Di luar celah Domain Bintang Yun Hai, kini terkumpul banyak binatang buas. Makhluk-makhluk itu masih menyimpan ketakutan di wajah, tak bisa melupakan badai larangan yang mengusir mereka dari celah beberapa bulan lalu.
Hanya saja celah itu adalah rumah mereka. Kini mereka berkeliaran di area luar, enggan meninggalkan tempat itu.
Seiring waktu berlalu, binatang-binatang buas ini semakin gelisah, namun tak berani melangkah masuk ke dalam celah. Geraman rendah yang meredam bergema di sekelilingnya. Pada hari itu, siluet berjubah putih perlahan muncul dari celah tersebut. Kehadirannya langsung membuat binatang-binatang buas di area luar serentak mundur.
Mereka merasakan dengan jelas hawa menakutkan yang terpancar dari tubuh Wang Lin.
Wang Lin melangkah keluar dari celah, pandangannya tetap tenang menyapu sekilas ribuan makhluk buas di depannya. Tanpa berlama-lama, tubuhnya menggoyang ke depan dan menghilang dari tempat itu.
Hingga lama setelah Wang Lin pergi, binatang-binatang buas di sekitarnya baru berani mendekati celah dengan hati-hati. Setelah memastikan tak ada bahaya lagi, barulah mereka mengalir deras masuk ke dalam celah.
Wang Lin berjalan di angkasa, siluetnya menerobos melintasi kehampaan, terkadang menampakkan diri namun sekejap mata menghilang. Saat muncul kembali, ia telah berada di lokasi yang jauh. Tak lama kemudian, di depan Wang Lin terbentang pinggiran Domain Bintang Yun Hai, tepat di mana dunia dewa baru itu berada.
Benua mengambang dikelilingi galaksi perak yang berkilauan. Cahaya lembutnya menyebar, menerangi segala sesuatu di sekitarnya. Gelombang energi Larangan dan formasi terus menyebar dari sana, menjaga dunia dewa.
Memandangi tempat ini, ekspresi Wang Lin tak lagi dingin. Tempat ini adalah ciptaannya, rumah selain Planet Zhuque di dunia kediaman ini.
Di sini terdapat banyak orang-orang familiar yang tak bisa ia tinggalkan.
"Sungai Panggil yang menyatu dengan dunia dewa ini, meski memiliki sistem Larangan, namun kekuatannya masih kurang..." Larangan penjaga dewa di sungai perak itu sebelumnya tak bisa diperkuat oleh Wang Lin, tapi kini ia mampu melakukannya.
Tanpa lebih dulu menginjakkan kaki ke dunia dewa, Wang Lin berdiri di luar galaksi. Setelah meneliti beberapa saat, urat darah melintang yang menghilang di pupil matanya muncul kembali, memancarkan kilau merah iblis.
Tangan kanan Wang Lin terangkat, lalu tiba-tiba menggerakkannya ke depan. Dalam gerakan itu, urat darah di pupil matanya termaterialisasi tanpa suara di hadapannya, menyambar langsung ke galaksi.
Pada sekejap mata itu, urat darah di mata Wang Lin berkilauan. Benang-benang darah yang termaterialisasi di luar tubuhnya memantulkan cahaya tersebut, satu per satu melebur ke dalam galaksi hingga terhubung menjadi satu, membuat galaksi di sini samar-samar memancarkan cahaya merah.
Usai menyelesaikan ini, Wang Lin memandang angkasa. Dalam sorot matanya, benang tipis hukum yang samar itu satu per satu terbayang kembali. Tangan kanannya mengangkat dan menciptakan gerakan ke depan, segera benang-benang yang terwujud dari hukum itu bergerak bagai ombak di angkasa, perlahan berkumpul dari delapan penjuru dan padat mengitari galaksi ini.
"Dengan ini, dunia dewa dapat mempertahankan keselamatan dalam malapetaka pencarian Jiwa Ketiga ini!" Wang Lin diam sejenak, lalu melangkah mantap ke arah Galaksi Perak.
Pada sekejap mata memasuki dunia dewa, Hong Shanzi dan yang lain langsung merasakan kehadirannya, berduyun-duyun bangkit dari meditasi dengan ekspresi terkejut sebelum melesat ke langit.
Qing Lin, Qing Shui, Situ Nan, dan Nan Yunzi berdiri di angkasa sambil menyungging senyum memandang siluet jubah putih yang mendekat dari kejauhan.
Lebih banyak lagi orang-orang familiar Wang Lin turut merasakan kehadirannya. Senyum merekah di wajah mereka saat menyaksikan siluet jubah putih itu.
Wang Lin memandang wajah-wajah familiar di depannya yang diselimuti kehangatan, perlahan ikut tersenyum. Matanya menangkap Hong Die yang berdiri di samping Qing Shui - dua ayah dan anak itu jelas telah berdamai.
