"Selama tak terhitung tahun ini, aku terus mempelajari kalimat ini. Aku ingin tahu, siapa sebenarnya penghancur Sekte Dong Lin kami, dan apa pikiran yang tersembunyi di baliknya!
Sekte Dong Lin kami selalu hidup damai, dengan peraturan sekte yang ketat. Jarang ada murid yang keluar, apalagi bermusuhan dengan pihak lain. Bahkan aku sendiri, di seluruh daratan Suku Dewa ini, memiliki banyak teman dan fokus pada berkultivasi.
Tapi meski begitu, Sekte Dong Lin - rumah kami... tetap dihancurkan... Aku mencari Mahadewa, melakukan deduksi segala perubahan langit dan bumi, tapi tak bisa melacak sebab-akibat Sekte Dong Lin...
Lima Mahadewa, bahkan Guru Negara di Kota Kekaisaran, telah kukunjungi satu per satu. Hasilnya tetap sama. Hanya Guru Negara yang saat melakukan deduksi tiba-tiba memuntahkan darah segar, wajahnya menunjukkan ketakutan... Tapi ketakutan itu menghilang sekejap mata, digantikan oleh kebingungan..."
"Ia bingung selama tiga hari, aku menatapnya di hadapanku selama tiga hari. Tiga hari kemudian, ia sadar kembali, namun melupakan hasil deduksi yang sebelumnya dibuat untukku. Seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menghapus ingatannya selama beberapa hari ini..." gumam orang tua itu, sorot matanya yang menyimpan kesedihan menunjukkan kebencian dan kegilaan yang mendalam.
"Prasasti batu itu tak bisa kupahami... Namun goresan tulisannya kucapkan dalam jiwaku. Ini adalah satu-satunya petunjuk untuk menemukan orang itu!" Orang tua itu menarik napas dalam-dalam, memejamkan kedua matanya.
"Apakah kau ingin melihat prasasti batu itu..." Setelah lama, suaranya yang parau terdengar.
Wang Lin dengan ekspresi tenang mengangguk.
Orang tua yang memejamkan mata itu seolah bisa merasakan gerakannya. Tangan kanannya menepuk ke luar dengan kasar, dalam sekejap hawa kematian yang membusuk menyelimuti aula utama. Seluruh bangunan seakan mengalami transformasi zaman, tiba-tiba melintasi puluhan ribu tahun—dari kejayaan langsung menuju kehancuran.
Aula utama dipenuhi debu di setiap sudut, beberapa pilar telah retak, bahkan tiga patung di belakang orang tua itu tiba-tiba berubah menjadi rusak parah.
Di bawah tubuh orang tua itu, celah-celah muncul di permukaan tanah bagai pertanda reruntuhan. Tak hanya itu, area luar pun demikian. Angin pembusukan ini menyapu dari pusat aula utama ke segala penjuru, melanda seluruh Sekte Dong Lin.
Di luar aula utama, lapangan retak menyebar. Istana-istana dan loteng berubah sesaat berubah penuh kesan zaman. Gunung hijau tak lagi hidup menjadi gunung mati, air hijau mengering. Yang tersisa hanya menyebarkan bau busuk.
Setiap murid Sekte Dong Lin, bahkan kedua kultivator tingkat Maha Guru Logam itu, menghilang tanpa bekas. Dalam sekejap napas, seluruh Sekte Dong Lin berubah menjadi akhir hidup.
Hanya kerangka-kerangka mirip tengkorak yang menyelimuti bumi, memenuhi pondok-pondok...
Liu Jinbiao berdiri di luar aula utama, menatap semua ini dengan pandangan kosong. Sorot matanya menyempit, tubuhnya membeku di tempat. Akhirnya ia mengerti mengapa ada kesan mistis yang aneh. Di sampingnya terbaring kerangka dengan rongga mata hampa, seolah menatapnya maupun langit di atas...
Sebuah prasasti raksasa menjulang setinggi 100 zhang berdiri kokoh di lapangan luar Dong Lin Dian. Monumen batu itu muncul di udara kosong seolah-olah tercipta dari ketiadaan, menyembul pasca sapuan angin pembusukan melanda sekte ini!
Di permukaan prasasti itu terukir barisan aksara darah yang masih segar.
"Mengunci takdir kebinasaan langit, mencap fajar dunia bawah. Segenap makhluk yang gagal meraih Jalan Sejati akan tenggelam dalam lautan penderitaan, kehilangan Kebenaran Abadi. Kupersembahkan Jalan Kultivasi Sejati ini!"
Tulisan darah itu tak lagi merah terang, melainkan telah mengering menjadi cokelat gelap. Suatu hawa mengerikan yang tak terucapkan menyebar dari prasasti ini, menyelimuti seluruh Sekte Dong Lin sambil mengubah langit menjadi gelap pekat, seolah ada tangan raksasa yang dalam sekejap mata menutupi penglihatan langit.
