Di bagian timur Domain Bintang Luo Tian, di hamparan lautan bintang tak berujung, terdapat sebuah planet kultivasi. Planet ini tidak besar, meski memiliki energi spiritual namun tidak pekat—sebuah planet kultivasi biasa.
Para kultivator di permukaannya semakin menyusut akibat pertempuran-pertempuran besar, kebanyakan hanya berada di tahap Pembangunan Fondasi dan Pembentukan Inti. Berbagai sekte pun umumnya telah terbengkalai.
Musim gugur tiba. Angin musim gugur menerpa bumi, menggulung daun-daun menguning kering yang berputar-putar dalam pusaran, menari-nari di antara langit dan bumi. Di antara rangkaian pegunungan, terdapat sebuah lembah sunyi.
Di lembah itu tumbuh subur Qiu Lan, sejenis anggrek yang hanya mekar di musim gugur. Aromanya tak terlalu harum, justru menyisakan nuansa kesepian yang tertiup angin musim gugur.
Setiap musim gugur, anggrek-anggrek di lembah ini bermekaran serempak menciptakan pemandangan indah. Namun keindahan itu hanya bertahan kurang dari satu musim. Saat udara musim gugur mulai menggigit, semua anggrek di sini akan layu tersaput salju yang turun perlahan, hingga lembah itu lenyap dalam selimut musim dingin. Mereka menanti panggilan angin musim gugur berikutnya yang akan membangkitkan kembali kehidupan.
Saat ini bukanlah musim gugur yang dalam. Di balik aroma harumnya, anggrek-anggrek lembah itu sedang memamerkan pesona terakhir mereka di tahun ini.
Di kedalaman hamparan anggrek, berdiri sebuah gubuk reyot yang jelas telah menjadi penghuni lembah ini sepanjang waktu yang berlalu. Mungkin di masa lalu, seribu tahun silam, seorang bijak bestari pernah tinggal di sini, menghembuskan nafas terakhirnya di antara keharuman Qiu Lan.
Kini, di luar gubuk itu duduk seorang orang tua. Ia mengenakan jubah hijau dengan wajah penuh keriput. Diam-diam ia menatap bunga anggrek di depannya, sorot matanya memancarkan melankolis.
Angin musim gugur bertiup dari dalam lembah, menggerakkan bunga-bunga di tanah. Tiupan angin itu menerpa tubuhnya, membuat jubahnya berdesir dan menerbangkan beberapa helai rambut putihnya.
Beberapa daun kering menguning melayang diam-diam di atas lembah. Sehelai daun melintas di depan matanya, menutupi pandangannya ke bunga anggrek dalam sekejap mata.
Orang tua itu mendesah pelan. Tiba-tiba ia mengangkat kepala dan batuk keras berkali-kali. Lama kelamaan batuknya mereda. Wajahnya memerah tidak wajar sambil memandang daun musim gugur yang diterbangkan angin, raut wajaknya penuh dengan keengganan untuk melepaskan.
"Musim gugur tiba... Bunga anggrek ini pun tak memiliki banyak umur lagi. Tak lama lagi, mereka akan layu dan mati... Hanya saja tahun depan di waktu yang sama, mereka akan mekar kembali... Sedangkan aku saat itu, takkan lagi berada di sini menyaksikan kemekaran mereka..." Orang tua itu menggelengkan kepala, mengangkat tangannya dan menatap telapak tangannya sendiri. Di sana terpampang sebuah tanda aneh berbentuk bunga anggrek yang memancarkan cahaya redup bergelombang.
"Selama tahun-tahun ini, tiga segel itu akhirnya telah selesai... Ini adalah hal terakhir yang kulakukan untuk Guru..." gumam orang tua itu.
"Di hari yang sama tahun depan, aku... akan berada di manakah... Jangan ada lagi siklus reinkarnasi, kuingin memejamkan mata tanpa terbangun... Guru, apakah engkau telah datang..." Orang tua itu mengangkat kepala, berkata dengan suara lirih.
"Aku tahu engkau telah datang." Orang tua itu tidak menoleh, tetap duduk di tempatnya, berkata dengan suara rendah yang pahit.
Angin musim gugur yang berhembus dari luar lembah, kini berpusar membawa beberapa helai daun musim gugur, melesat ke langit dan perlahan melintasi lembah. Meski angin telah berlalu, siluet yang dibawanya tetap tinggal, berdiri di belakang orang tua itu. Matanya juga menatap ke depan, entah memandang manusia atau anggrek yang sedang mekar dalam puncak keindahan hidup terakhirnya - mungkin keduanya sama saja.
Wang Lin berdiri di sana dengan jubah putih membalut tubuhnya.
Orang tua itu menunduk, perlahan bangkit dari duduknya. Saat menatap Wang Lin, sorot matanya memancarkan kerumitan dan kepahitan yang akhirnya berubah menjadi ketenangan, diselubungi rasa hormat yang samar. Lama, sangat lama, ia perlahan bersujud sambil berbisik lirih.
