Di Puncak Qingtian, setelah Wang Lin pergi, Qingniu Zhenren tetap duduk bersila di puncak gunung. Matanya memandang jauh ke cakrawala langit dan bumi. Setelah waktu yang lama, ia berbisik pelan, mengucapkan kata-kata yang hanya bisa didengarnya sendiri.
"Sang Kaisar Dewa keluar dari tapa belum lama, Provinsi Hijau Iblis ternyata memang tidak bisa menahan diri... Deduksi Sang Leluhur generasi pertama sangat akurat... Hanya ada sedikit perbedaan di bagian detail, dan cara Sang Leluhur terlalu lembut, tidak cocok dengan situasi sekarang ini..."
"Tujuan Provinsi Hijau Iblis, juga merupakan tujuan Sekte Hantu Besar kami... Sama halnya dengan tujuan Sekte Guiyi..." Qingniu Zhenren menunjukkan senyum, tiba-tiba bersuara.
"Lü Wenran!"
Begitu kata-katanya terucap, di baliknya langsung muncul riak-riak air dari kehampaan. Seorang pria paruh baya bermaterialisasi mengenakan jubah Tao hijau dengan rupa biasa namun memancarkan gejolak tahap menengah Kong Jie dari dalam tubuhnya. Ia melangkah keluar dan berdiri di belakang Qingniu Zhenren dengan menyatukan tinju penuh hormat.
"Murid Lü Wenran, menghadap Guru!"
"Pernahkah kau melihatnya di Lautan Pil?" Qingniu tidak menoleh, masih memandang langit nun jauh sambil berkata perlahan.
"Pada hari itu, murid bersama Ouyang Hui dari Sekte Guiyi dan Senior Sekte Meng Zihai, bertarung melawan Utusan Hijau Moxiu dari Provinsi Hijau Iblis di Lautan Pil. Sesuai instruksi yang Guru tinggalkan dulu, Senior Sekte Meng membawa kami berdua berpura-pura kalah lalu melarikan diri menggunakan perahu awan peninggalan Sang Leluhur generasi pertama. Karena itu, kami tidak pernah melihat orang ini."
"Tujuh hari lagi, kau akan pergi ke Gua Ketiga Tian Niu bersamanya!" Qingniu Zhenren menutup mata.
"Murid mematuhi perintah." Raut wajah pria paruh baya itu tetap tenang, namun kilatan samar terlihat di matanya saat mengangguk dan mundur. Tubuhnya berubah menjadi gelombang energi sebelum menghilang dalam kehampaan.
Tujuh hari berlalu dalam sekejap mata, lima hari telah lewat. Selama lima hari ini, Wang Lin tidak keluar dari gunungnya, tenggelam dalam Ilusi Berlapis. Semua material pembuatan senjata telah ia tempa. Kini, di hadapannya berkibar bendera besar dari kain terpal hitam yang dibuat sesuai teknik pembuatan dalam kepingan giok Ilusi Berlapis.
Kain terpal ini dibuat dengan melebur berbagai bahan dan menenunnya inci demi inci secara khusus. Meski terlihat seperti kain, sebenarnya strukturnya sama sekali berbeda.
Namun benda ini belum sepenuhnya rampung. Baru kerangkanya yang jadi, belum diisi arwah mati. Hanya setelah dimasukkan arwah mati, barulah bisa digunakan untuk Ilusi Berlapis.
Di dalam gua persembunyian, sorot mata Wang Lin berkilat. Tangan kanannya menggapai dan mencengkeram kain itu erat. Tubuhnya bergerak gesit, untuk pertama kalinya dalam lima hari ini ia keluar dari persembunyian.
Ia ingat pesan Sang Leluhur Kerbau Hijau: hanya ada tujuh hari. Kini tersisa dua hari. Ia harus pergi ke Puncak Hantu Sekte Hantu Besar, mencari arwah untuk dimasukkan ke kain terpal.
Siluetnya menghilang. Saat Wang Lin muncul kembali, ia sudah berada di luar gunung menyala itu. Pandangannya menyapu ke utara Sekte Hantu Besar. Menurut peta di tangannya, Puncak Hantu terletak di sana!
Tanpa pikir panjang, Wang Lin melesat dengan cepat, berubah menjadi bayangan samar menyambar ke Puncak Hantu.
Di utara tepat Sekte Hantu Besar, di posisi dekat pinggiran, terdapat Area Terlarang. Tempat ini dikelilingi kabut tak berujung, jarang dikunjungi murid pada hari biasa. Hanya saat membutuhkan arwah mati, mereka datang mencari di bawah bimbingan guru masing-masing.
Atau mungkin hanya murid inti dengan tingkat kultivasi tinggi yang berani datang sendiri.