Dia melihat di belakang Qing Lin diikuti oleh Qing Shuang. Di kejauhan dari Qing Shuang, di tengah kerumunan terdapat seorang pria yang murung. Pria ini diam-diam memandangi Qing Shuang dengan ekspresi kompleks dan kesedihan, namun lebih banyak terlihat kepuasan.
Dia adalah Zhou Yi.
Wang Lin juga melihat Zhou Ru. Di hatinya, meski Zhou Ru kini telah dewasa, tetaplah seorang anak. Di samping Zhou Ru, harimau itu masih setia menemani.
Pandangannya menyapu sekilas semua orang yang hadir. Wang Lin tersenyum dan berkata dengan suara lirih.
“Pulang ke rumah.”
Tiga kata ini menciptakan sorakan bergemuruh di dunia dewa. Di bagian barat dunia dewa yang awalnya kosong, kini telah menjadi tempat bermukimnya suku Bintang Kuno Tai Gu - di sini berdiam Suku Blue Silk.
Lanmeng Daozun duduk di depan gubuk jerami buatannya sendiri, menatap langit dengan senyum tipis di bibir. Putrinya Li Qianmei tidak berada di sisinya, melainkan sedang bertapa.
Lanmeng Daozun menganggap tingkat kultivasi Li Qianmei belum cukup, sehingga setelah membawa Suku Blue Silk ke dunia dewa, ia memerintahkan Li Qianmei untuk bertapa guna memahami inti spiritual Lanmeng Daozun.
Setelah berbincang singkat dengan beberapa kenalan, Wang Lin pun pergi. Yang ikut bersamanya adalah Situ Nan, Zhou Ru, kepala besar, Tiga Belas, dan lainnya. Mereka menetap di utara dunia dewa, tepatnya di lereng gunung yang tak henti-henti.
Di sela waktu, Wang Lin juga mengunjungi Lanmeng Daozun. Ketgetahui Li Qianmei sedang bertapa, tanpa disadari ia merasa lega di hatinya.
Mungkin ia sendiri bingung, jika bertemu Li Qianmei lagi, apa yang harus diucapkan. Ia tak bisa membedakan apakah hubungan mereka merupakan kebaikan yang tak terlupakan, ataukah cinta.
"Kebaikan, tidak sama dengan cinta..." Bisikan Li Qianmei di telinga Wang Lin itu terus bergema dalam benaknya.
Dunia dewa baru ini bagaikan surga dunia, jauh dari pertikaian dunia nyata. Mereka tidak menghiraukan sosok-sosok yang sedang mencari Jiwa Ketiga baik di dalam maupun luar dunia. Kembalinya Wang Lin semakin memperkuat keyakinan para kultivator untuk hidup harmonis di sini.
Wang Lin tinggal di puncak gunung itu. Di sana terdapat sebuah gubuk sederhana, inilah rumah Wang Lin.
Zhou Ru sama sekali tak mau pergi. Ia menemani Wang Lin bagaikan seorang putri, pandangannya sesekali dipenuhi kelekatan saat menatap Wang Lin.
Melihat Zhou Ru yang telah dewasa, di hati Wang Lin selain kehangatan juga muncul rasa perih yang bergelombang. Rasa sakitnya berasal dari kenangan akan Li Mawan, fragmen-fragmen kehidupan mereka di Planet Zhuque.
Ia semakin merasa bersalah pada Wan'er. Hanya saja penderitaan asketiknya tak ada yang tahu, kesedihannya pun tak terlihat oleh siapapun. Dua ribu tahun lebih waktu yang beratnya cukup untuk menyembunyikan segalanya tentang dirinya.
Masih ada Tiga Belas dan Kepala Besar, kedua orang ini berlatih kultivasi di tempat Wang Lin. Di bawah bimbingan sesekali Wang Lin, mereka memperoleh banyak pencerahan. Darah Jiwa Kepala Besar telah lama Wang Lin kembalikan, sekaligus membuka segel pelayan, memberikan kebebasan pada Kepala Besar.
Namun Kepala Besar sama sekali belum pernah memilih untuk pergi. Terkadang ia menatap langit dengan ekspresi muram, sorot matanya dipenuhi jejak kenangan. Wang Lin tahu, Kepala Besar merindukan rumahnya. Sayangnya rumah Kepala Besar sudah tiada.
Masa kecilnya yang penuh derita, kenangan pahit itu kini justru menjadi berharga, menjadikannya enggan melepaskannya.
Tiga Belas adalah sosok sederhana. Ia tak banyak berpikir. Satu-satunya pikiran adalah berlatih kultivasi, menjadi murid terkuat sang Guru. Saat Guru membutuhkan, ia rela mengorbankan segalanya, termasuk kehidupan.
