Persepsi spiritual Wang Lin yang menyelimuti area memungkinkannya melihat segala sesuatu di tempat aneh ini. Ruang ini tidak terlalu luas, melainkan memanjang seperti sebuah koridor!
Sekeliling koridor ini sangat rapuh, terdapat beberapa area yang rusak seperti retakan, seolah-olah koridor ini bisa collapse total kapan saja.
Kedua ujung koridor ini, satu sisi adalah tempat Wang Lin berada saat ini, sementara ujung satunya berada di kedalaman tak berujung. Di tempat terdalam itu, bahkan Shen Shi Wang Lin pun tak bisa menyebar masuk. Ia hanya samar-samar melihat adanya pintu batu raksasa di sana!
Di pintu batu tersebut, terdapat selembar Kertas Jimat penyegel!
Setelah diam sejenak, tubuh Wang Lin melangkah maju dan sekejap mata menghilang dari tempatnya. Saat muncul kembali, ia sudah berada di ujung koridor, 100 zhang jauhnya dari pintu batu.
Jarak 100 zhang ini mencegah segala penyelidikan Shen Shi, ditambah tekanan aura yang bergelombang menyelimuti, menghalangi kedatangan siapapun. Wang Lin berdiri di luar 100 zhang itu, menatap tajam pintu batu di depannya dengan ekspresi serius.
Bentuk pintu batu ini sangat kuno, di permukaannya terdapat tulisan-tulisan kompleks yang belum pernah dilihat Wang Lin sebelumnya. Meski demikian, ia bisa merasakan kesan zaman yang terpancar dari goresan tulisan tersebut.
Di bawah pengamatan Wang Lin, ia perlahan menyadari bahwa pintu batu ini tidak sempurna tegak di tempatnya. Seolah dipaksakan menyatu dengan Peleburan di sini, seakan ditugaskan untuk menopang koridor ini agar tetap abadi sepanjang masa.
Diam sejenak, Wang Lin melangkah masuk ke dalam radius 100 zhang. Begitu kakinya menginjak area itu, raut wajaknya langsung berubah. Tekanan aura yang sangat dahsyat bergemuruh dari dalam, membuat langkahnya terasa bagai tertambat.
Matanya berkilauan menatap tempat iblis ini. Hingga kini belum ada petunjuk yang ia dapat. Namun kaki kanannya yang sempat membeku tadi, dengan kasar diinjakkannya. Begitu telapak kaki menyentuh tanah, koridor ini langsung bergemuruh.
Setelah satu langkah, Wang Lin kembali menyambar ke depan, dengan wajah tegas melangkah lebih dari sepuluh langkah. Setiap langkahnya mencapai beberapa zhang, dalam sekejap mata, ia telah tiba di tengah jarak 100 zhang ini!
Di sini, tubuhnya memancarkan suara bum bum seolah akan collapse total. Saat ini ia bukan lagi Tubuh fisik Dewa Kuno, melanjutkan langkah mustahil menahan tekanan ini. Tangan kanannya menepuk sambil membentuk mantra dengan jari-jarinya, duduk bersila, sorot matanya langsung menutup, jari menunjuk Antara Alis.
Tiba-tiba tubuh Wang Lin bergetar keras! Segera muncul pusaran di Antara Alis-nya. Jiwa Yuan Shen-nya dalam kilatan cahaya merah menyala-nyala, langsung keluar dari sarung pedang - cahaya merah itu tak lain adalah pedang darah Wang Lin!
Dengan pedang ini yang melebur dengan Jiwa Yuan Shen, di bawah perlindungan pedang darah, Jiwa Yuan Shen Wang Lin menyambar ke 50 zhang (±165 meter) terakhir di depan pintu batu ini. Jarak 50 zhang bagi pedang darah dan Jiwa Yuan Shen-nya hanyalah sekejap mata untuk disapu bersih.
Kekuatan penolakan yang Mengguncang terus menghantam pedang darah, berusaha menghancurkan Jiwa Yuan Shen Wang Lin. Di jarak sepuluh zhang terakhir sebelum pintu batu, intensitas kekuatan ini mencapai tingkat yang mengerikan.
Pedang darah gemetar, Jiwa Yuan Shen-nya hampir terlempar oleh dorongan gila-gilaan. Dia mati-matian memusatkan diri di pedang darah itu, lalu dengan tekad kuat, pedang tersebut langsung menusuk dinding koridor dengan suara bum!, terhujam dalam untuk menguatkan bilahnya.
Meski demikian, saat pedang darah tertancap, tetap terus tercabik mundur.
Sepuluh zhang adalah jarak sangat dekat bagi Wang Lin. Jiwa Yuan Shen-nya yang termaterialisasi di pedang darah itu menatap tajam pintu batu dan segel Kertas Jimat di atasnya.
Dari jarak sedekat ini, Wang Lin hampir sepenuhnya yakin: pintu batu ini sengaja ditempatkan di sini untuk menopang struktur koridor!
Juga ada Kertas Jimat di pintu batu itu, tekanan aura penolakan ini berasal dari kertas jimat tersebut. Fungsi jimat ini adalah untuk mengurung pintu ini, membuat orang tidak bisa masuk dari luar maupun keluar dari dalam!
