"Kehidupan yang begitu menarik, Jalan Langit yang begitu menarik, takdir yang begitu menarik!! Tapi meski begitu, apa lagi yang bisa dilakukan! Hari ini aku Wang Lin bisa menginjak Xianyu purba, menghancurkan Tribulasi Langit, mengetahui sebab kelahiran Tribulasi Langit, maka suatu hari nanti, aku Wang Lin juga bisa melangkah keluar dari gua persembunyian ini, menginjak Benua Xiangang, melihat seberapa kuatnya generasi Maha Guru di Benua Xiangang itu!
"Dengan kualifikasi apa mereka berhak memelihara semua makhluk seperti ternak, dengan kualifikasi apa mereka berhak menjadi tuan semua makhluk!"
"Tak heran Zhuque generasi pertama pernah berkata, dia bisa membawa beberapa orang terbatas meninggalkan sini menuju kampung halamannya, karena selain dirinya, orang-orang yang tersisa itu pada dasarnya bukan penduduk asli Benua Xiangang, melainkan hanya kultivator yang lahir di dalam gua persembunyian ini!"
"Tak heran ia bilang di kampung halamannya, akan ada yang bisa menghidupkan Li Mawan kembali, tapi dia sendiri tidak bisa. Tak heran... Tak heran......"
"San Ling Shang Ren bisa membawa 7 juta penduduk dunia keluar, aku Wang Lin juga pasti bisa melakukannya kelak! Aku ingin lihat, seberapa kuatnya orang-orang Benua Xiangang itu!"
"Akan kubuktikan, saat aku melangkah keluar gua persembunyian ini, di sekejap mata ketika menginjakkan kaki di Benua Xiangang, apakah aku bisa menciptakan angin anyir dan hujan darah! Apakah para Maha Guru Xiangang itu akan tunduk di bawah kaki seorang anak kampung seperti aku yang lahir di dunia kediaman ini!" Gelak tawa Wang Lin menggila-gilaan. Terhadap semua yang terjadi hari ini, dia sama sekali tidak terkejut. Sebenarnya dia sudah punya teori berbeda sejak lama, hanya saja selama ini dia enggan, tidak mau, atau mungkin sengaja menipu dirinya sendiri untuk tidak merenunginya.
Tapi hari ini, dia sudah lega. Apa arti semua kebenaran ini? Dia tetaplah Wang Lin, tetap si kultivator terbalik, tetap ingin menghidupkan Li Mawan kembali, tetap harus menghadapi segala sesuatu di kolong langit ini seorang diri.
Kebenaran, meskipun itu kebenaran, tapi apa lagi yang bisa dilakukan! Selama masih ada hati yang pantang menyerah, selama obsesi keduniawian masih melekat, maka dia harus terus melangkah maju!
Di tengah tawa liar, Wang Lin dengan pencerahan akan kebenaran melangkah mantap menuju matahari kedua. Di dalam matahari kedua ini terkandung tribulasi api, dan saat mendekat, dia menghantam dengan kepalan tangan.
Gemuruh dahsyat mengguncang langit, matahari kedua itu langsung collapse total, memperlihatkan api tribulasi langit yang dikumpulkan dan disegel oleh pria pelangi di dalamnya.
Tubuh Wang Lin tak berhenti, dalam satu langkah dia mendekati matahari ketiga. Begitu gemuruh terdengar, di dalam matahari ketiga itu terkandung kekuatan tekanan aura - tekanan yang tak lain adalah murka langit yang mampu menindas semua makhluk.
Setelah menerobos tiga matahari berturut-turut, tubuh Wang Lin limbung. Dalam tawa gila, tangan kanannya menepuk angkasa, tingkat kultivasi dalam tubuhnya tiba-tiba meledak membentuk telapak tangan raksasa yang menghantam matahari keempat.
Di matahari keempat ini, terdapat empat pedang yang memancarkan energi pedang membara. Namun di mata Wang Lin, energi tersebut tak dianggap berarti!
Matahari kelima mengandung bayangan ilusif tak terhitung yang melebur menjadi satu, berubah-ubah misterius. Inilah akar Tribulasi Fantasi-Nyata.
Dalam matahari keenam, terpancar hawa tiga harta magis: Menara Xian, Cincin Feng Ming, dan lainnya. Setelah dihancurkan Wang Lin, ketiga hawa ini melingkupi bagai satu entitas.
Matahari ketujuh memancarkan kekuatan jiwa tiga suku kuno. Di dalamnya tersegel jiwa-jiwa tak terhitung dari ras tersebut, menjadi kemampuan pamungkas untuk mengendalikan Utusan Jalan Langit.