Adapun Situ Nan, setiap hari ia minum arak bersama Wang Lin. Sesekali tertawa lepas sambil menepuk tubuh Wang Lin, wajahnya penuh sukacita. Seolah melupakan segala kekhawatiran dalam pertemuan ini.
Kadang setelah mabuk, ia juga akan memandang Wang Lin dengan tatapan redup sambil menggelengkan kepala penuh haru. Yang diharukannya bukanlah pertumbuhan Wang Lin, melainkan kenyataan bahwa dirinya sudah sangat lama tidak menjadi seorang Pangeran.
Zhou Yi pernah datang sekali. Ekspresi kegelisahannya semakin pekat saat minum arak bersama Wang Lin. Ia tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya membawa arak lalu menghabiskannya gelas demi gelas bersama Wang Lin. Setelahnya, ia menatap Wang Lin dalam-dalam, menunjukkan senyuman pertama kali, lalu mengangguk dan pergi.
Punggungnya terlihat kesepian. Ia terus berusaha membuat Qing Shuang mengakui keberadaannya, atau setidaknya mengingatnya. Apapun hasilnya, ia akan memilih untuk menunggu, menanti hari itu tiba, sekalipun harus seumur hidup.
Tak lama kemudian, Wang Lin telah menghabiskan satu bulan di dunia dewa baru ini. Selama itu, ia mengeluarkan Gudang Pin Dewa yang diperolehnya dari dunia dewa petir dulu, mengambil semua seni immortal di dalamnya, lalu menghadiahkannya kepada Qing Lin dan yang lain.
Mereka akan mengatur agar seni immortal tersebut diajarkan turun-temurun, sehingga kekuatan keseluruhan dunia dewa dapat meningkat.
Pada saat yang sama, di luar dunia dewa, kekacauan besar juga mulai menunjukkan tanda-tanda. Empat Jenderal Perang dari dunia dewa purba memiliki metode khusus dalam mencari Jiwa Ketiga. Bagai mengandalkan kerja sama keempat orang dan banyak dewa lainnya, mereka menyusun formasi darah dewa yang aneh. Dengan formasi ini, mereka terus melanjutkan pencarian.
Tentu saja masih ada beberapa metode rahasia yang tidak diketahui umum dalam hal ini. Bahkan jika Wang Lin pun tidak bisa mengetahuinya.
Selain para Dewa Purba Kuno yang dipimpin Empat Jenderal Perang, kakek tua Zhan seolah tidak melakukan gerakan apapun. Hanya menggunakan Shen Shi-nya untuk mengunci target keempat jenderal dari kejauhan, mengawasi pencarian mereka.
Pikirannya sama sekali tidak disembunyikan. Keempat Jenderal Perang tentu memahami hal ini, namun anehnya mereka tidak menghentikan pencarian. Seolah memiliki sandaran tertentu, mereka tidak memperdulikannya.
Adapun kultivator pelangi, setelah meninggalkan Lautan Awan, ia mengumpulkan Tuan Zhang Zun dan beberapa Selir Dewa dari luar dunia. Serentak mereka memasuki wilayah dalam, menyambar Kunxu, dan melakukan pencarian ketat di sana.
Bahkan samar-samar seperti menggunakan kemampuan supernatural tertentu, teknik ini tepatnya adalah pertempuran besar antara dunia dalam dan luar, yang setelah menewaskan banyak kultivator, memberikan kesempatan bagi Cahaya Pelangi untuk memperolehnya.
Wang Lin juga sedang mencari Jiwa Ketiga. Sepanjang bulan ini, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mempelajari cara memanfaatkan layar wajah hantu itu, menguasai ilusi di dalamnya.
Hal seperti ini berjalan agak lambat, meskipun merasa gelisah, tapi tidak ada metode cepat. Namun, dibandingkan mencari Jiwa Ketiga, di hati Wang Lin masih ada duri yang harus dicabut lebih awal!
Bahkan jika tidak bisa dicabut, ia harus memahami: duri ini sebenarnya menusuk di bagian mana, dengan cara seperti apa yang bisa mematikan!
Duri itu bernama Tian Yunzi!
Bukan pertama kalinya Wang Lin melawan perhitungan Tian Yunzi, tapi ini pertama kalinya ia ingin menyelesaikan pertikaian ribuan tahun ini sekaligus!
“Tian Yunzi, di mana sebenarnya kau bersembunyi…” Wang Lin duduk bersila di luar gubuk, sorot matanya berkilat, lalu memejamkan mata, tenggelam dalam jiwanya, menuju arwah Tian Yunzi yang sengaja ia biarkan hidup selama ini.
Ia ingin melalui arwah ini untuk menemukan lokasi tubuh asli Tian Yunzi, lalu membunuhnya!
Selama Tianyun belum ditaklukkan, Wang Lin takkan tenang. Orang ini adalah faktor ketidakpastian terbesar selain Jiwa Ketiga!
