Wang Lin telah pergi, namun Tempat Nirvana Tianzun ini justru bergema dengan dengungan yang lebih besar. Adegan-adegan Wang Lin menaklukkan Nirvana Tianzun membuat semua orang dilanda semangat dan gejolak batin yang berbeda.
Namun satu hal yang sama: mereka mengukir nama Wang Lin dalam-dalam - nama yang menggantikan Ming Daozun sebagai Sang Juara di bawah Mahadewa!
Leap Mahadewa berambut putih!
Segala hal terkait Zirah Jiwa, semuanya diam-diam disimpan dalam hati. Tak seorang pun akan mengungkitnya saat ini, dan mereka juga paham, bahkan jika mereka memiliki Zirah Jiwa sekalipun, mustahil bisa menembus lapisan ketujuh belas!
Seiring kepergian Wang Lin, Tempat Nirvana Tianzun ini tiba-tiba dilanda gelombang gencar penerobosan. Banyak kultivator, setelah menyaksikan peristiwa ini, berduyun-duyun mencoba menembus lapisan-lapisan.
Dao Yi Mahadewa memandang kepergian Wang Lin dengan diam. Kilatan sinar tajam memancar dari matanya. Tubuhnya limbung, lalu menghilang sekejap napas dari lokasi ini. Ia harus segera mencari keberadaan Wang Lin, meski harus membayar harga sebesar apapun, demi merekrut orang ini ke bawah komandonya!
Wu Feng menghela napas dalam hati. Sejak Wang Lin berhasil menembus lapisan ketujuh belas, ia sadar: Perekrutan orang ini akan jauh lebih sulit dibanding perekrutan Ming Daozun di masa lalu!
"Untung sebelumnya aku sudah membangun hubungan baik dengannya. Meski gagal merekrut, hubunganku dengannya di masa depan tetap akan lebih baik daripada Mahadewa lainnya." Gumam Wu Feng Mahadewa sambil siluetnya menghilang dari tempat itu.
Di dalam Kota Kekaisaran Zhongzhou, gemuruh terdengar dari istana kerajaan. Terlihat singgasana naga di dalam istana itu hancur berkeping-keping oleh satu telapak tangan Sang Kaisar Dewa yang dengan paksa.
Di sampingnya, Ming Daozun membuka mata dari posisi duduk bersila, pandangannya tak bernyawa sambil menundukkan kepala tanpa bicara.
"Ming Dao, kuberikan kesempatan padamu untuk bertapa di tanah pencerahan Dewa Immortal! Apakah aibmu kali ini bisa terbasmi, tergantung usahamu sendiri! Wang Lin seharusnya akan datang ke kota kekaisaran ini. Jika kau mampu melakukan pembantaian terhadapnya, kau tetap akan menjadi Leap Mahadewa terunggul!"
Kali ini, Ming Dao tidak menunjukkan keraguan seperti biasanya, melainkan mengangguk diam-diam.
Di atas Gunung Kekaisaran Zhongzhou, Jiu Di Mahadewa berdiri tegak. Setelah lama memandangi daun musim gugur, matanya akhirnya terbuka menampakkan seberkas cahaya tajam.
"Ming Daozun tidak berhasil kurekrut, Xianhuang bermusuhan dengannya. Kali ini, siapa yang berani merebutnya dariku!" Jiu Di Mahadewa ini memalingkan wajah, melirik Haizi Tianzun di sampingnya yang perlahan membuka mata, lalu tertawa lebar.
"Haizi, ikutlah gurumu. Aku akan menerima Wang Lin sebagai murid, menjadikannya saudara seniormu. Bagaimana?"
Haizi Tianzun tertegun sejenak, lalu wajahnya dipenuhi kejutan dan sukacita.
Di Dongzhou, dalam kompleks Sekte Ungu Yang, sorot mata kultivator paruh baya itu berkilat-kilat sambil terus bergumam.