Seolah kekuatan ini, pada momen ini, membuat Langit kehilangan mata!
"Prasasti inilah..." Orang tua itu menatap tajam prasasti di luar pintu aula utama di belakang Wang Lin.
Wang Lin berbalik memandang prasasti tersebut. Saat matanya menyentuh batu itu, deru dahsyat langsung menggema dalam pikirannya.
Prasasti semacam ini pernah ia lihat! Di gua persembunyian Dunia Pelangi, ia pernah menyaksikannya!
Dulunya ia mengira prasasti Dunia Pelangi itu buatan Tuan Zhang Zun, namun kini jelas segala asumsinya keliru, sama sekali bukan demikian!!
"Hal yang lebih mengguncang jiwa Wang Lin adalah goresan tulisan pada prasasti itu. Tulisan tangan ini terasa sangat familiar baginya, semakin ia amati semakin terasa akrab, seolah pernah melihat seseorang menuliskannya langsung di masa lalu!"
"Goresan tulisan bisa ditiru, namun aura yang terpancar dari tiap coretan itu mustahil diduplikasi. Yang familiar bagi Wang Lin bukan sekadar bentuk hurufnya, melainkan juga hawa mistis yang melekat padanya!!"
"Tian... Tian Yunzi..." Wang Lin tertegun di tempat. Bagaimana mungkin ia melupakan aura ini? Di dunia kediaman, sepanjang hidupnya, inilah sosok yang paling sangat diwaspadainya!!
"Sosok ini merupakan bagian dari Jalan Langit, sosok yang telah dihancurkan Wang Lin. Namun sejak dulu ia mencurigai: Tian Yunzi... tidak mati!!"
"Tulisan dan aura pada prasasti ini berbeda dengan yang ada di prasasti Pelangi. Keduanya jelas berasal dari tangan yang berbeda. Namun kemunculan prasasti ini seketika mengaburkan kejelasan Wang Lin tentang dunia kediaman yang sebelumnya ia pahami."
“Dunia kediaman... Benua Xiangang... Sekte Dong Lin... Ketiga tempat ini, yang memiliki hubungan semuanya hanyalah Immortal Venerable Pelangi!! Tapi tiga jiwa Immortal Venerable Pelangi telah kuhancurkan... Jiwa Ketiga bahkan adalah Su Dao... Aku bahkan dulu di ilusi itu pernah datang ke Sekte Dong Lin ini...
Tapi mengapa... Mengapa di sini ada kalimat ini, prasasti batu ini, mengapa prasasti seperti ini juga ada di dunia kediaman!! Sebenarnya apa yang terjadi di balik semua ini...” Wang Lin terpaku memandang prasasti batu itu, sorot matanya menunjukkan kebingungan.
“Siapa yang menghancurkan Sekte Dong Lin, lalu meninggalkan prasasti batu seperti ini di sini!”
“Tulisan dan hawa itu milik Tian Yunzi, tapi bagaimana mungkin dia datang ke Benua Xiangang ini, dan mengapa harus menghancurkan Sekte Dong Lin!!”
“Lalu Immortal Venerable Pelangi, awalnya kupikir dia sudah mati, tapi... Apakah dia benar-benar sudah mati...”
“Dunia kediaman, sama sekali tidak sesederhana itu, di dalamnya, masih menyimpan rahasia apa lagi!!”
"Apa yang kudapati dulu, kupikir sudah lengkap. Tapi ternyata tidak! Penemuanku hanyalah ujung dari rahasia pamungkas!! Aku berdiri di gunung, mengira melihat seluruh dunia. Tapi tak kusadari, di langit belakang gunung itu ada sepasang mata yang justru menyaksikan seluruh duniaku!" Wang Lin menggigil kedinginan dalam sekejap napas.
"Jika dalam hidupmu kau menemui tulisan dan hawa yang sama... Tolong beritahu aku..." Suara parau penuh duka orang tua itu bergema di belakang Wang Lin.
"Harus kau beritahu! Jika dendam ini terbalaskan dan semua ikatan terputus, Lao Fu bersedia jadi budak hingga menemui ajal..." Si orang tua berbicara perlahan, memancarkan keteguhan dan keyakinan yang menggemparkan.
“Dalam ucapannya, tangan kanannya kembali diangkat dan dikibaskan. Angin sepoi-sepoi menyapu, aula utama kembali ke wujud sebelumnya. Gunung hijau tetap membiru, air jernih masih mengalir. Kicauan burung dan aroma bunga sekali lagi menyelimuti Sekte Dong Lin. Para murid sekti satu per satu termaterialisasi, tak pernah sadar bahwa mereka telah mati. Di dalam Sekte Dong Lin ini, di tengah vitalitas yang menggebu, para penghuni hidup dalam kebahagiaan.
