Sorot mata Tanlang dipenuhi keputusasaan, hatinya penuh penyesalan. Dulu di luar dunia ia bertemu Wang Lin, akhirnya dibersihkan dari bau busuk di tubuhnya, sempat lega sejenak.
Namun kemudian terjadilah pertempuran besar dalam dan luar dunia. Pertempuran ini membuat Tanlang sangat bersemangat. Ia merasa kesempatannya datang lagi, mungkin dalam peperangan ini bisa mendapatkan lebih banyak harta karun, bahkan tingkat kultivasinya bisa meningkat.
Dengan niat seperti itu, Tanlang mengikuti pasukan luar dunia menuju Lautan Awan. Diam-diam meninggalkan pasukan, berkat kemampuannya merasakan harta karun, ia bahkan berhasil menemukan celah Lautan Awan dan memasuki celah tersebut.
Di dalam sana, ia hampir tak bisa menahan kegembiraannya. Dengan jelas ia merasakan hawa Magic Treasure yang pekat di tempat ini. Hawa ini membuatnya tertawa liar selama setengah batang dupa.
Ia menyimpulkan nasibnya masih bersinar. Mungkin di dalam celah ini ada takdir, setelah keluar nanti tak perlu takut lagi pada Wang Lin. Ia akan merebut kembali semua harta yang pernah dirampas sebelumnya.
Dengan ambisi sebesar ini, Tanlang yang semangat menggebu-gebu terus mencari di celah ruang ini berdasarkan indra perasanya, dan akhirnya benar-benar menemukan altar Daogu ini.
Tanlang yang tak kuasa menahan kegembiraan itu matanya berbinar-binar saat melihat altar, di pinggiran altar ia bahkan menyaksikan dunia penuh kicauan burung dan aroma bunga. Pandangan ini hampir membuatnya melolong kegirangan.
Ia melihat tak terhitung tanaman dewa, banyak di antaranya hanya pernah ia ketahui dari literatur kuno. Seumur hidupnya belum pernah melihat benda-benda ini. Satu jenis pun, jika dijadikan pil eliksir, bisa meningkatkan tingkat kultivasinya.
Tanaman-tanaman dewa di sana begitu melimpah, sampai-sampai Tanlang hampir dicekik oleh banyaknya.
Selain tanaman dewa, ia juga melihat Makhluk-Makhluk Immortal yang tampak jinak namun memancarkan hawa mengerikan. Para makhluk itu bermain kejar-kejaran dengan suasana harmonis.
Ini semakin membuat Tanlang bersemangat. Berdasarkan penilaian pengalamannya, kelompok Makhluk Immortal ini selama tidak ditantang, tidak akan menyerang secara proaktif. Bahkan sangat mungkin seperti pengalaman masa kecilnya bertemu Naga Petir, bisa menjadi hewan peliharaannya.
Segala sesuatu ini membuat tubuh Tanlang gemetar kegirangan. Namun ia tidak kehilangan akal. Di luar celah, ia mengamati dengan cermat selama beberapa hari. Ia ingin tahu apakah ada kultivator penjaga di sini. Akhirnya ia melihat dua gadis kecil muncul sambil tertawa riang.
Kedua gadis kecil itu sama sekali tidak ia anggap sebagai ancaman. Dengan sukacita Tanlang tertawa liar, tanpa keraguan melangkah masuk ke dalam celah dan muncul di ruang aneh ini.
Selaput penghalang celah itu sama sekali tidak berpengaruh padanya. Hal ini tidak dianggap mengejutkan oleh Tanlang. Sepanjang hidupnya ia telah mengalami banyak kejadian serupa.
Setelah masuk ke dalam celah itu, ia melihat kedua gadis kecil itu menatapnya dengan ekspresi terkejut dan bingung. Hal ini membuat Tanlang semakin tertawa liar. Dengan mengibaskan lengan bajunya, ia hendak mengurung kedua gadis yang tertegun di tempat itu, lalu mulai memetik tanaman dewa dengan penuh semangat.
Namun, ia takkan pernah melupakan peristiwa tragis yang terjadi selanjutnya. Masih teringat jelas di benaknya, beberapa ucapan yang keluar dari mulut kedua gadis kecil itu setelah terkurung.
"Hanhan, siapa dia? Kok tiba-tiba muncul di sini..."
"Aku juga nggak tau. Aneh ya, gimana dia bisa masuk ke Dunia Pengembangbiakan Binatang Sekte Ziyang kita?"
"Lihat deh, kayaknya dia gila. Itukan rumput makanan binatang kecil, kok dimasukin mulut..."