"Tempat apa yang ada di luar pintu itu..." Jiwa Yuan Shen Wang Lin dengan gugup memutar pikirannya. Saat ini pedang darah terus menerus tercabik ke belakang, membuat jarak antara jiwa Yuan Shen-nya dengan pintu batu berubah dari sepuluh zhang menjadi hampir dua puluh zhang.
Dengan suara "bum!", pedang darah terlempar keluar dari dinding koridor. Di bawah kekuatan penolakan yang berbalik arah, pedang itu membawa jiwa Yuan Shen Wang Lin melesat kembali sejauh lima puluh zhang. Jiwa menyatu kembali dengan tubuh fisik, Wang Lin yang sedang duduk bersila tiba-tiba membuka matanya.
"Andai Tubuh Asli ada di sini, setelah melebur dengan tubuh Dewa Kuno, lima puluh zhang ini meskipun sulit bisa kutempuh dengan jurus keabadian sampai ke depan pintu! Tapi kalau sekarang harus kembali untuk melebur dengan Tubuh Asli, akan banyak menyita waktu..."
Wang Lin sorot mata dingin berkilat, sepanjang hidupnya berkultivasi tak pernah tunduk pada kekuatan apapun. Saat ini dengus dinginnya menggema, kedua tangannya membentuk mantra. Tiba-tiba kilat berkedip di mata kirinya, diiringi deru dahsyat, inti petir pun muncul.
Bersamaan dengan itu, mata kanan Wang Lin memancarkan Semburan Api yang bergelora, menunjukkan warna nyala api yang intens.
Dalam posisi duduk bersila, kedua tangannya terangkat - tangan kiri mewakili kehidupan, tangan kanan mewakili kematian. Telapak terbuka adalah sebab, genggaman terkepal adalah akibat. Saat matanya berkedip, lapisan ketiga inti realitas dan ilusi mengitari tubuhnya.
Akhirnya, dari dalam tubuhnya meletus aura pembantaian menggemparkan langit. Inti keenam sang pembantai pun mengaum kencang bangkit.
Enam inti terkristal, langsung melebur ke antara alis Wang Lin. Pusaran di antara alisnya muncul kembali, Jiwa Yuan Shen meledak keluar membawa enam intinya, terkristal kembali di dalam pedang darah. Kilat petir berkedip, api menyala-nyala, tiga inti ilusif melingkupi. Dengan pembunuhan sebagai perintis jalan, pada sekejap mata itu, Jiwa Yuan Shen Wang Lin yang terkristal dalam pedang darah meledakkan lengkingan pedang, melesat dengan gemuruh menuju pintu gerbang sejauh lima puluh zhang!
Sepanjang jalan bergemuruh, kekuatan penolakan semakin menguat, namun tak mampu menghalangi ledakan serentak seluruh tingkat kultivasi Wang Lin saat ini. Jiwa Yuan Shen-nya bagai pedang tajam, tak ada yang bisa menahannya!
Sekejap mata, kembali mendekati sepuluh zhang itu. Kali ini, tanpa jeda seperti sebelumnya, di bawah kekuatan penolakan yang mengguncang, dengan paksa menerobos masuk! Gemuruh terdengar, cahaya merah membara berkilat. Pedang darah tempat Jiwa Yuan Shen Wang Lin terkristal, secara mengejutkan langsung menusuk kertas jimat di pintu batu itu!
Satu pedang menembus, menusuk ke dalam pintu batu sedalam 3 chi!
Ngung! Badan pedang berguncang keras, kekuatan penolakan meletus gemuruh, berbenturan dengan enam inti Wang Lin, berusaha menghancurkan Jiwa Yuan Shen-nya.
Saat pedang darah itu menembus kertas jimat dan menancap 3 chi ke pintu batu, Jiwa Yuan Shen Wang Lin seketika merasakan hawa yang pernah ia temui sebelumnya - aura asing yang sangat familiar namun bukan berasal dari gua persembunyian ini!
Itulah hawa Benua Xiangang, aroma langit dan bumi yang pernah dikunjungi Shen Shi-nya setelah bermimpi Jalan!
Benua Xiangang yang telah eksis sejak zaman purba di kosmos yang suram, ukurannya berkali-kali lipat lebih besar dari wilayah dalam dan luar dunia. Bahkan ahli Langkah Ketiga sekalipun membutuhkan waktu lama untuk melintasi seluruh benua ini.
Benua Xiangang dijuluki tepian langit dan kutub bumi. Di sinilah tempat paling megah di alam semesta purba!
Di bagian timur Benua Xiangang, di antara rangkaian gunung megah yang tak terputus, kabut melingkupi, energi dewa memenuhi udara, di mana-mana terdengar kicauan burung dan harum bunga, di setiap sudut Makhluk Immortal dan bangau surgawi mengibarkan sayapnya.
Pegunungan ini besarnya mencapai 10% dari Domain Bintang Kunxu. Dipandang sejauh mata memandang, ujungnya tak terlihat. Namun meski demikian, dibandingkan dengan seluruh Benua Xiangang, ini hanyalah setetes air di lautan!
