Sehari kemudian, Wang Lin membawa serta perjanjian dengan Empat Jenderal Perang, meninggalkan dunia dewa purba melalui jalan yang sama saat ia datang.
Dunia dewa purba hanya dapat dibuka di bawah Tian Jie. Baik masuk maupun keluar, harus melalui celah yang tercipta dari bencana langit tersebut. Celah ini berada di bawah segel dunia dewa purba, membuat orang-orang dari Benua Xiangang yang memiliki darah dewa sulit keluar, kecuali dengan mengerahkan seluruh kekuatan bersama seperti saat mengirim Feng Zun keluar celah di masa lalu.
Di antara semua ini, mungkin Mutiara Tian Ni-lah objek paling krusial!
Sebelum memasuki dunia dewa purba, Wang Lin memiliki banyak teori tentang struktur alam semesta. Kini saat keluar, pemahamannya telah bertambah. Melangkah keluar dari celah, ia menyaksikan celah itu perlahan mengkerut setelah kepergiannya hingga akhirnya menghilang tanpa jejak. Desahan pelan terhembus dari hatinya.
Memandang angkasa, untuk pertama kalinya ia merasakan bintang-bintang terasa begitu ilusif, seolah tak benar-benar ada.
Fakta bahwa dalam dan luar dunia hanyalah gua persembunyian Immortal Venerable, Wang Lin tak bisa memberitahukan kepada siapa pun. Bahkan jika ia berbicara, mungkin hanya sedikit yang percaya. Bahkan jika ada yang benar-benar mempercayainya, mereka hanya akan mulai mengamuk.
Memandangi hamparan angasa ini, Wang Lin diam.
Di luar Planet Zhuque, kabut Tian Jie telah lama menghilang. Ribuan kultivator termasuk Situ Nan dan yang lainnya masih menunggu di sini, menanti kepulangan Wang Lin.
Saat melihat siluet Wang Lin muncul di angkasa sekejap mata, suara sorakan bergelombang tiba-tiba muncul. Ribuan kultivator itu satu per satu menunjukkan kefanatikan di mata mereka, tak henti-hentinya memanggil nama Wang Lin, meneriakkan dua karakter 'Feng Zun'.
Mendengar dua kata ini, Wang Lin semakin diam. Kebingungan mulai menyelinap dalam dirinya.
"Feng Zun... Feng Zun generasi sebelumnya hanyalah anak buah Immortal Venerable. Dia bukan makhluk di wilayah dalam, berasal dari Benua Xiangang, memiliki darah dewa... Kedatangannya ke wilayah dalam bukan untuk membantu, melainkan merancang strategi untuk Tuhannya Immortal Venerable... Mungkin selama waktu di wilayah ini, dia mulai merasa belas kasihan pada penduduk lokal sehingga memicu beberapa kejadian selanjutnya...
Tapi pada akhirnya, dia bukan bagian dari sini. Dia tetap seorang orang luar..."
Gelombang panggilan minta tolong itu terdengar bagai berasal dari kejauhan di telinga Wang Lin. Setelah memahami segala sesuatu, dua kata "Feng Zun" membuatnya dilanda kebingungan.
Diamnya perlahan dirasakan oleh ribuan kultivator itu. Sorak-sorai berangsur menghilang. Semua pandangan terpusat pada Wang Lin yang melangkah mendekat.
Memandangi wajah-wajah di depan, sorot mata Wang Lin dipenuhi kepahitan. Ia ingin memberitahu mereka: Kalian, kami semua, hanya hidup dalam gua persembunyian. Langit yang kita lihat bukanlah langit sejati, bumi yang kita pandang pun bukan tanah yang sesungguhnya.
Perang demi perang melawan dunia luar, sesungguhnya hanyalah permainan dalam pandangan orang lain. Bahkan kemampuan supernatural yang kita latih, jalan kultivasi yang kita kejar, semuanya palsu.
Semuanya bohong. Segala sesuatu tak nyata.
Yang nyata hanyalah darah segar, hanyalah kesakitan, hanyalah kerangka-kerangka yang telah menemui ajal selama tak terhitung tahun ini.
Namun bagaimana ia mengatakannya? Ia tak sanggup mengungkapkan kebenaran kejam itu pada ribuan Rekan Tao yang fanatik ini.
Pada detik ini, tiba-tiba Wang Lin teringat pada San Ling Shang Ren dari tujuh juta dunia. Dalam sekejap, ia merasakan resonansi dengan lelaki itu. Pengalaman mereka... sungguh sangat mirip.
Hanya saja San Ling Shang Ren lebih beruntung daripada Wang Lin, karena ia menganggap dirinya telah tiba di langit dan bumi yang sejati, berhasil keluar.
