Pada waktu yang berbeda, di ruang yang berbeda, dalam ilusi dan kenyataan, Wang Lin menginjak posisi yang sama. Ini merupakan kejadian yang sangat langka. Wang Lin tidak tahu apakah orang lain pernah mengalaminya, namun ia menyadari bahwa dirinya sedang mengalami hal tersebut.
Ia berdiri di sana, bagaikan Mimpi Jalan di Planet Zhuque dahulu kala. Seluruh dirinya seakan tersublimasi, layaknya pencerahan. Di balik tirai hujan itu, meski mata terpejam, langit dan bumi di hatinya membuat segala sesuatu memiliki esensi spiritual.
Seperti anak rantau yang pulang setelah puluhan tahun merantau. Pada momen khusus tertentu, tiba-tiba melihat pemandangan yang membangkitkan rasa familiar yang seakan pernah dikenalnya. Sudah lama merenung, namun tetap tak bisa mengingat asal-usul rasa familiar ini.
Kini dengan mata terpejam, Wang Lin merajut rasa familiaritas ini dengan adegan-adegan dari dunia kediaman. Dengan tubuhnya sebagai tiang pancang, seolah berubah menjadi benang tipis tak kasat mata yang menyambungkan gua persembunyian dengan Benua Xiangang.
"Air hujan yang jatuh, terasa familiar... Suara hujan menghantam lempengan batu hijau itu, juga sama familiar..." Wang Lin bergumam. Setelah waktu yang lama, dia membuka mata dan memandang gunung kecil, aula utama, lapangan, serta kuali ritual di tengah lapangan itu. Adegan-adegan ini seolah memberinya sedikit pencerahan.
"Hidup bagaikan mimpi, mimpi bagaikan hidup... Ini adalah pemahaman yang kudapat dari teknik Mimpi Jalan di Planet Zhuque... Aku tahu, pencerahan ini bukanlah akhir..." Ekspresi Wang Lin tetap tenang tanpa gejolak. Berdiri di tengah hujan, tak setitik pun debu duniawi menodainya.
Liu Jinbiao berdiri di belakang Wang Lin dengan raut wajah penuh kebingungan. Wang Lin tidak berbicara dalam hati, melainkan mengucapkan pencerahannya saat itu dengan lirih. Kata-kata itu terdengar oleh Liu Jinbiao, seolah memberinya pemahaman baru.
"Dulu aku pernah menggunakan tangan kiri sebagai kehidupan, tangan kanan sebagai kematian... Pernah membuka telapak sebagai sebab, mengepal sebagai akibat... Pernah memandang dengan mata terbuka sebagai kebenaran, memejamkan mata sebagai ilusi - dengan tiga wujud ini, aku menggoreskan dunia milikku sendiri... Sebuah alam raya tempat hidup bagaikan mimpi..."
"Dulu dalam dunia ilusif, di posisi yang sama ini, aku pernah menyaksikan hujan... Kini di alam nyata, berdiri di sini, aku kembali melihat hujan yang sama..."
"Dunia dalam sorot mataku, terlihat olehku... Sebab aku bisa melihat, maka aku ada..." Kabut yang tercipta dari tirai hujan membuat sekeliling samar-samar berkabut. Beberapa murid berlari-lari kecil dari kaki gunung, melewati samping Wang Lin. Hujan yang datang mendadak ini membuat sebagian besar murid di gunung ini tak sempat melakukan persiapan.
Namun orang-orang itu seolah tak melihat Wang Lin dan Liu Jinbiao. Saat melintas, mereka berdua bagaikan tak eksis.
“Aku menggunakan kedua mataku untuk melihat dunia ini. Sehelai rumput dan setangkai pohon, semuanya berada dalam sorot mataku. Dulu kupikir, ketika membuka mata maka langit-bumi adalah nyata. Jika memejamkan mata, segalanya menjadi ilusi... Kebenaran dan kepalsuan ini pada dasarnya adalah manifestasi hati. Kukira itu palsu, kusangka sehelai rumput dan setangkai pohon itu akan menghilang saat kutatup mataku... Tapi, benarkah mereka akan lenyap...”
