Menggenggam batu hitam itu — benda ini bukan batu ruang — Wang Lin mengangkat kepala memandang Du Qing, lalu menyatukan tinju.
"Terima kasih, Sahabat Du!"
Du Qing buru-buru menggelengkan kepala, mengedipkan mata lalu berbisik: "Apa isi di dalamnya?"
Wang Lin tersenyum tipis, menggeleng tanpa menjawab. Matanya menatap langit sejenak sebelum berbicara perlahan.
"Cukup. Sahabat Du, jika ada kesempatan di masa depan, kita akan bertemu lagi. Selamat tinggal!" Ujarnya sambil mendesah pelan. Langkahnya mantap menuju langit, siluetnya sekejap tak berbekas.
Du Qing memandang arah kepergian Wang Lin, samar-samar mulai memahami sesuatu. Ia menghela napas sambil menggeleng, tubuhnya berubah menjadi cahaya panjang melesat pergi. Tujuannya Sekte Hantu Besar — untuk melapor pada Sang Leluhur Kerbau Hijau bahwa tugas yang dititipkan telah terlaksana.
Wang Lin menyatu dengan langit dan bumi, meninggalkan Sekte Tujuh Jalan. Ketika muncul kembali, ia berada di tengah gurun pasir yang sepi dan tandus. Gurun seperti ini jarang ditemui di Provinsi Tianniu.
Saat ini adalah gelapnya malam. Angin dingin menusuk tulang bertiup di gurun, mampu membekukan orang biasa hingga mati. Namun bagi kultivator, angin ini bisa dilawan. Sedangkan bagi ahli Langkah Ketiga seperti Wang Lin, hembusannya terasa lembut di kulit.
Di tangannya masih tergenggam batu hitam itu. Dengan kepala tertunduk, Wang Lin menatap batu di telapak tangannya dengan tatapan penuh perenungan. Ia ragu apakah harus membukanya atau tidak.
Meski tidak mengetahui asal-usul benda ini, aura Hun Yan Dao yang samar-samar terpancar darinya seolah memberi petunjuk cara membukanya.
Beberapa saat kemudian, ketegasan muncul di mata Wang Lin. Saat telapak tangannya terbuka, sosok kecil setinggi tiga cun hasil transformasi Hun Yan Dao tiba-tiba muncul di samping batu hitam. Seluruh tubuhnya bergetar lalu melebur ke dalam batu tersebut.
Suara retakan di tengah gurun malam ini, menyertai erangan angin yang penuh kepedihan zaman purba, meniup masuk ke telinga Wang Lin. Batu itu setelah sosok tiga cun menyatu, muncul retakan-retakan halus yang semakin banyak. Dalam waktu 10 tarikan napas, seluruhnya hancur berkeping-keping.
Tiba-tiba empat gumpalan cahaya melesat keluar dari dalamnya!
Pada sekejap mata melihat keempat gumpalan cahaya ini, jiwa Wang Lin bergetar hebat, membeku tertegun di tempat.
Gumpalan pertama berisi sosok tanah sebesar kepalan tangan. Sosok ini duduk bersila tanpa lima organ indera, namun tubuhnya terus berubah cepat antara wujud baju zirah dan manusia.
Hawa baju zirah elemen tanah Lima Elemen bergelombang menyapu, seolah menyatu dengan bumi gurun, menggulung pasir di sekitarnya bergerak maju perlahan.
Tentang baju zirah Sekte Guiyi, Wang Lin tak banyak tahu. Namun ia pernah melihat beberapa contoh, baik di dunia kediaman maupun saat menyaksikan pemimpin sekte Guiyi memberi hadiah baju zirah pada anggota lain di gerbang sekte.
Namun, semua baju zirah ini baik dari segi bentuk maupun hawa, jika dibandingkan dengan baju zirah manusia dalam gumpalan cahaya ini, perbedaannya terlalu mencolok! Bahkan dengan pengetahuan terbatas Wang Lin, ia bisa langsung melihat bahwa ini jelas bukan benda dari tingkat yang sama.
Baju zirah berbentuk manusia ini pasti sangat langka bahkan di Sekte Guiyi! Wang Lin tidak tahu pengorbanan seperti apa yang dilakukan Sang Leluhur Kerbau Hijau untuk mendapatkan baju zirah ini dari Sekte Guiyi untuknya.
Wang Lin diam.
Dalam gumpalan cahaya kedua, terdapat bendera kecil berwarna hitam. Tepatnya, ini adalah layar hantu yang memancarkan aura ilusi, seolah bisa membuat orang tenggelam dalam mimpi dan tak mampu melepaskan diri.
Pada bendera kecil ini, Wang Lin merasakan hawa Formasi pelindung gunung dan layar hantu tingkat mustahil milik Sekte Hantu Besar. Jika tebakannya benar, inilah bendera deputi Formasi pelindung gunung Sekte Hantu Besar yang dijanjikan Sang Pemimpin Sekte Guiyi sebagai hadiah bagi siapa pun yang berhasil membunuh Wang Lin!!