Di tengah pegunungan ini, terdapat sebuah gunung yang menjulang ke langit bagai pedang tajam terbalik yang menusuk langit. Dari dekat, panjangnya tampak tak berujung, namun bila dilihat dari jauh, tetap terlihat seperti bukit kecil!
Di puncak gunung ini berdiri kompleks istana megah - gerbang cabang sekte dari Benua Xiangang. Sekte ini bernama Sekte Penyatuan!
Di Benua Xiangang, sekte ini - sama seperti Sekte Tujuh Jalan - tidak tergolong sekte besar!
Saat ini di gerbang cabang Sekte Penyatuan, di atas lapangan Aula Utama, tergantung lonceng raksasa berukuran 1.000 zhang yang mengambang di udara, terlihat sangat megah dari kejauhan.
"Namun tiba-tiba!" Lonceng itu bergetar keras disertai suara "ngung" yang bergema ke seluruh cabang. Di bawah dentuman itu, beberapa cahaya panjang seketika mengaum mendekat dari istana jauh.
Saat mereka menerjang, cahaya merah menggemparkan tiba-tiba meledak dari lonceng raksasa. Kilatan darah yang menyilaukan ini, saat muncul di Benua Xiangang, langsung bersinar sepuluh ribu zhang.
Bagai cahaya yang telah meninggalkan Benua Xiangang terlalu lama, hari ini ia kembali lagi!
Di bawah kilatan darah, ujung pedang merah menyala muncul di permukaan lonceng! Menembus tiga cun, cahaya darah menggemparkan itu menyebar persis dari situ!
"Pedang Yemo!!" Dari beberapa siluet yang mendekat, seorang pria paruh baya berkecepatan luar biasa - hampir sekejap mata telah sampai. Ia mengenakan jubah Tao aneh, mata memancarkan kilatan sinar tajam, tingkat kultivasi puncak tahap kosong Xuan langsung menyebar.
Di dalam tingkat kultivasi Kong Xuan-nya, samar-samar terdapat seberkas kekuatan Xuan Jie. Jelas bahwa orang ini telah melewati beberapa kali tribulasi Xuan Jie yang tak terhitung!
Seiring kedatangannya, beberapa cahaya panjang di belakangnya tiba dan berubah menjadi delapan orang. Mereka berdiri di bawah lonceng besar itu, masing-masing memancarkan kilau aneh sambil menatap tajam ujung pedang tiga cun yang mencuat!
Di bawah pandangan mereka, ujung pedang itu perlahan ditarik kembali. Kilatan cahaya merah menyala, lalu menghilang dari lonceng besar itu, hanya menyisakan sebuah tanda yang abadi selamanya!
Semua orang diam, memandang dingin ke arah lonceng besar itu. Suasana sekitar sunyi senyap.
"Saudara Senior Sekte, apakah kita harus membuka Dongdan Zhong ini..." Salah seorang dari mereka berbicara perlahan.
"Belum perlu. Dulu sebelum kepergian Saudara Senior Ma bersama anak buahnya, dia pernah berkata lonceng ini jangan pernah dibuka. Dia akan kembali sendiri!"
"Pedang Darah Yemo... Tampaknya rumor bahwa Yemo dibawa Sekte Tujuh Jalan ke gua persembunyiannya adalah benar adanya!"
“Qicai Zunzhe yang meninggalkan pasangan kultivasinya dan mengunci Sekte Tujuh Jalan, pasti telah mendapatkan harta karun yang sangat berharga... Dulu Saudara Senior Ma meneliti selama bertahun-tahun, baru berhasil menggunakan Harta Tertinggi Sekte Gui Yi kami untuk membuka koridor menuju gua persembunyiannya. Dengan kemampuan dan tingkat kultivasi Saudara Senior Ma, kita tak perlu khawatir!”
Di dalam pintu batu koridor aneh itu, pedang darah terhempas mundur. Jiwa Yuan Shen Wang Lin di dalamnya yang terpana, terlempar kembali sejauh 50 zhang (±165 meter) akibat kekuatan penolakan. Jiwa tersebut menyatu dengan tubuh fisiknya, tangan mencengkeram erat pedang darah sambil mundur terburu-buru. Dalam sekejap mata, mereka telah keluar 100 zhang (≈333 meter). Di luar pintu batu itu, wajah Wang Lin yang biasanya tenang kini pucat membatu dengan ekspresi serius, matanya menatap tajam ke arah pintu. Jantungnya berdegup kencang: Dug... dug... dug!
Seluruh tingkat kultivasinya berputar dengan kecepatan tinggi, kewaspadaan mencapai tingkat ekstrem.
Sensasi tenggorokan kering muncul di mulutnya. Setelah waktu yang lama, melihat pintu batu tetap tak bergerak, barulah Wang Lin menarik napas dalam-dalam.
“Benua Xiangang!! Di luar pintu batu itu, adalah Benua Xiangang!!” Wang Lin kembali memandang sekeliling koridor, sorot matanya menunjukkan pencerahan.
“Aku mengerti...”