“Apa yang disebut eksis, apa yang disebut tiada? Dengan mataku kumemandang dunia, memandang langit-bumi ini. Langit-bumi ini pun memandangku... Jika kutatup mata, segalanya menjadi kehampaan. Jika langit menutup matanya... Apakah aku pun akan menjadi khayalan?” Wang Lin mengangkat kepalanya, menatap langit melalui rintik hujan yang turun.
“Hamba tak mengerti ujaran Tuan. Namun dalam siklus reinkarnasi itu, hamba mulai memahami Langkah Kedua Jalan Penipuan. Menipu diri sendiri bukan sekadar mempercayai kebohongan hingga mencapai kesempurnaan, melainkan dengan cara membuktikan Jalan—saat diri sendiri percaya, biarlah langit-bumi, siklus samsara, dan sang waktu pun turut mempercayainya...
"Mengatakan telah menipu diri sendiri, sebenarnya adalah untuk menipu siklus reinkarnasi! Dengan menipu siklus reinkarnasi, aku bisa hidup bebas. Langit dan bumi tak bisa melawan kehendakku, siklus reinkarnasi tak bisa menghalangi esensi spiritualku. Menipu langit dan bumi, menipu perjalanan waktu..."
"Dulu aku tak mengerti, tapi kebangkitan setelah reinkarnasi membuatku paham..." Liu Jinbiao bergumam pelan di belakang Wang Lin.
"Siapa yang menetapkan 3.000 Jalan Agung? Siapa yang memilih-milih semua makhluk di langit dan bumi? Jalan Penipuan dihina semua makhluk, dianggap memalukan. Tapi mereka tak tahu, Jalan Penipuan ini bergantung pada hati. Di antara 3.000 Jalan Agung, pasti ada tempat untuk Jalan Penipuan!" Mimpi dan perjuangan kehidupan sebelumnya Liu Jinbiao tak boleh diinjak-injak, yakni menjadikan Jalan Penipuan sebagai salah satu dari 3.000 Jalan Agung!
Bahkan di kehidupan ini, ia tetap demikian!
"Langit dan bumi menyimpan inti, kita kultivator mengolah inti. Tuan pernah berkata, begitu inti mencapai 10%, maka bisa memasuki Langkah Ketiga dalam kultivasi! Menurutku, Jalan Penipuan juga memiliki tiga langkah: pertama menipu orang lain, kedua menipu diri sendiri. Saat mencapai langkah ketiga, setelah mengalami fase 'melihat gunung bukan gunung, melihat air bukan air', akan terjadi kembalinya kesederhanaan, memusatkan hati, untuk menipu orang lain!
Istilah 'orang lain' ini hanyalah generalisasi. Sebenarnya mencakup langit, bumi, siklus waktu reinkarnasi, segalanya! Menipu langit dan bumi, menipu siklus waktu ini, menipu Jalan Agung langit dan bumi!!
Bahkan Jalan itu sendiri bisa ditipu, maka aku akan menjadi dewa!
10.000 aliran dari sekte yang sama. Langkah ketiga kembalinya kesederhanaan-ku ini sejalan dengan perkataan Tuan sebelumnya: 'Jika kau menutup mata, semua makhluk tak tahu apakah akan menghilang. Jika langit menutup mata, kita tak tahu apakah masih bisa eksis.' Ini adalah logika yang sama!" Liu Jinbiao bergumam. Kebingungan dalam pikirannya sejak bangkit di kehidupan ini perlahan menjadi jelas, bagai petir yang membelah kehampaan, sorot matanya memancarkan kilauan terang.
Setiap kata yang diucapkannya, mendarat di telinga Wang Lin, membuat jiwa Wang Lin bergetar sambil samar-samar mulai memahami.