Memandangi bendera hantu kecil ini, hati Wang Lin dipenuhi oleh seberkas pikiran yang tak terucapkan.
Layar Hantu Pelindung Gunung, bagi Sekte Hantu Besar merupakan benda yang sangat dahsyat pentingnya. Namun di momen ini, Sang Leluhur Kerbau Hijau malah menghadirkannya di hadapanku tanpa kuduga sama sekali.
Wang Lin, hanya bisa diam.
Dalam gumpalan cahaya ketiga, mengambang sebuah batu mutiara berwarna cokelat. Ukuran benda ini mirip dengan Tian Ni, bahkan beberapa hawa yang terpancar pun memiliki kemiripan. Di sekejap melihat benda ini, Wang Lin bahkan merasa seolah melihat Tian Ni yang telah melebur dalam jiwanya.
"Ini..." Wang Lin tertegun. Ia meneliti dengan saksama selama beberapa saat. Pada batu mutiara ini, ia merasakan semakin banyak kesamaan dengan Tian Ni miliknya, meski tidak seluruhnya.
Meski sangat mirip dengan Tian Ni, batu mutiara ini bagaikan kunang-kunang yang berhadapan dengan bulan purnama. Seperti dua bintang di langit - satu bisa menjadi matahari, sementara yang lain hanya menjadi cahaya bintang yang redup.
Pada batu mutiara ini, Wang Lin merasakan hawa Tian Niu. Meski tak mengenal benda ini, samar-samar ia memiliki teori berbeda—barang ini kemungkinan memiliki keterkaitan sangat dalam dengan Tian Niu.
Di Provinsi Tianniu, segala sesuatu yang terkait dengan Tian Niu tak lain adalah harta karun agung. Sama sekali tak boleh dihadiahkan pada orang lain, apalagi dibiarkan meninggalkan Provinsi Tianniu. Namun kini, batu mutiara ini justru berada di hadapan Wang Lin. Terlihat ringan, tapi sebenarnya membebani kedalaman sanubarinya bagai gunung.
Masih ada gumpalan cahaya keempat. Di dalamnya tersimpan sepotong cangkang kura-kura rusak yang dipenuhi ukiran pola begitu padat. Dengan mata telanjang tampak samar-samar, tapi setelah disapu Shen Shi, Wang Lin tiba-tiba memutar kepala dengan kasar ke arah Sekte Hantu Besar.
Seakan ia melihat seorang pria tua duduk di Puncak Qingtian dalam wilayah sekte itu, tersenyum menatapnya sambil mengangkat tangan kanan—seolah sedang menyampaikan hormat perpisahan.
Di dalam cangkang kura-kura itu, terdapat peta lengkap Dongzhou. Meski tidak detail, dan semakin jauh dari Provinsi Tianniu, sebagian besar hanya berupa bayangan samar dengan penjelasan sederhana.
Namun peta ini, bagi Wang Lin saat ini, justru sangat dahsyat pentingnya!
Selain peta, cangkang kura-kura tersebut juga berisi penjelasan mendetail tentang Mutiara Kerbau Langit, yang langsung membuat Wang Lin memahami banyak hal setelah membacanya.
Perkataan Qingniu Zhenren hanya satu kalimat. Bukan ilusi Shen Shi, melainkan terukir di cangkang kura-kura itu.
"Semoga selamat dalam perjalanan... 300 tahun lagi, kembalilah mengunjungi Sekte Hantu Besar..." Tanpa penjelasan, tanpa alasan, apalagi menyebut tiga syarat. Hanya dengan kalimat ini, diakhirlah karma Provinsi Tianniu terhadap Wang Lin.
Ekspresi Wang Lin menunjukkan perasaan kompleks. Setelah lama terdiam, ia mendesah panjang. Menyimpan zirah manusia, melipat bendera cadangan Layar Hantu, sambil memegang Mutiara Kerbau Langit yang telah diisi jiwa kerbau langit. Dengan ini, ia bisa membawanya ke mana pun.
Akhirnya, ia dengan sangat hati-hati menyimpan cangkang kura-kura itu. Sekali lagi ia menatap arah Sekte Hantu Besar, menyatukan tinju, lalu memberi penghormatan dalam-dalam.
"Akan ku kembali..." gumam Wang Lin. Ia berbalik, melangkah mantap ke langit. Mengikuti deskripsi peta cangkang kura-kura, ia menuju batas wilayahnya - ke Sekte Dong Lin!
Lokasi Sekte Dong Lin terletak di bagian utara Dongzhou, dalam wilayah Provinsi Dasheng. Jaraknya terpisah lima benua dari Provinsi Tianniu! Sangat jauh. Penerbangan biasa akan menghabiskan aliran waktu yang panjang. Meski Wang Lin menguasai teknik Mengkerutkan Bumi Menjadi Inci, ketidakmampuan menggunakan teknik ini secara terus-menerus membuat perjalanan ke Provinsi Dasheng diperkirakan memakan waktu satu dua tahun.