"Tujuh belas lapisan! Orang ini berhasil menembus tujuh belas lapisan! Sosok seperti ini pasti diperebutkan para Mahadewa lain!! Si Kecil, cepat kita pergi! Kalian harus segera menghitung posisinya, kita harus menemukannya!"
Dua gadis kecil di sampingnya mengedipkan mata, lalu segera berdiri. Ketiganya berubah menjadi angin dan tiba-tiba menghilang dari ruang batu itu. Namun hampir bersamaan dengan hilangnya mereka, muncul tangan kecil dari kedalaman di belakang Tanlang yang sedang girang itu.
“Aduh, lupa membawa Xiaolang. Tenang sayang, kami takkan melupakanmu. Performamu bagus tadi, ikutlah bersama kami.”
Air mata Tanlang mengalir deras saat tangan kecil itu mencengkeram lehernya, menghilang dari ruang batu.
Di gua persembunyian Provinsi Dasheng tempat Wang Lin bertapa sebelum menuju Nirvana Tianzun, tubuh fisiknya duduk bersila. Tak jauh darinya, naga laut yang sudah menyusut banyak sedang bermalas-malasan. Di punggungnya, Liu Jinbiao melompat-lompat sambil terus menepuk tubuh naga itu, terkadang mengelus lembut atau menggelitik beberapa kali.
Naga laut itu memicingkan matanya setengah dengan ekspresi nyaman, bahkan sesekali mendengus sambil menggeliatkan tubuhnya.
“Hehe, gimana, enak kan? Da Ye Jinbiao ini dulu di dunia kediaman khusus belajar keterampilan ini, ini adalah teknik pijat yang dikembangkan sebuah sekte pengembangbiakan binatang buas setelah meneliti bertahun-tahun! Kalau dipijat tiap hari, aliran darahmu akan makin cepat, bahkan bisa menimbulkan sensasi melayang seperti dewa, ingin menjadi dewa atau mati! Tahan! Tahan! Jangan bergerak! Belum selesai!
Kalau tidak bisa tahan, gue berhenti nih!” Liu Jinbiao berkeringat deras tapi tidak merasa lelah. Setelah melanjutkan hampir satu shichen, dia terengah-engah lalu berbaring di samping.
“Brengsek, capek mati gue! Sudah, kita sama-sama naga laut, gue udah pijat kamu, sekarang giliranmu!” Liu Jinbiao melirik naga laut itu.
“Aku benar-benar naga laut, waktu itu kan sudah kubilang, aku di tempat kuno kena suatu kemampuan supernatural, akhirnya berubah jadi manusia.”
Naga laut itu ragu-ragu memandangi Liu Jinbiao beberapa kali, tubuhnya bergeliat seakan enggan. Melihat ekspresi naga laut tersebut, Liu Jinbiao langsung membelalakkan mata dengan sorot kemarahan.
"Hei, kau masuk akal tidak? Aku beri tahu, kalau kau tidak mau melayani Da Ye Jinbiao, aku tidak akan pijatmu lagi! Ini hubungan timbal balik, mengerti?! Ingat, tuan kita punya anak buah bernama Xu Liguo, orang ini sangat licik dan jahat. Kalau kau tidak kooperatif, waspadalah saat dia datang nanti." Sorot ketakutan terpancar dari mata Liu Jinbiao sambil berbisik pada naga laut itu.
Naga laut itu terdiam lama, wajahnya memancarkan kemarahan. Rupanya dalam beberapa hari terakhir, Liu Jinbiao telah menanamkan pikiran lewat metode tertentu bahwa Xu Liguo adalah makhluk mengerikan yang gemar menyiksa naga laut. Secara subliminal, kebencian terhadap Xu Liguo yang belum pernah dilihatnya mulai tertanam.