Baik dirinya maupun Liu Jinbiao, semuanya adalah mereka yang gigih berjuang demi Jalan Dao masing-masing di bawah langit dan bumi. Kesepian di jalan kultivasi, jika bisa melihat Jalan orang lain, maka tak lagi sepi sekaligus bisa membuktikan Jalan diri sendiri!
"Kau menjadikan tipu daya sebagai Jalan, menipu langit dan bumi. Aku menjadikan kehidupan sebagai Jalan, membalikkan dunia ini, meluruskan bayanganku yang terbalik... Pada hakikatnya, kita sama-sama berkultivasi hati..." Wang Lin memejamkan matanya.
"Dunia dalam sorot mataku, maka langit dan bumi adalah tampilan luarku... Jika aku memejamkan mata, langit dan bumi lenyap... Jika langit dan bumi memejamkan mata, aku tetap ada! Jika aku bisa mencapainya: Saat mataku terbuka, langit-bumi terpejam. Keabdianku membuat langit-bumi tertidur dalam satu tahap ini, maka aku menjadi dewa!" Wang Lin menarik napas dalam-dalam, membuka kedua matanya.
"Aku mengalami hidup dan mati, melintasi sebab-akibat, dalam ilusi sejati, di dalam siklus reinkarnasi, mencari diriku yang tenggelam di lautan penderitaan... Sumber asal kekosongan, jika ada lapisan keempat, maka itu adalah reinkarnasi..."
"Siklus reinkarnasi ini, bukan siklus hidup-mati Lapisan Spiritual yang kualami di masa muda, melainkan siklus reinkarnasi langit dan bumi... Bukan mengambil jiwa dari Sungai Kuning, melainkan langit dan bumi Jalan Agung... Siklus reinkarnasi semua makhluk..." Wang Lin menarik napas dalam-dalam, mengangkat langkahnya, berjalan maju di balik tirai hujan.
"Segel yang Mengurung Jalan Langit, semua makhluk harus menempuh tribulasi tak terhingga, meninggalkan obsesi keduniawian penjara dalam, mempersembahkan diri pada Jalan Kultivasi Sejati!
Semua makhluk juga di hadapan ketakterbatasan, memahami kebingungan dunia kini, terbebas dari belenggu kehendak langit, mengambil jalan kehidupan berikutnya, mempersembahkan diri pada Jalan Kultivasi Sejati!
Mengunci takdir kebinasaan langit, mencap fajar dunia bawah, semua makhluk yang tak mampu meraih Jalan Sejati, akan tenggelam dalam lautan penderitaan, kehilangan Jalan Sejati selamanya, mempersembahkan diri pada Jalan Kultivasi Sejati!" Dalam langkah Wang Lin yang terus berjalan, di telinganya, dalam jiwanya, tanpa disadari terbayang potongan Dao Jing aneh yang pernah didengarnya di dunia kediaman.
Ia memahami.
Dao Jing yang kompleks ini, dahulu hanya samar-samar dipahaminya, namun kini di Benua Xiangang, di atas bukit kecil Sekte Dong Lin, di balik tirai hujan, ia mencapai pencerahan akan makna Dao Jing.
“Semua makhluk yang tak dapat meraih Jalan Sejati, akan tenggelam dalam lautan penderitaan, kehilangan Jalan Sejati untuk selamanya...”
“Semua makhluk harus menempuh tribulasi tak terhingga, meninggalkan obsesi keduniawian dari penjara dalam...”
“Aku memahami hidup dan mati, keduanya bagai tali yang menyatu. Kedua ujungnya, satu kehidupan dan satu kematian, bersambung membentuk lingkaran.”
“Aku memahami sebab-akibat, bagaikan jaring yang teranyam dari tak terhitung hidup-mati, menjadi jaring besar tempat semua makhluk terjerat, sulit melepaskan diri.”