Kedua gadis kecil itu terpaku cukup lama. Gadis bernama Wawa melangkah beberapa kali, sama sekali tak menghiraukan segel pengurung Tanlang, lalu muncul di belakangnya dan menendang pantatnya.
Setelah tendangan itu, penderitaan Tanlang pun dimulai.
Mengingat adegan-adegan dalam ingatannya, air mata Tanlang berkaca-kaca. Memandangi dua gadis kecil yang membelalakkan mata dengan wajah penuh kepuasan diri ini, hatinya dilanda keputusasaan.
Ia tak bisa mengalahkan mereka. Bahkan di masa lalu, hanya dengan satu tendangan saja mereka hampir merusak total tingkat kultivasinya. Di matanya, kedua gadis kecil ini sungguh mengerikan.
"Aku akan cerita... Aku cerita! Di kisah sebelumnya tentang Wang Lin si Raja Iblis kejam, jelek, tak tahu malu, dan sombong itu. Dia berada di dalam perut Wang Yue..." Suara Tanlang serasa terbakar api. Ia limbung duduk, terus melanjutkan ceritanya.
"Wang Lin ini benar-benar jahat! Masakan dia berani seperti itu!" Gadis kecil berbaju ungu bernama Hanhan mengerutkan hidung, bergumam kesal.
“Hanhan, kamu ingat nggak dulu aku pernah cerita? Waktu itu aku sama Guru cari tanaman obat di luar, pernah ngerasain Shen Shi yang aneh. Aku bahkan sempat ngobrol sama dia. Katanya namanya Wang Lin.”
Sementara Tanlang menderita menceritakan kisahnya, di luar celah Tao Yuan, tepatnya di altar yang terpencil di angkasa, Wang Lin dengan wajah pucat pasi kembali memuntahkan darah segar. Darah Escape-nya melesat cepat ke depan.
Di belakangnya, angkasa seolah terbakar. Sembilan ekor burung api raksasa mengaum mengejar. Gelombang panas berlapis-lapis menggulung, memancarkan tekanan aura yang mengguncang angkasa. Di belakang burung-burung api itu, cahaya pelangi menyelimuti. Kultivator Pelangi dengan raut wajak penuh niat membunuh dan amarah, melangkah tanpa terburu-buru mendekat.
"Kulihat ke mana kau bisa lari! Akan kusuling tubuh fisik Daogu-mu dengan paksa sampai menjadi abu! Semakin kau pulih, semakin menderitalah kau! Bahkan jiwamu Yuan Shen akan kucabut untuk kujadikan Magic Treasure! Barulah kebencian di hatiku terobati!"
Seluruh tubuh Wang Lin bagai terbakar. Sakit yang luar biasa hebat menyelimuti jiwa dan raganya. Darahnya mendidih bagai air mendidih, mengalir deras dalam tubuh hingga rasa pedihnya semakin menjadi. Darah yang dimuntahkannya begitu membara. Tubuhnya bagai tungku perapian raksasa yang terus-menerus gemuruh membakar habis.
Meski telah menguasai inti api, di momen ini ia hanya bisa memperlambat prosesnya. Seolah sumber api primordial pun tak mampu melawan pembakaran di bawah sihir pelangi itu.
Sepanjang perjalanan, tubuhnya terus memulih. Namun semakin pulih, siksaan justru kian tak tertahankan. Hampir-hampir Wang Lin tak sanggup menanggungnya. Tapi ia tetap menggigit gigi menahan, tak menyia-nyiakan sedikitpun waktu. Berkali-kali ia melesat menggunakan Blood Escape.
Jarak ke altar itu semakin mendekati!
Beberapa saat kemudian, dalam satu perpindahan Wang Lin, ia melihat altar yang ditunjukkan dalam peta kepingan giok dari kejauhan! Pada sekejap mata melihat altar tersebut, sorot mata tajam berkilat di mata Wang Lin, berubah menjadi cahaya panjang yang menyala, menyambar langsung ke arah altar.
Tepat di momen ini, di celah yang menghubungkan pinggiran altar dengan Dunia Binatang Piara Sekte Ungu Yang, Tanlang dengan hati-hati mundur ke belakang. Pada saat dua gadis kecil itu berdiskusi tentang nama Wang Lin, Tanlang seperti orang gila mundur dengan kecepatan tinggi, membentur celah tersebut dan menerjang keluar.
Saat menerjang keluar, air mata kegembiraan mengalir di mata Tanlang. Ia memandang angkasa ini, di hatinya muncul perasaan Selamat dari tribulasi. Namun perasaan ini hampir baru terbayang, ia sudah melihat di kejauhan semburat cahaya panjang yang bagai menyala mengaum mendekat.