Setelah waktu yang lama, barulah ia membuka mulut lebar-lebar dan menyemburkan napas Jiwa Yuan Shen-nya ke arah Liu Jinbiao. Embusan energi ini sangat kuat, begitu menghantam tubuh Liu Jinbiao, langsung diserapnya. Di balik sorot matanya yang menyembunyikan kepuasan diri, Liu Jinbiao segera memulai latihan pernafasan.
"Hm, tetap saja Jin Biao Zi-ku yang paling hebat. Naga laut bodoh ini terlalu mudah ditipu! Dengan bantuannya, tingkat kultivasiku akan meningkat cepat. Apalagi kami telah menyatukan aliran energi. Perlahan-lahan kubuatnya memusuhi Xiao Xu itu. Begitu si kecil muncul, tanpa perlu kuhajar sendiri, naga laut ini pasti akan memberinya pelajaran! Haha, Xiao Xu, tunggu saja!!"
Di tengah kesombongan Liu Jinbiao ini, Wang Lin membuka matanya. Kilatan sinar tajam di pupilnya langsung terlihat, namun saat menyaksikan adegan Liu Jinbiao dengan naga laut itu, ia tertegun sejenak.
Mengernyitkan kening, Wang Lin melihat naga laut itu seolah-olah ikhlas menjalani hal tersebut, sehingga ia pun tak menggubrisnya.
Setelah waktu yang lama, naga laut itu selesai menyemburkan energinya dan malas-malasan berbaring di sana.
Setelah Liu Jinbiao menyelesaikan latihan pernafasannya dan sepenuhnya menyerap hawa Jiwa Yuan Shen naga laut, Wang Lin berdiri dan meliriknya.
"Jangan main-main lagi, sudah waktunya pergi."
Terkena sorotan pandangan Wang Lin, Liu Jinbiao seolah semua pikirannya terbaca jelas. Ia mengedipkan mata dengan ekspresi canggung, lalu buru-buru bangkit berdiri.
"Tuan sudah selesai berkultivasi? Baik, baik! Ke mana pun Tuan perintah pasti kuturuti. Kalau boleh tahu... kapan kita akan mencari Xu Liguo?"
Naga laut di samping yang sedang bangkit berdiri tiba-tiba memancarkan amarah dari matanya saat mendengar nama "Xu Liguo". Nama itu terukir dalam di hatinya - kebencian yang merasuk sampai ke tulang sumsum terhadap si penyiksa naga laut itu.
"Akan ada tamu yang datang. Kita segera menuju Zhongzhou. Tentang apakah bisa menemukan Xu Liguo, itu tergantung takdir masing-masing." Wang Lin mengibaskan lengan bajunya, langsung mengambil Liu Jinbiao dan naga laut itu. Tubuhnya bergerak cepat keluar dari gua persembunyian, muncul di puncak sebuah gunung di luar. Ia berdiri di sana, menyambut angin gunung, jubah putihnya melayang-layang, menatap ke langit.
"Siapa yang pertama kali datang..." gumam Wang Lin. Aksi mengguncang langitnya selama ini semata untuk momen ini!
Sementara Wang Lin tak perlu dibahas, Liu Jinbiao yang sedang menghasut naga laut dan mengutuk Xu Liguo, di kejauhan di kota kekaisaran Zhongzhou, ada seseorang berbaju hijau dengan ekspresi sok jagoan sedang berjalan tiba-tiba bersin.
Kota kekaisaran ini merupakan ibukota suku dewa, menempati area yang sangat luas. Dari kejauhan seperti sebuah benua. Kota sebesar ini sama sekali bukan hasil karya orang biasa. Kecuali dengan melibatkan tak terhitung orang dan pembangunan puluhan ribu tahun, barulah mungkin terselesaikan.
Kota ini begitu besar, tak bertepi, benar-benar bisa disamakan dengan sebuah benua!