“Aku memahami nyata dan ilusi, bagaikan mimpi yang menyelimuti. Setiap hati manusia terbelenggu mimpi... Saat kau kira telah terjaga, tak sadar duniamu masih mimpi...
Segala sesuatu di sekitarmu adalah bagian dari mimpimu... Semua makhluk terperangkap dalam mimpinya sendiri, tak mampu benar-benar terjaga. Seperti lingkaran yang mengitari tubuh, lapisan demi lapisan. Saat kira telah keluar lingkaran dan terjaga, tak sadar masih dalam lingkaran lain.
Tiga pertanyaan Li Qianmei di masa lalu, kini telah kumiliki jawabannya...”
"Aku menyambungkan hidup dan mati menjadi satu, membentuk jaring besar sebab-akibat. Dengan kemampuan membedakan nyata dan ilusi dari dalam mimpi, aku membuka mata dan mengayunkan jaring itu. Dalam siklus reinkarnasi yang terbentuk dari mimpi semua makhluk, kusentak seekor ikan di dalamnya... Ikan itu adalah diriku!" Sorot mata Wang Lin memancarkan kilauan terang saat ia melangkah maju.
Ia akhirnya paham, hal ini juga terkait dengan Liu Jinbiao. Tanpa konfrontasi terhadap Jalan Penipuannya, Wang Lin mungkin masih terperangkap dalam kebingungan, tidak mampu melihat secara utuh Tiga Inti Xu dalam dirinya dengan jelas.
Liu Jinbiao mengikuti dari belakang, seolah mendapat pencerahan. Pandangannya tertuju pada sosok Wang Lin di depan, samar-samar menangkap kesan berbeda yang tidak bisa ia jelaskan - seolah Wang Lin kini telah berubah dibandingkan sebelumnya.
Seolah sebelumnya selalu ada lapisan kabut misterius menyelubungi tubuh Wang Lin. Kabut ini tak kasat mata, hanya bisa dirasakan bagai manusia dalam mimpi yang tak nyata.
Namun kini, seolah Wang Lin benar-benar bangkit dari mimpi, segalanya menjadi jelas.
"Sekte Dong Lin ini, sebelumnya terlihat sangat misterius di mataku. Murid-murid sekte ini hampir tidak pernah keluar, hanya berlatih di dalam sekte... Awalnya kukira ini aturan dan tradisi sekte...
Tapi saat menginjakkan kaki di sini, aku merasakan familiaritas. Aku mendapatkan pencerahan tentang Jalan. Semua ini terkait dengan pikirananku, tapi yang lebih penting - terkait tempat ini!"
Berdiri di lapangan bukit kecil itu, tubuh Wang Lin limbung dan muncul di atap istana yang jauh. Ia berdiri di sana, membiarkan angin gunung menerpa rambut putih dan jubahnya. Matanya menatap ke bawah, mengamati sebagian besar wilayah Sekte Dong Lin di antara langit dan bumi.
Dari pandangannya, seluruh Sekte Dong Lin terlihat sangat raksasa. Ia melihat banyak murid sekte melesat cepat di bawah hujan, lebih banyak lagi kultivator yang sedang bermeditasi di pondok masing-masing.
Ia bahkan melihat keindahan gunung di tengah terpaan badai, dan vitalitas pepohonan hijau yang penuh kehidupan...
"Melihat sekeliling, sorot mata Wang Lin dipenuhi kesedihan.
"Su Dao... Aku tak tahu, apakah sekte ini seperti sekarang ketika kau berada di sini tahun itu... Tapi kini, Dong Lin... hanyalah sekte mati!
"Semua ini hanyalah ilusi... Pantas saja Sekte Dong Lin misterius, pantas murid-muridnya jarang terlihat keluar..." Wang Lin menghela napas pelan, memejamkan mata sejenak sebelum perlahan membukanya kembali.
Ia menyaksikan pemandangan Sekte Dong Lin yang tak terlihat oleh orang biasa!
