawan besar masa kini, setelah memasuki dunia kultivasi, tak ada yang bisa mempertahankan gelora energi kosmik ini hingga akhir hayat. Dalam proses berkultivasi, di bawah hukum rimba yang kejam, mereka semua terpaksa mengubah diri sendiri, melupakan pencerahan langit-bumi yang pernah dimiliki.
Hanya Wang Lin, dengan cara Jalan Mimpi, pada saat kebangkitannya, menyimpan gelora energi kosmik yang cukup untuk mengusir roh jahat—energi yang diperoleh dari pemahaman terhadap langit dan bumi dalam mimpinya—di dalam hatinya. Di momen ini, seiring terucapnya kata "sebab-akibat", energi itu meletus dengan dahsyat.
Inti sebab-akibat, tak kasat mata namun terpusat di telapak tangan kanan Wang Lin. Membuka telapak sebagai sebab, menggenggam sebagai akibat! Mulai hari ini, telapak tangan kanan ini akan menjadi Teknik Supernatural Buatan Sendiri keempat dalam hidupnya!
Cap Sebab-Akibat!