Di dalam Puncak Hantu tersimpan banyak arwah mati yang dikumpulkan Sekte Hantu Besar sepanjang generasi. Meski kualitasnya tak tinggi, arwah ini mudah didapat. Mengingat Sekte Hantu Besar terkenal dengan ilusinya, tanpa puncak ini, banyak layar hantu murid mustahil diselesaikan.
Selama tak terhitung tahun, meski terus diisi ulang, jumlah arwah mati di Puncak Hantu tetap tak banyak. Pasalnya, sekte besar seperti ini membutuhkan dosis arwah mati yang sangat besar.
Di antara arwah mati ini, banyak yang dikumpulkan oleh anggota Sekte Hantu Besar sejak lama, dikirim ke sini sebagai bagian dari misi sekti. Namun meski telah terpendam berabad-abad, sangat sedikit yang mampu berlatih kultivasi secara mandiri dan mengasah diri melalui ujian waktu.
Mayoritas dari mereka langsung disegel setelah tiba, dibiarkan menunggu hingga ada murid yang datang untuk mengambilnya.
Saat senja di Hari kelima, langit yang suram menciptakan nuansa mencekam. Wang Lin muncul di luar Gunung Hantu, memandang gunung yang diselimuti kabut itu. Suasana mengerikan menyergap, hawa dingin yang berhembus seakan berasal dari Sungai Kuning.
Tapi Wang Lin sama sekali tak merasa tidak nyaman. Baik tingkat kultivasinya maupun kemampuan mematerialisasi Sungai Kuning dalam meditasinya, semua ini membuatnya berjalan di sini seperti berjalan di tanah datar.
Siklus hidup dan mati, evolusi Sungai Kuning, Wang Lin tidak asing. Langkahnya tak terhenti sedikitpun, berjalan menuju puncak hantu, perlahan memasuki dalam gunung tersebut.
Saat mendekat, gelombang energi Larangan samar-samar menyebar dari puncak hantu, menyelimuti sekeliling Wang Lin, seakan memverifikasi kualifikasinya untuk masuk.
Tak lama, Larangan itu menghilang. Wang Lin dengan tenang menginjakkan kaki ke dalam puncak hantu!
Puncak Hantu adalah gunung gundul yang menjulang tinggi bak menusuk cakrawala. Tak ada vegetasi, hanya gundukan-gundukan makam!
Gundukan makam itu begitu padat, diperkirakan tidak kurang dari ribuan, menutupi seluruh permukaan gunung.
Hawa mengerikan menyelimuti area. Berdiri di sini dengan mata tertutup, seakan dapat merasakan raungan tak berujung berputar-putar. Meski sunyi senyap, sensasi ini terasa sangat dahsyat.
Wang Lin berjalan melewati gundukan makam satu per satu. Ia bisa merasakan bahwa di dalam setiap gundukan makam tersebut terdapat arwah mati dalam jumlah yang bervariasi. Sebagian besar arwah ini berada dalam keadaan tersegel, terkadang beberapa di antaranya menunjukkan tanda-tanda segel yang goyah, mengeluarkan aura gelap yang melayang-layang tak beraturan.
Dalam keheningan, Wang Lin menyebarkan Shen Shi-nya sambil berjalan menuju puncak gunung. Semakin tinggi ia naik, jumlah arwah mati di dalam gundukan makam semakin berkurang. Hingga ketika hampir mencapai puncak tertinggi gunung, ia melihat sebuah makam yang berbeda dari yang lain!
Makam ini merupakan satu-satunya yang memiliki nisan. Tulisan pada nisan tersebut tampak samar, memancarkan aura kesan membusuk bernuansa zaman, seolah telah berdiri selama berabad-abad.
Di bawah nisan tersebut, terlihat seorang perempuan berambut panjang mengenakan jubah putih. Perempuan itu bersujud sambil menangis tersedu-sedu.
Suara tangisan itu masuk ke dalam jiwa Wang Lin, terdengar sangat jelas, samar-samar terasa menyayat hati. Di sekelilingnya selain tangisan ini, suasana sangat hening. Samar-samar terasa angin yin bertiup, menerbangkan helaian rambut hitam wanita berjubah putih yang membelakangi Wang Lin.
Memandangi wanita berjubah putih itu, langkah Wang Lin terhenti. Ia tidak melanjutkan pendakian ke puncak gunung, melainkan memandanginya dengan ekspresi tenang.
Suara tangisan perlahan mereda. Wanita itu seolah merasakan kehadiran seseorang di belakangnya, namun tidak menoleh.
"Ini adalah nisanku..." Setelah lama, suara samar-samar terdengar dari arah wanita berjubah putih. Suara itu mengambang tak berwujud, seolah datang dari tempat yang jauh. Jika tidak menyimak baik-baik, sulit terdengar jelas.
"Sudah kulihat." Wang Lin diam sejenak sebelum berbicara perlahan.