Pada matahari kedelapan, Wang Lin merasakan hawa Tribulasi Diri Sejati yang berubah dengan kecepatan tinggi, membuatnya sulit membedakan realitas dari ilusi.
Berhasil menghancurkan kedelapan matahari ini, gemuruh dari dunia dewa purba menggemparkan langit bergema terus-menerus, disertai gema muram yang saling bertabrakan, mengguncang bumi hingga membuat patung-patung di permukaan tanah terus-menerus gemetar.
Namun semua ini sama sekali tidak dihiraukan Wang Lin. Pandangannya tertuju pada matahari kesembilan, di dalamnya terkandung kekuatan tribulasi langit yang belum pernah ia saksikan sebelumnya.
Dari balik samar-samar, ia merasakan hawa yang sangat familiar di dalam matahari tersebut - terdapat energinya sendiri, energi Li Mawan, energi orangtuanya, serta energi tak terhitung orang yang pernah ia temui sepanjang hidup.
Berdiri di samping matahari kesembilan, Wang Lin menjadi tenang. Dalam keheningan, ia menutup mata dan tetap berdiri di sana sangat lama, tak terhitung waktu yang berlalu. Hingga saat membuka mata, cahaya pencerahan muncul di pupilnya.
"Sembilan matahari ini, tribulasi kesembilan Tian Jie, merupakan inti Tian Jie. Di dalamnya terkandung catatan semua nyawa makhluk sepanjang sejarah, baik di dalam maupun luar dunia, baik yang hidup maupun mati. Tribulasi kesembilan ini bagaikan kitab induk yang merekam semua yang pernah lahir dalam gua persembunyian ini..."
Memandang sembilan matahari itu, kilau dingin terpancar dari mata Wang Lin. Meski keinginan untuk menghancurkan Tian Jie ini menggelegak dalam hatinya, dan tingkat kultivasinya memungkinkan hal itu, ia sadar: menghancurkan tribulasi ini akan membuat langit-bumi ciptaan pria pelangi itu kacau-balau. Alam semesta ini bukanlah bentukan alami, melainkan kreasi gua persembunyian si pria pelangi.
Dalam keheningan, tangan kanan Wang Lin menepuk angkasa di depan sembilan matahari. Shen Shi-nya tiba-tiba melesat keluar dari tubuh, berubah menjadi badai tak kasat mata yang menyapu langit dan bumi sebelum menerjang masuk ke inti sembilan matahari itu.
Di bawah cahaya keemasan itu, Shen Shi Wang Lin menyelimuti segala penjuru. Dalam penetrasi terus-menerus, ia sepenuhnya memasuki kedalaman matahari kesembilan ini. Di dalam inti Surya Kesembilan ini, segalanya diliputi kabut chaos. Saat Shen Shi-nya menyapu seluruh area, ia menyaksikan banyak sekali hal.
Ia melihat seluruh kehidupan tak terhitung orang biasa, menyaksikan rentang hidup para kultivator, memandang banyak wajah yang belum pernah dijumpainya. Orang-orang itu mengenakan jubah kuno, telah lama menemui ajal.
Surya Kesembilan ini mencakup takdir semua makhluk sejak masa penciptaan awal langit-bumi hingga hari ini, selama berpuluh-puluh ribu tahun. Ia bagaikan siklus reinkarnasi, laksana hukum kosmis, mengubah segalanya, mengubah berbagai ketidakadilan dan peluang menjadi dua kata: takdir.
Atau bisa dikatakan, yang terkandung dalam matahari kesembilan ini adalah apa yang disebut nasib!
Saat Shen Shi Wang Lin terus menyebar tak henti, entah berapa lama berlalu, ia menemukan hawa takdir miliknya sendiri. Aura ini sangat tajam, menyilaukan di tengah kabut chaos tak bertepi ini.
Memandang hawa takdir miliknya, Wang Lin terdiam. Hingga lama kemudian, seolah telah bulat tekad, Shen Shi-nya menyebar maju langsung menyelimuti hawa takdir tersebut, menelannya lalu melebur ke dalam Shen Shi.
Pada sekejap mata peleburan hawa takdir ini, Shen Shi Wang Lin seketika mengalami perubahan drastis yang keras. Tubuhnya yang memejamkan mata di luar matahari kesembilan itu pun bergetar sangat keras.
Dalam gemetaran itu, seolah tubuhnya menjadi utuh. Sejak saat itu, Wang Lin bisa menguasai takdirnya sendiri! Di antara langit dan bumi, tak tersedia satu pun kekuatan yang mampu mengubah takdir Wang Lin!
Tian Jie pun Tidak boleh! Pria pelangi tujuh warna itu pun Tidak boleh!