“Wang Lin? Wang Lin!!” Tanlang tertegun, hampir tak percaya pada penglihatannya sendiri, namun setelah mengamati dengan seksama, segera menjerit ketakutan.
“Anda... anda... anda masih belum melepaskanku! Aku sudah sampai di sini, kau bahkan muncul lagi, kau...” Wajak Tanlang seketika menjadi pucat, secara bawah sadar mundur saat siluet Wang Lin yang berubah menjadi cahaya panjang, tiba di altar ini diiringi deru dahsyat. Tubuhnya terhuyung-huyung, memuntahkan darah segar.
Hingga saat ini, Wang Lin juga melihat Tanlang yang tiba-tiba muncul di sini. Ia mengabaikan orang ini, namun dengan kasar berbalik memandang ke kejauhan.
Di kejauhan angkasa terbakar, sembilan ekor burung api raksasa membentuk matahari, bergemuruh mendekat. Di belakang matahari itu, Kultivator Pelangi dengan niat membunuh melangkah semakin dekat.
Setiap langkahnya membuat angkasa bergetar, mengerikan hingga tingkat ekstrem!
"Raut wajah Tanlang kembali berubah. Matanya hampir menonjol keluar, jiwanya gemetar sambil terus mundur. Keperkasaan kultivator pelangi membuatnya merasakan maut dalam sekejap."
"Wang Lin ini berani-berannya menantang sosok mengerikan seperti ini! Siapa sebenarnya orang ini?!" Tubuh Tanlang bergetar, hendak kembali ke dunia pemeliharaan di dalam celah. Baginya, dunia luar terlalu berbahaya. Lebih aman kembali ke sana untuk bercerita pada si Kecil.
Tiba-tiba, kultivator pelangi itu mengangkat tangan kanannya, menunjuk tajam ke arah altar tempat Wang Lin berdiri.
"Di sinikah titik akhir pelarianmu? Kalau begitu di tempat inilah aku akan memurnikanmu!" Saat jarinya menunjuk, sembilan matahari bergemuruh menyambar ke arah Wang Lin. Gelombang panas menggulung, menyelimuti segalanya, membakar habis segala sesuatu.
Wang Lin duduk bersila di atas altar itu, menatap tajam sembilan matahari yang mengaum mendekat dari segala penjuru. Ia tak tahu di mana letak nyawa di tempat ini, namun ia melihat lengan yang ada di dalam altar!
Hawa Daogu yang dipancarkan lengan ini membuat Wang Lin langsung mengenali - ini adalah salah satu tangan Yemo!
"Mungkinkah lengan inilah sumber nyawanya?" Tanpa pikir panjang, bahkan tak sempat mengamati sekeliling, tangan kanannya langsung menekan lengan tersebut. Bila orang lain tanpa warisan Daogu, mustahil melebur lengan ini. Tapi Wang Lin berbeda, ia memiliki warisan Daogu asli. Saat menyentuh lengan itu, tiba-tiba memancarkan sinar sepuluh ribu zhang yang menyelubungi seluruh tubuhnya.
Bersamaan dengan itu, dalam gelombang panas terdengar teriakan Tanlang. Setengah tubuhnya telah melangkah masuk ke dalam celah dimensi, tapi tak sempat masuk sepenuhnya!
"Seribu tahun, tiga ribu tahun, sepuluh ribu tahun! Cerita sepuluh ribu tahun, selamatkan aku dua si Kecil!!!"
Di saat Tanlang menjerit ketakutan, ia merasakan dua tangan kecil menekan punggungnya dari dalam celah dimensi. Bersamaan dengan itu, aliran energi kultivasi yang begitu dahsyat hingga hampir membuatnya tercekik, mengalir deras dari kedua telapak tangan kecil itu ke dalam tubuhnya.
Kekuatan kultivasi ini membuat seluruh tubuh Tanlang memancarkan cahaya emas tak berujung. Cahaya itu menyebar dengan gemuruh, tangan Tanlang terangkat di luar kendalinya. Jari-jari kedua tangannya merekah membentuk pola lingkaran di hadapannya.
Saat pola lingkaran itu terbentuk, di antara kedua tangan Tanlang muncul sosok matahari emas berukuran mini. Meski kecil, kekuatan maha dahsyat yang terkandung di dalamnya mengguncang seluruh angkasa, Lautan Awan, Sungai Panggil, bahkan menggetarkan Bintang Kuno Tai Gu di luar dunia.
Seandainya hanya itu mungkin masih bisa ditolerir. Namun peristiwa yang lebih mengerikan justru terjadi kemudian.