"Murid Xie Qing memberi hormat pada Guru..."
Wang Lin memandangi Xie Qing. Hatinya terasa perih bagai semua darah di jantungnya tercabut. Ia melihat keadaan tubuh Xie Qing di momen ini...
"Jiwa Ketiga Immortal Venerable Pelangi, adalah saya... Tapi saya adalah Xie Qing, bukan dia." Xie Qing bersujud di sana, berkata dengan suara lirih.
"Mengapa harus kamu..." Wajah Wang Lin tetap pucat, meski tidak lama berinteraksi dengan Xie Qing, tapi dalam hatinya, orang ini sama seperti Tiga Belas, sama-sama murid Wang Lin!!
"Guru..." Xie Qing mengangkat kepalanya, memandang Wang Lin, matanya perlahan basah oleh air mata.
"Setelah sebagian ingatan murid bangkit, saya pernah memilih kabur, pernah berjuang, pernah enggan menyerah... Saya datang ke sini, melihat anggrek-anggrek ini, merenungi hidup saya, akhirnya saya mengerti, saya adalah Xie Qing... Saya bukan Su Dao Immortal Venerable Pelangi!" Senyum mengembang di wajah Xie Qing, gumamnya pelan.
"Jiwa Ketiga Immortal Venerable Pelangi, menyimpan ingatan sepanjang hidupnya. Semua ini sangat berguna bagi Guru... Saya tahu, sekarang di dunia ini, Jiwa Pertama, Jiwa Kedua, dan Empat Jenderal Perang semuanya sedang mencari saya...
Meskipun keempat Jenderal Perang dulunya adalah bawahan Immortal Venerable Pelangi, selama bertahun-tahun ini hati mereka telah berubah. Pencarian mereka terhadap Jiwa Ketiga juga memiliki tujuan tersendiri... Tak peduli pihak mana yang menemukan Jiwa Ketiga ini, takkan bisa lolos dari takdir penyerapan.
Guru, ini adalah takdir Immortal Venerable Pelangi, takdir Xie Qing. Mustahil bagi hamba untuk kabur...
Bahkan jika hamba bereinkarnasi, takkan ada gunanya... Jiwa Ketiga ini telah melarikan diri selama bertahun-tahun, kini telah mencapai jalan buntu... Jiwa Ketiga hanya memiliki ingatan, tanpa kemampuan supernatural, tanpa pemahaman. Meski jiwanya kuat, tapi tak memiliki kemampuan untuk melindungi diri.
Lebih baik diberikan kepada Guru daripada ditelan orang lain..." Xie Qing bergumam dengan wajah pahit.
Wang Lin diam. Hatinya terasa sakit perih. Meski berdiri tegak, seolah menginjak domain es yang menusuk tulang. Dingin yang menusuk itu menyelimuti seluruh tubuhnya, berubah menjadi penderitaan.
Ia sebelumnya pernah berjanji pada Qing Shui akan membunuh Jiwa Ketiga ini demi menjamin keselamatannya. Namun di momen ini, bagaimana mungkin ia memenuhi janji itu... Ini bukan sekadar belas kasihan wanita biasa, ini adalah pilihan untuk membunuh anak kandung sendiri!
Adegan-adegan pertemuannya dengan Xie Qing terbayang jelas dalam benak Wang Lin. Fragmen-fragmen kenangan yang terkubur dalam ingatan itu kini muncul begitu gamblang, mustahil baginya melupakan semuanya!
Wang Lin, memegang erat cinta!!
"Guru, murid telah mempersiapkan segalanya... Jika aku tak mati, begitu dua jiwa lain menyatu denganku, tujuh roh sekunder akan otomatis kembali. Meski kurasakan lima roh telah sepenuhnya terpisah, dua sisanya tetap akan berkumpul... Kedua roh itu, kurasakan juga, mereka adalah orang-orang yang sangat dahsyat pentingnya bagi Guru. Jika aku hidup, Jiwa Ketiga takkan muncul. Jika aku hidup, merekalah yang akan tewas...
Jika aku tak mati, tiga jiwa Pelangi akan menyatu... Guru akan binasa..." Sorot mata Xie Qing yang bersinar terang menatap Wang Lin.
"Selama tahun-tahun ini, setelah Jiwa Ketiga bangkit, dengan kekuatan kultivasi jiwaku, aku telah mengkonsolidasikan tiga lapisan segel. Segel pertama ini tidak membutuhkan kekuatan eksternal, aku bisa mengaktifkannya sendiri. Di bawah segel ini, begitu aku mati, Jiwa Ketiga tidak akan memasuki siklus reinkarnasi, Guru bisa mengambilnya...
Saat itu Jiwa Ketiga akan sepenuhnya bangkit setelah kematianku, ia akan secara otomatis membuka inti gua persembunyian, memasuki sana, mendorong pintu gerbang, Guru bisa meninggalkan dunia kediaman ini...