Di lapangan luar aula utama, prasasti batu menghilang. Satu per satu kerangka lenyap. Liu Jinbiao menatap takjub ke tempat prasasti itu sebelumnya berdiri, tiba-tiba merasakan bulu kuduknya merinding.
"Tempat... tempat sialan apa ini sebenarnya..." Hatinya berdebar kencang. Matanya menyapu sekilas ke sekeliling, terutama ketika pandangannya menyisir tubuh beberapa murid Sekte Dong Lin. Perasaan ketakutannya semakin menguat.
"Akan ku lakukan." Di dalam aula utama, Wang Lin tidak memperlihatkan sedikitpun badai kejutan dalam hatinya. Ia berbicara dengan tenang.
Orang tua itu menatap Wang Lin, setelah waktu yang lama, menundukkan kepala, menyembunyikan kesedihan dan kesepian di sorot matanya. Namun bahkan dalam posisi menunduk, kesedihan pada tubuhnya tetap pekat tak terpecahkan sedikitpun.
"Kedatanganmu ke Sekte Dong Lin, sekadar lewat atau memiliki maksud tertentu..." suara parau orang tua itu terdengar.
"Aku ingin meminjam Kolam Dong Lin!" Wang Lin menekan rasa ngeri di dasar kalbu. Segala kejadian ini membuatnya merasa terlibat dalam fenomena iblis sekaligus menggigil ketakutan.
"Kolam Dong Lin..." Orang tua itu diam sejenak, lalu mengangguk perlahan.
"Di dalam Kolam Dong Lin terdapat air aneh. Air kolam itu terhubung dengan bumi, dan berkaitan dengan roh dari luar langit yang tersegel di bawah Provinsi Dasheng... Roh yang tersegel itu bukan binatang, melainkan seorang kultivator dari luar langit..."
"Orang ini dahulu kalah di tangan Dewa Immortal, lalu disegel di sini. Kini ia telah lama mati, tetapi jiwanya yang tercerai-berai tidak lenyap, malah melebur dengan aliran sungai dan jalur energi bumi. Kolam Dong Lin adalah salah satu titik aliran sungai tersebut..."
"Kolam Dong Lin hanya bisa dimasuki kultivator dua kali seumur hidup. Begitu masuk untuk ketiga kalinya, akan langsung tewas seketika. Sekte Dong Lin kami yang memiliki kolam ini, sedikit orang luar yang mengetahuinya. Namun siapa pun yang tahu, setelah datang ke sekte kami dan membayar pengorbanan yang cukup, akan diizinkan masuk ke Kolam Dong Lin."
"Beredar rumor di luar, bahkan di dalam sekte sendiri, bahwa masuk ke kolam ini bisa mengkristalkan tubuh sejati inti. Tapi hal ini palsu... Jika benar, Sekte Dong Lin kami sejak lama sudah menjadi sekte pertama Suku Dewa, dan juga takkan mampu mempertahankan kolam ini - pasti sudah disita oleh Mahadewa."
"Meski begitu, ini tetap menarik perhatian Mahadewa. Namun karena menghormati Sang Leluhur Pertama Sekte Dong Lin, Dong Lin Mahadewa, ditambah kolam ini tak bisa dipindahkan dan efeknya semakin melemah seiring derap waktu, akhirnya tak ada lagi yang berusaha merebutnya."
"Dong Lin Mahadewa?" Kedua mata Wang Lin membeku. Ini pertama kalinya ia mendengar nama itu.
"Lima Mahadewa Suku Dewa bukanlah abadi, mereka juga bisa mengalami kejatuhan... Sang Leluhur generasi pertama Sekte Dong Lin kami, dulunya juga merupakan Mahadewa, hanya saja... telah jatuh... Kini bahkan mayatnya pun tidak diketahui keberadaannya... Banyak orang mencari jasad Sang Leluhur, termasuk beberapa Mahadewa yang muncul belakangan, namun tak ada yang berhasil menemukannya..."
"Ada rumor yang mengatakan, jika bisa menemukan jasad Sang Leluhur, maka seseorang mungkin tidak perlu menjalani ujian Dunia Dewa Tai Gu untuk menjadi Mahadewa... Tapi itu hanya rumor belaka." Ucap orang tua itu dengan tenang.
Wang Lin menarik napas dalam-dalam. Ia tak menyangka Sekte Dong Lin memiliki warisan sejarah sehebat ini, apalagi pernah memiliki seorang Mahadewa di masa lalu!
"Kolam Dong Lin kini efektivitasnya sudah sangat melemah, dan rumor tentang pengumpulan tubuh sejati hanyalah omong kosong. Fungsi sebenarnya adalah membuat mereka yang masuk mencapai kondisi aneh, di mana ada kesempatan tertentu untuk memahami inti khusus yang dimiliki kultivator langit!"
"Jika gagal, paling hanya bisa membuat inti energi menjadi sedikit lebih pekat saja."