Diamnya Wang Lin, kebingungan dalam sorot matanya, tertangkap oleh Situ Nan. Ekspresinya menunjukkan keraguan, ia tak mengerti apa sebenarnya yang ditemui Wang Lin di dalam celah itu, mengapa semangat sepuluh ribu zhang saat masuk berubah menjadi begitu suram saat keluar.
"Situ, ada arak? Aku ingin mabuk sekali lagi... yang terakhir kalinya..." Wang Lin berjalan diam-diam mendekati Situ Nan, kebingungan di matanya berubah menjadi kelelahan, berbisik lembut.
"Ada!" Situ Nan tidak bertanya, hanya mengangguk.
"Jika kau ingin mabuk, akan kubersamai!"
Di Planet Zhuque, di puncak gunung tak bernama, Wang Lin dan Situ berdua duduk di sana, memandangi langit yang semakin gelap, diam-diam meneguk arak.
Tidak ada yang mengganggu mereka berdua di sini. Ribuan kultivator itu kini duduk bersila melakukan latihan pernafasan di Planet Zhuque. Mereka menunggu Wang Lin turun dari gunung, menanti Wang Lin memimpin mereka ke Luotian untuk mengatasi krisis Luotian dan menjaga wilayah dalam!
"Situ, mengapa manusia hidup..." Wang Lin meneguk arak demi demi tegukan, kebingungan di matanya semakin dalam.
"Untuk menghirup satu tarikan nafas!" Situ diam sejenak, meletakkan kendi anggur di tangannya. Matanya mengerut memandangi penampilan Wang Lin saat ini, lalu bertanya.
"Celah itu... apa sebenarnya?!"
Wang Lin menggelengkan kepala, menunjukkan senyum pahit. Tangannya menggenggam kendi anggur dan meneguk lagi sejumlah besar.
"Masih ingatkah bertahun-tahun silam, kita juga pernah mabuk bersama?" Wang Lin menatap Situ Nan, jejak kenangan terpantul di sorot matanya.
"Mabuk waktu itu, aku sedang dalam kebingungan. Aku tidak ingin berkultivasi, tidak tahu untuk apa berkultivasi. Berkultivasi demi berkultivasi, tidak ada kebahagiaan... Yang ada hanya kelelahan dan krisis hidup-mati berulang kali. Aku telah membunuh banyak orang, sangat banyak..." Wang Lin meneguk arak sambil tertawa terbahak-bahak.
"Saat mabuk itu, aku pernah bilang padamu: Aku tidak mengerti, tidak paham. Atas dasar apa orang mengejar kehidupan berkultivasi? Untuk umur panjang? Tapi kalau benar bisa panjang umur lalu bagaimana? Menyaksikan orang-orang di sampingmu perlahan menua, melihat kekasih menemui ajal, menyaksikan kerabat jiwa tercerai-berai, mengamati sahabat menutup mata. Pada akhirnya, di antara langit dan bumi hanya tersisa hati yang dingin!
Sebuah tubuh yang lelah. Hidup seperti ini, kehidupan seperti ini, meski bisa berlama-lama, lalu apa gunanya! Inikah yang disebut umur panjang?! Situ, kaulah yang membawaku masuk ke jalan kultivasi. Katakan padaku, inikah makna umur panjang?!" Wang Lin menghabiskan semua arak dalam kendi di tangannya lalu melemparkannya ke samping.
“Kultivator tidak harus memutuskan tujuh emosi dan enam nafsu... Saat kita masih di Planet Zhuque dulu, tingkat kultivasi-mu masih Qi Refining. Kau pernah bilang tak tega meninggalkan orangtua dan ikatan duniawi, tak mau memutus... Begitulah jawabanku waktu itu.
Karena kau tak bisa memutuskan dan tak mau memutus, wajar jika kau menderita seperti ini. Kalau kau mati mungkin lebih baik, tapi kau tidak mati. Selama dua ribu tahun lebih berkultivasi, kau mencapai level sekarang ini, sampai ke puncak. Makanya kau bingung, makanya kau tanya padaku apa itu umur panjang!
Umur panjang, umur panjang! Di dunia ini tak ada yang benar-benar abadi. Menurut gue, yang disebut umur panjang cuma cara hidup lebih lama, jadi lebih kuat, hidup lebih bebas tanpa bisa diatur siapa pun!
Sedangkan konsep umur panjang itu brengsek! Karena kita semua takut mati, tak mau mati, makanya mengejar keabadian dan umur panjang. Gue tidak percaya kau Wang Lin tidak paham hal dasar ini!
"Lihatlah keadaanmu sekarang, kau pergi ke celah itu, sebenarnya melihat apa, ceritakan pada gue!" Situ Nan juga meneguk seluruh arak dalam kendi, melemparnya dengan keras ke samping, membentak Wang Lin.