Dua segel tersisa adalah persiapanku untuk Guru. Dengan dua segel ini, pada saat mendorong pintu gua yang menuju ke tanah Xian Gang, memanfaatkan kekuatan Benua Xiangang yang tiba-tiba mengalir deras masuk, disertai dua segel ini, Guru bisa menyegel Jiwa Kedua dan Jiwa Ketiga!
Dengan demikian, segala sesuatu akan mereda..." Xie Qing tiba-tiba batuk-batuk, batuknya semakin parah sampai sepercik darah segar memancar dari mulutnya, menyiram anggrek di hadapannya, mengubah bunga itu menjadi merah menyala, pemandangan yang mengejutkan.
Ini disebabkan kerusakan besar pada jiwa dan hatinya, demi ketiga segel itu, dalam beberapa hari terakhir ia sudah tak peduli apapun.
Wang Lin memandangi Xie Qing, dari awal hingga akhir, ia tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Ia mendengar transformasi Xie Qing, melihat darah segar yang dimuntahkan Xie Qing, hatinya terasa menderita semakin keras.
Pada momen ini ia tiba-tiba mengangkat kepala dengan kasar, memandang ke langit, dengan ekspresi mengerikan ia mengeluarkan suara auman.
"Aku Wang Lin telah merebut kembali takdirku dari Tribulasi Langit Siklus Reinkarnasi, aku telah menjadi Tuan Jalan Langit! Tapi mengapa, aku masih tak bisa menentukan jalan hidupku sendiri?! Mengapa aku harus dihadapkan pada pilihan seperti ini lagi?!!
“Langit, baik itu langit dari dunia kediamanmu maupun langit Benua Xiangang, apakah kau melihat ini!!! Jika langit begitu kejam, maka aku Wang Lin bersumpah di sini, sepanjang hidupku akan menghancurkan langit!!!” Urat hijau di wajah Wang Lin menonjol, ia tampak bagai orang gila. Pada sekejap mata saat teriakan amarahnya, seluruh tubuhnya tiba-tiba melepaskan aura dahsyat. Aura ini awalnya seperti asap tipis yang membubung ke langit, namun dengan cepat terkumpul dan terbentuk menjadi pedang ilusif. Pedang ini memancarkan hawa mengerikan yang seakan ingin menghancurkan langit dan memusnahkan semesta!
Pada sekejap mata yang sama, Xuan Luo Mahadewa yang mengikuti dari kejauhan tiba-tiba menunjukkan perubahan ekspresi pertama kalinya di dunia kediaman ini. Ia menatap tajam pedang ilusif di sekeliling tubuh Wang Lin yang hanya bisa dilihatnya, kedua matanya membelalak lebar menunjukkan ekspresi terguncang.
"Hawa musnah kosong!! Ini adalah hawa musnah kosong!!! Sumpah anak muda ini bahkan bisa mematerialisasikan hawa musnah kosong, dia... dia..."
Xie Qing menatap Wang Lin, air mata mengalir deras, bersujud di sana, membungkukkan kepala dalam sekali sujud.
"Jiwa dan hatiku terkuras parah, selama ini menunggu kedatangan Guru. Aku sempat ragu, namun kini, tak ada penyesalan... Tak perlu Guru turun tangan, nyawaku tinggal seujung kuku... Ini terakhir kalinya, kupanggil... Guru..." Xie Qing memandang penuh kerinduan ke anggrek di depannya, menutup kedua mata yang memutus aliran air mata, senyum kelegaan menghias wajahnya saat menghembuskan nafas terakhir... Nafas terputus, jiwanya punah!
Pada sekejap kematiannya, dari tujuh lubang di wajahnya menyebar benang-benang jiwa tak kasat mata. Ini adalah Jiwa Ketiga, menyimpan ingatan dari siklus reinkarnasi yang tak terhitung, mencakup seluruh kehidupan Xie Qing!
Saat ini, akibat penyegelan Xie Qing, Jiwa Ketiga tak bisa bereinkarnasi lagi. Seiring kematiannya, ingatan-ingatan ini menghilang dengan kecepatan tinggi. Begitu seluruhnya lenyap, Xie Qing akan menghilang secara permanen.
"Ini bukan yang terakhir!" Wang Lin menundukkan kepala dengan kasar, di hatinya berkecamuk amarah yang ditujukan pada langit dan bumi. Sambil berkata, tubuhnya melangkah mantap ke depan, menginjak tepat di samping Xie Qing. Tangan kanannya menepuk ke depan, seketika Jiwa Ketiga yang keluar dari tujuh lubang wajah Xie Qing tiba-tiba tercengkeram di tangannya.
Saat menggenggam Jiwa Ketiga itu, jiwa tersebut sepenuhnya bangkit dari tidur. Pada sekejap mata itu, langit dan bumi berubah warna. Planet kultivasi itu langsung mengeluarkan gemuruh dahsyat, angkasa bergulung-gulung, empat domain bintang bergetar serentak!
Bahkan di luar dunia, perubahan menggemparkan juga terjadi dalam sekejap ini!
