Di Jalan Panjang sisi timur, seekor naga laut yang tubuhnya menyusut hingga sepuluh zhang, mengaum dengan geraman rendah sambil menyambar ke kejauhan. Namun ia tak berani terbang terlalu tinggi, karena tempat ini dipenuhi tekanan aura mengerikan yang membuatnya merasa nyawanya terancam jika melesat terlalu jauh.
Dalam pelarian cepatnya, tubuh naga laut itu penuh luka-luka. Terutama di bagian perutnya, tertancap setengah anak panah hitam yang memancarkan kekuatan penghancur nyawa, menyelimuti seluruh tubuhnya dengan gas hitam.
Di punggung naga itu, terlihat Liu Jinbiao dengan wajah penuh amarah. Keadaannya sangat compang-camping – andai saja naga itu tak menghalangi panah tiba-tiba tadi, nyawanya pasti sudah melayang.
"Panah itu menghancurkan segala kemampuan supernatural naga laut dan langsung menusuk perutnya! Siapa gerangan yang ingin membunuhku? Aku cuma menipu tujuh orang sebentar saja, pantaskah ini?!" Geram Liu Jinbiao, tapi tak ada bayangan ketakutan di matanya.
“Brengsek, berani macam-macam sama gue, Tuan gue pasti nggak bakal ngasih ampun!!” Ia menoleh tajam sambil berteriak keras.
Di belakang naga laut, muncul siluet hitam yang bagai menyatu dengan gelapnya malam, melesat mengejar. Sosok itu samar baik gender maupun usia, kecepatannya begitu dahsyat bahkan melebihi naga laut. Di tangan siluet itu tiba-tiba terlihat busur diangkat, lalu satu anak panah melesat deras.
Saat panah terlepas, energi dewa di sekeliling tiba-tiba terpusat dan melebur ke dalam anak panah yang kemudian mengaum mendekat.
Sejak Liu Jinbiao dan naga laut mulai melarikan diri hingga detik ini—hanya belasan sekejap napas—sang pengejar telah melepaskan anak panah kedua!
Dalam panah ini terkandung niat membunuh yang dingin, seakan hendak menghancurkan total naga laut beserta Liu Jinbiao di atasnya.
Saat panah itu semakin mendekat, Liu Jinbiao mengeluarkan geraman rendah, kedua tangannya membentuk mantra dengan jari-jarinya bersiap melawan sekuat tenaga. Naga laut di bawahnya menderu keras, seluruh tubuhnya seketika diselimuti lapisan gelombang kabut air.
Siluet pengejar itu menyunggingkan ejekan di bibir. Panahnya, sekali dilepaskan, jarang ada kultivator selevel yang bisa bertahan. Panah ini pasti akan menghancurkan naga laut sekaligus melukai parah kultivator kecil di punggungnya, menangkapnya hidup-hidup untuk dibawa pulang sebagai prestasi besar!
Namun tiba-tiba, ejekan di wajahnya lenyap seketika. Yang tersisa hanyalah pupil mata yang menyempit tajam, menunjukkan kengerian yang mendalam.
Di hadapan naga laut dan Liu Jinbiao, tepat saat panah itu hampir mengenai, tiba-tiba muncul siluet berjubah jerami dan bertopi bambu. Kehadirannya begitu tiba-tiba, seakan dengan paksa masuk ke dalam pandangan mereka.
Setelah muncul, ia tidak langsung bertindak. Hanya mengangkat kepala, memperlihatkan sorot mata di balik topi bambu. Kilatan cahaya emas di matanya menyala, panah yang menderu mendekat di depannya langsung collapse total, hancur seketika.
Siluet yang tersembunyi dalam kegelapan dan mengejar itu, pikirannya langsung bergemuruh. Tubuhnya bergetar, terpaksa keluar dari persembunyian dengan wajah pucat pasi. Saat pandangannya bertaut dengan lawan, terasa ilusi ribuan pedang mengaum menghampiri.
Dirinya sama sekali tak mampu melawan. Jiwa bergemuruh, darah segar dimuntahkan, seluruh tubuhnya terpental mundur hingga kehilangan kesadaran. Gemuruh dahsyat terdengar saat tubuhnya mendarat di tumpukan salju, menciptakan semburan serpihan salju.