Seolah-olah pada momen ini, Wang Lin baru benar-benar mencapai kesempurnaan, mengambil kembali takdir yang menjadi miliknya dari langit dan bumi, melampaui semuanya! Sepanjang sejarah, selain nafsu, hampir semua keinginan manusia biasa hanyalah angan-angan untuk mengendalikan takdir sendiri, namun mereka yang benar-benar mampu melakukannya hampir tidak pernah ada.
Takdir tak terduga, kekuatan manusia biasa terbatas. Mereka hanya bisa bergumul di bawah takdir, mengeluarkan raungan penuh keengganan bagai semut kecil di telapak tangan manusia, yang diremas-remas sesuka hati tanpa bisa melarikan diri dari genggaman.
Hingga akhirnya menemui ajal, mereka tetap mati di telapak tangan itu. Mayat pun akan dikibaskan ke tempat yang diinginkan telapak tangan tersebut, beristirahat secara permanen. Namun istirahat ini pun masih berada dalam kendali takdir.
Di dunia fana, sejak zaman kuno beredar rumor: Jika Yan Wang memerintahkan kematianmu pada Tiga Jam Malam, tak ada yang bisa menahannya hingga fajar. Dalam pikiran manusia biasa, ketakutan akan kematian melahirkan konsep neraka Sungai Kuning, serta istilah tentang Yan Wang dan dunia bawah.
Namun semua ini menunjukkan ketakutan dan pergulatan manusia terhadap takdir, namun jawaban akhir yang didapat tetap tak bisa melampaui.
Sekalipun mengira telah berhasil, sesungguhnya hanya menipu diri sendiri. Hanya Wang Lin, pada hari ini, di detik ini, yang merebut kembali takdirnya, menjadi penguasa nasibnya sendiri!
Meski telah merebut kembali takdirnya, Wang Lin tak menarik Shen Shi-nya. Shen Shi-nya terus mencari tanpa henti dalam matahari kesembilan ini, mencari satu per satu sahabat, keluarga, dan kekasih yang dikenalnya. Ia ingin merebut kembali semua takdir mereka!
Bahkan jika banyak di antara mereka telah mati, Wang Lin takkan membiarkan mereka - sekalipun dalam kematian - tunduk pada hukum takdir!
Dalam pencarian tanpa henti ini, ia menemukan Ayahnya, menemukan Ibunya. Yang membuat jiwanya berlinang air mata duka adalah takdir orangtua - meski telah mati, dua hawa itu tetap saling merangkul, menjalin sepanjang kehidupan dan reinkarnasi di antara napas-napas takdir yang tak terhitung.
Cinta antara orangtua, adalah hal yang biasa, hangat, merupakan sebuah kegigihan yang bahkan dalam kematian pun tetap saling bersandar.
Shen Shi membungkus lembut hawa takdir yang telah diakhiri setelah kematian orangtua, Wang Lin kembali melanjutkan pencariannya. Ia menemukan Tiga Belas, Kepala Besar, Zhou Yi, Qing Shuang, Qing Lin...
Ia menemukan Nan Yunzi, Hong Shanzi, Wang Zhuo, Sang Kaisar Suci yang pernah berjasa padanya, Dun Tian...
Ia menemukan lebih banyak orang lagi, menemukan anaknya Wang Ping, Zhou Ru, mengambil alih takdir-takdir yang menjadi hak mereka, membebaskan mereka dari kendali langit dan bumi, membiarkan mereka melampaui seperti dirinya sendiri mulai saat ini.
Ia juga menemukan Hong Die, Mu Bingmei, Xizi Feng, dan kecantikan-kecantikan lain dalam hidupnya yang pernah ditemui namun terlupakan.
Serta Li Qianmei.
Namun, dalam pencarian terus-menerus ini, Wang Lin tak bisa menemukan air jernih, tak juga Situ Nan. Bahkan ia pernah mencoba mencari Tian Yunzi yang menghilang. Namun akhirnya, takdir ketiga orang ini bagai menghilang tanpa sedikitpun tanda.
Yang tak bisa ditemukan, masih ada satu sosok yang sangat dahsyat pentingnya bagi Wang Lin. Orang ini adalah kekasihnya, wanita yang setara dengan kehidupan setelah orangtuanya.
Perempuan itu bernama Li Mawan.
Bagaimanapun Wang Lin mencari, ia tetap tak bisa merasakan hawa takdir Li Mawan. Seolah hawa itu lenyap di udara kosong. Tapi dalam persepsi Wang Lin, hilangnya Situ Nan dan air jernih berbeda. Takdir mereka seolah tak pernah muncul di dalam sembilan matahari ini.
Sedangkan Li Mawan, ada tanda-tanda keberadaan. Tapi entah kapan, seseorang telah mengambilnya lebih dulu...