Di bagian timur kota, di sebuah jalanan yang cukup ramai, terlihat seorang pemuda berbaju motif bunga. Pemuda ini berjalan dengan gaya sombong, wajah penuh kepuasan diri, diikuti oleh lebih dari sepuluh pengawal. Setiap pengawal ternyata adalah ahli Langkah Ketiga! Bahkan yang lebih mengguncang, salah satu pengawal berbaju ungu itu memiliki tingkat kultivasi Golden Respect!!
Semua pengawal tersebut adalah pria, diam-diam mengikut dari belakang, tak mengucapkan sepatah kata pun sepanjang perjalanan.
Di samping pemuda itu, ada dua orang yang menyertai. Salah satunya adalah seorang pemuda muda dengan ekspresi arogan, mengenakan baju biru kehijauan. Namun cara berjalannya agak berbeda dari manusia biasa, seolah menjepit kakinya.
Orang lainnya adalah seorang pemuda berbaju merah, dengan wajah sok puas diri. Saat ini ia terus-menerus bersin hingga tujuh delapan kali.
“Wah, ada apa dengan Tuan Xu ini? Mungkinkah kemarin malam kedinginan diterpa angin? Sepanjang perjalanan, hanya suara bersinmu yang terdengar.” Suara pemuda sombong itu melengking dengan nada yang menusuk telinga.
“Cih! Kau anak kecil yang tidak jelas kelamin ini! Kakek Xu semalam sedang bersenang-senang. Mau ikut? Baiklah, hari ini kita pergi bersama!” Pemuda itu melotot sambil membuat wajah jahat yang menyeramkan.
“Hmph! Dasar manusia tak tahu malu!” Pemuda itu memutar matanya sinis.
“Aku tak tahu malu? Memang Kakek Xu tak tahu malu. Jadi? Malam ini kau harus waspada. Aku akan datang ke kamarmu untuk 'tak tahu malu'. Hehe, awas ya~” Pemuda marga Xu itu mengamati tubuh pemuda itu dari ujung kepala hingga kaki sambil tersenyum mesum.
“Berhenti bertengkar! Setiap hari kalian ribut tak ada habisnya! Xiao Hong, tendang pintu itu! Biar keluarga Lao Li tahu kehebatan Wangye ini! Brengsek! Berani-beraninya mengganggu aku!!
"Dan kamu, Xiao Qing, ingat jika situasi memburuk, segera remukkan kepingan giok dan beri tahu Kakakku, biar Kakakku yang memberi mereka pelajaran!" Pemuda berbaju motif bunga di barisan depan mendengus, menunjuk ke arah kediaman megah yang berbentuk singa tidur di kejauhan.
Kediaman itu sangat raksasa, dari kejauhan memancarkan tekanan aura yang mengguncang jiwa. Pintu gerbangnya tertutup rapat tanpa penjaga. Di atas pintu tergantung papan nama berlatar merah dengan bingkai hijau, bertuliskan dua karakter emas besar secara vertikal!
"Li Fu"
Dua karakter itu seolah memancarkan aura panah yang menggemparkan langit-bumi, menyelimuti seluruh ruang angkasa.
"Siap!!" Pemuda marga Xu bersemangat, bagai sangat menikmati peran macan kertas yang mengandalkan pengaruh orang lain. Ia bergegas maju, satu tangan mencengkeram pinggang, lalu menendang pintu gerbang dengan keras.
Bum! Pintu sama sekali tidak bergerak, namun pemuda marga Xu ini tak peduli, seolah sudah lama tahu akan hasil demikian.
“Hei! Penghuni Kediaman Li dengarkan baik-baik! Kakek Xu sudah datang, cepat buka pintu dan sambut tamu!!”
Pemuda berbaju warna-warni itu langsung tertawa terbahak-baik mendengar ucapan tersebut, wajahnya penuh kegembiraan sambil berkata santai pada pemuda berjubah hijau di sampingnya.
"Lihat itu, lihat! Perhatikan baik-baik! Mengapa aku menaruh harapan pada Xu Liguo? Kata 'sambut tamu' ini sungguh luar biasa!"