Begitu kata-kata Wang Lin terucap, tubuh wanita berjubah putih tiba-tiba bergetar. Ia seakan hendak menoleh, namun setelah membeku sejenak, tetap tidak menggerakkan kepala.
“Bisakah kau melihatku? Bisakah kau mendengar tangisanku?” Perempuan itu akhirnya berkata setelah lama terdiam, suaranya samar-samar.
"Bisa." Wang Lin menjawab tenang. Sesungguhnya jika ia mau, ia bisa melihat segala bentuk arwah mati di sini. Ini sangat berkaitan dengan lapisan pertama sebab-akibat hidup-mati yang dimilikinya.
Hidup dan mati, perbedaan tangan kiri dan kanan. Sama, namun tak sama.
"Kau bukan orang yang kunanti... Aku pun bukan jiwamu..." Perempuan itu membelai tulisan pada nisan sambil berkata dengan suara lirih.
Wang Lin mengalihkan pandangan melewati tempat ini, menatap puncak gunung. Di sana, terdapat tujuh delapan gundukan makam yang menyelimuti gas hitam bergelombang. Beberapa arwah mati berkeliaran, dua tiga di antaranya sangat pekat dan bisa diracik menjadi layar hantu kelas menengah.
Inilah arwah mati dengan kualitas terbaik di Puncak Hantu.
"Aku tak bisa menemukan mayatku... Hanya nisan ini yang kudapat..." Wanita berjubah putih itu berkata pelan, lalu mulai menangis lagi.
Wang Lin diam sejenak, mengangkat langkah, melewati tempat ini, menuju gundukan makam di puncak gunung tempat arwah mati dengan kualitas lebih tinggi berada. Namun baru beberapa langkah ia melangkah, tangisan wanita berjubah putih itu mulai terdengar samar-samar melengking.
"Di mana tubuhku, di mana rumahku... di mana sanak saudaraku..." Suara perempuan itu merasuk ke dalam jiwa Wang Lin. Langkah Wang Lin membeku seketika.
"Siapa namamu?"
"Lupa..." Perempuan itu menggelengkan kepala di sela tangisnya.
"Mulai sekarang, namamu Kunxu." Dalam ucapan Wang Lin, tiba-tiba tubuhnya berbalik. Tangan kanannya menepuk ke depan. Dalam gerakan itu, siluet perempuan itu tiba-tiba menghilang, yang tersisa hanyalah gundukan makam dengan nisan tegak.
Tak lama kemudian, Wang Lin pergi. Ia tidak memilih arwah berkualitas tinggi, melainkan memilih arwah wanita berjubah putih ini. Meskipun jiwa perempuan ini hanya bisa diracik menjadi satu layar hantu tingkat awal.
Namun pertanyaan wanita itu tentang di mana rumah dan keluarga berada, membuat hati Wang Lin bergetar.
Proses peleburan arwah mati ke dalam kain terpal tidak memakan waktu lama, cukup satu hari. Setelah meleburkan arwah wanita berjubah putih ini, warna layar hantu Wang Lin berubah drastis menjadi putih.
Dari balik kain putih itu sesekali terdengar isakan pilu, menyusup ke dalam jiwa dan membayangkan punggung wanita berambut putih yang sedang menangis.
Di senja hari ketujuh, sebilah kepingan giok melesat bagai cahaya panjang, menembus lapisan demi lapisan Larangan, akhirnya mengambang di hadapan Wang Lin yang sedang duduk bersila di gua persembunyian.
"Wang Lin, dengarkan perintah! Berangkat ke Liang Tian Ketiga dan lakukan penjagaan!" Suara Sang Leluhur Kerbau Hijau bergema dari kepingan giok yang perlahan melayang jatuh di depan Wang Lin, diam tak bergerak.
Wang Lin membuka mata dengan tatapan tenang, mengambil kepingan giok itu lalu menyapu menggunakan Shen Shi. Aliran informasi langsung membanjiri pikirannya.
Para leluhur Sekte Hantu Besar selama tak terhitung zaman telah membuka tujuh lokasi di Provinsi Tianniu, yang diturunkan dari tujuh lubang energi pada tubuh sapi langit dari luar angkasa yang berubah menjadi Provinsi Tianniu.
Di tujuh lubang sapi langit ini, dengan meminjam kekuatan Tian Niu, tidak hanya terbentuk formasi dan larangan yang sangat dahsyat, tetapi juga membawa berbagai fenomena metafisika yang tak terjelaskan bagi kultivator Tianniu Zhou.
Sekte Hantu Besar sejak era Sang Leluhur generasi pertama telah memprediksi kedatangan Wang Lin dan invasi besar-besaran Provinsi Hijau Iblis kali ini, mana mungkin tidak memiliki persiapan sama sekali!