Untuk mencapai Sekte Dong Lin, ada satu wilayah yang harus dilalui: Provinsi Hijau Iblis! Jika menghindar, akan memboroskan waktu lebih banyak. Rintangan yang dihadapi pun bukan lagi lima benua, namun bertambah dengan parit-parit lebar dan medan berbahaya lainnya.
Setelah diam sejenak, pandangan Wang Lin berkilat. Ia samar-samar memiliki sebuah teori: perubahan Sekte Hantu Besar dan Sekte Guiyi memiliki kaitan erat dengan Provinsi Hijau Iblis. Meskipun belum diketahui kebenaran teori ini, namun jika benar, kemungkinan besar di perbatasan Provinsi Tianniu akan ada orang yang menunggunya.
Dari sini, mungkin melewati Provinsi Hijau Iblis yang terlihat berbahaya justru merupakan pilihan teraman. Harus diketahui bahwa kini Provinsi Hijau Iblis hampir kosong... Bisa jadi tempat paling berbahaya ini sebenarnya adalah zona paling aman.
Lagipula, hanya sedikit yang bisa membayangkan Wang Lin berani pergi sendirian ke wilayah kekuatan iblis tersebut...
Dengan bulat hati, Wang Lin segera mengubah arah. Dengan teknik Mengkerutkan Bumi Menjadi Inci, ia menyambar ke arah Lautan Pil yang melebur dengan langit dan bumi. Sepanjang perjalanan, Wang Lin terus berhati-hati menuju lautan pil tersebut.
Di perjalanan saat tidak bisa menggunakan teknik Mengkerutkan Bumi Menjadi Inci, Wang Lin sengaja tidak berubah menjadi cahaya panjang yang melesat cepat. Pasalnya, di Provinsi Tianniu sekarang ini, semua orang bisa dianggap musuhnya - baik kultivator Tianniu maupun kultivator Zhou Lumou. Begitu terlihat dan dikenali, pertarungan sengit pasti terjadi.
Sebab kultivator Tianniu biasa hanya tahu tentang Hun Yi Ling, tanpa memahami esensi di baliknya.
Namun Wang Lin enggan membunuh kultivator Tianniu. Setiap kali tidak bisa menggunakan teknik perpindahan jarak, dia memilih tempat sepi untuk bertapa menyembunyikan diri, baru melanjutkan perjalanan setelah jeda waktu aman terlewati.
Akibatnya, perjalanan menjadi lebih lambat. Butuh beberapa bulan lagi baginya untuk melewati Padang Rumput Ekstrem Langit dan mencapai lokasi yang hanya membutuhkan satu kali perpindahan lagi ke Lautan Pil - jarak yang setara dengan tiga bulan penerbangan biasa.
Di musim ini, wilayah Provinsi Tianniu yang dia lalui telah memasuki musim dingin. Kepingan salju bertebaran di langit, memenuhi pandangan dengan hamparan es sejauh sepuluh ribu li.
Jarak interval teknik Mengkerutkan Bumi Menjadi Inci Wang Lin masih membutuhkan dua minggu lagi untuk menghilang. Selama bulan-bulan interval bertapa ini, luka Wang Lin telah pulih sepenuhnya. Ia menginjak salju yang menumpuk di permukaan tanah, menatap tajam angin dingin, melangkah perlahan ke depan.
Di depan sana, dalam senja berhiaskan salju yang melayang-layang, terlihat ibukota kabupaten dunia fana yang memancarkan cahaya lentera tersebar jarang-jarang. Aliran asap dapur mengepul naik, menyatu dengan salju senja bagai peleburan, terlihat sangat tenang dan indah.
Ini merupakan pertama kalinya Wang Lin memasuki dunia manusia biasa di Benua Xiangang. Lokasi ini sebenarnya masih cukup berjarak dari Lautan Pil, meski termasuk wilayah sekitarnya, namun tidak ikut hancur dalam collapse total Lautan Pil.
Sebenarnya tidak ada korban jiwa manusia biasa dalam collapse total Lautan Pil. Legenda Lautan Pil telah beredar lama, baik di Provinsi Hijau Iblis maupun Provinsi Tianniu, mereka telah menjadikan pinggiran Lautan Pil sebagai Area Terlarang yang tidak memperbolehkan keberadaan penduduk sipil.
Namun, jika Pil Dewa Danhai itu meledak di dekat Provinsi Tianniu, maka kota yang terlihat oleh Wang Lin ini akan lenyap berantakan dalam sekejap.
Salju semakin deras.
Angin mengaum bagai siluman jahat yang menggeram rendah di langit, menerpa asap dapur yang baru naik sehingga tak sempat terpusat dan langsung menghilang kacau. Para penduduk kota yang fana itu pun berjalan cepat menuju rumah masing-masing dengan kepala tertunduk dan mantel tebal.
Pada momen inilah Wang Lin memasuki gerbang kota.