"Puncak... Aku belum mencapai puncak, bahkan andai sudah mencapainya pun apa gunanya? Aku tahu, aku paham, perbedaanku dengan kalian adalah, sejak awal aku tak pernah ingin berkultivasi! Di masa mudaku demi orangtua, demi harapan dalam pandangan mereka, agar mereka tak kecewa, aku menggigit gigi masuk Sekte Hengyue!
Tapi hasilnya? Takdir bermain kasar. Aku berkultivasi demi harapan orangtua, tapi akhirnya justru menjadi akar penyebab kematian mereka. Setelahnya, kultivasiku adalah untuk balas dendam - aku menjadi moxiu, kubantai seluruh klan Teng hingga sungai darah mengalir!
Usai balas dendam, aku kebingungan. Kulihat Da Niu tumbuh besar, menyaksikan orangtuanya meninggal, mengamati seluruh kehidupannya. Aku tak tahu harus melakukan apa, tak mengerti di mana jalan hidupku...
"Hingga kematian Wan'er, aku mulai berkultivasi untuk menghidupkannya kembali..."
"Aku ingin menjadi kuat, ingin bertahan hidup. Aku tidak rela mati sebelum Wan'er bangun dari tidurnya. Aku ingin merebutnya kembali dari cengkeraman takdir! Kemudian aku menjadi Feng Zun, termasyhur di langit dan bumi melalui pertempuran demi pertempuran di wilayah dalam dan luar dunia."
"Semua ini bukan yang kuinginkan, bukan! Aku juga tidak ingin menjadi Feng Zun. Aku masih tetap membenci kultivasi!" Wang Lin menatap Situ Nan, mengambil kendi arak lain dan meneguk setengahnya dengan keras, membiarkan cairan itu mengalir di sudut bibirnya hingga membasahi jubahnya.
"Kau...!" Situ Nan memandang Wang Lin, melihat kebingungan dalam sorot matanya. Kata-katanya terhenti di tengah. Dengan desahan panjang, ia duduk dan mulai meminum arak sendirian.
"Kalau kau tidak mau memberitahu gue apa yang kau lihat di celah itu, gue tidak akan bertanya lagi, oke?!"
Keduanya diam membisu, saling meminum arak tegukan demi tegukan, hingga langit di kejauhan mulai memutih di tepiannya, cahaya kemerahan samar-samar, menunjukkan wujud fajar pertama.
"Celah itu... adalah dunia dewa purba..." Wang Lin berkata dengan suara lirih.
Situ Nan tertegun, lalu berdiri dengan kasar sambil menengadah ke langit, seolah pandangannya ingin membelah cakrawala untuk menyaksikan celah yang telah menghilang di angkasa.
"Dunia dewa purba!! Ternyata di sana adalah legenda dunia dewa purba!! Di sana ada dewa sejati, apa kau melihat mereka?!" Situ Nan menarik napas dalam-dalam, sorot matanya menunjukkan keterkejutan.
"Kulihat. Aku membunuh seorang dewa!" Ekspresi pahit muncul di wajah Wang Lin sambil meneguk araknya.
Situ Nan membeku di tempatnya, memandangi Wang Lin dengan takjub. Setelah beberapa lama, ia berkedip lalu tersenyum getir.
"Lalu? Dengan karaktermu yang seperti ini, pasti bukan sekadar pergi begitu saja. Jangan-jangan kau menyisir ingatan dewa itu?"
Wang Lin diam, sorot matanya menunjukkan ekspresi kompleks. Ia kembali menghabiskan arak di tangannya, melemparkan kendi kosong ke samping, lalu mengangkat kepala memandang Situ Nan.
"Aku mencari ingatan dewa itu... dan mengetahui rahasia tentang hubungan antara dunia dalam dan luar, serta segala sesuatu di langit dan bumi ini..."
"Situ, bagaimana jika kukatakan... baik dunia dalam maupun luar, semua ini hanyalah ilusi? Bahkan jika ada yang nyata, tetap saja bersifat samar... Apakah kau percaya?"
"Bagaimana jika kukatakan bahwa dirimu, diriku, semua rekan Tao yang kita kenal, bahkan dunia tempat kita lahir dan tumbuh ini... hanyalah sebuah sangkar? Apakah kau percaya?"
"Bagaimana jika kukatakan bahwa jalan kultivasi yang kita tempuh selama ini... semua telah ditentukan oleh orang lain? Apakah kau percaya?"
"Bagaimana jika kukatakan bahwa dunia tempat kita hidup ini hanyalah gua persembunyian Immortal Venerable zaman purba... atau lebih tepatnya dunia persembahan yang diciptakan untuk mengumpulkan warisan spiritual? Apakah kau percaya?!"
"Apa katamu?!!" Kendi arak di tangan Situ Nan terlepas tanpa sadar, jatuh ke tanah dengan dentang keras.