Sebelum pingsan, ketakutan maha dahsyat menyelimuti seluruh tubuhnya. Sorot mata lawan itu memberinya teror yang belum pernah dialami, bahkan melampaui kepala keluarga dan Sang Leluhur klan mereka saat ini.
“Tuan!!! Akhirnya Anda datang, dia ingin membunuhku!! Hai Long juga terluka!!” Liu Jinbiao langsung bersemangat begitu melihat Wang Lin. Saat itu, Hai Long berbalik kasar, matanya dipenuhi aura keganasan, menatap tajam siluet tak bergerak di kejauhan.
Wang Lin menggerakkan tangan kanannya, mengusap kepala Hai Long. Seketika tubuh naga itu bergetar, gas hitam di seluruh tubuhnya tersapu angin kencang dan menghilang. Panah di perutnya pun terpelanting keluar, daging di sekitar luka mulai pulih terlihat jelas.
Panah hitam yang terlempar itu ditarik oleh gerakan tangan kanan Wang Lin, mendarat di telapak tangan. Setelah dilihat sebentar, langsung dihancurkannya menjadi debu yang menyatu dengan badai salju.
“Keluarga Li, sudah keterlaluan!” Wang Lin berbicara dengan ekspresi tenang.
“Keluarga Li? Tuan tahu asal-usulnya? Bukan karena tipuanku yang terbongkar?” Liu Jinbiao tertegun, amarahnya berubah menjadi keluhan sambil memandangi Wang Lin dengan tatapan memelas.
"Ayo, ikut aku ke Kediaman Li!" Wang Lin dengan raut wajah tetap tenang, mendekati sosok tak bergerak di permukaan tanah tak jauh darinya. Tanpa gerakan sekecil apapun darinya, tubuh pria itu secara iblis melayang, memperlihatkan wajah seorang pria paruh baya yang saat ini menutup kedua mata, wajah pucat seperti abu kertas, dalam kondisi pingsan total.
Shen Shi yang memadat menyusup ke ubun-ubun pria ini. Setelah memperoleh informasi yang dibutuhkan, Wang Lin mengibaskan lengan bajunya, menggulung naga laut, Liu Jinbiao, dan pria pingsan ini sebelum menghilang tanpa jejak. Saat muncul kembali, mereka telah berada di depan kediaman sunyi sepi di kedalaman Distrik Timur.
"Pergi ketuk pintu, suruh tuan rumah datang menemui." Wang Lin memandangi tulisan "Kediaman Li" di gerbang sambil berbicara perlahan.
"Siap!" Semangat Liu Jinbiao langsung berkobar. Ia paling gemar melakukan hal seperti ini. Kini ia menggulung lengan bajunya dan bergegas menuju pintu gerbang Kediaman Li yang terkunci rapat.
Saat ia melewati dua patung singa batu yang bermata tertutup itu, kedua patung tersebut tidak bergeser sedikit pun, bagai hiasan biasa di kediaman dunia fana, membiarkan Liu Jinbiao melenggang dengan angkuh menuju pintu gerbang.
Penampilannya saat ini hampir identik dengan sosok yang pernah datang ke sini lebih dari setahun lalu, bahkan ekspresi wajahnya pun memiliki kemiripan yang mencolok.
Di depan pintu gerbang, Liu Jinbiao mengangkat kakinya lalu menendang dengan keras, meninggalkan jejak sepatu bersalju sebelum berteriak kencang.
"Hai! Tuanku telah tiba, cepat keluarlah untuk menjemput tamu!!"
Ucapan ini hanya berbeda beberapa kata saja dibandingkan yang diucapkan orang yang datang setahun lebih silam. Andai pemuda berbaju merah itu mengetahui, pasti akan terpana.
Hanya yang berbeda adalah, tendangan Xu Liguo sama sekali tidak menggerakkan pintu ini, namun kini tendangan Liu Jinbiao justru membuat pintu itu mengeluarkan gemuruh dahsyat, terbuka dengan paksa ke dalam akibat tendangan kerasnya.
Pemandangan ini membuat Liu Jinbiao tertegun, dengan kecepatan tertingginya ia segera mundur cepat seolah terkejut, dalam hatinya bergumam tendangannya seharusnya tidak sekuat itu, terlalu mudah pintu ini jebol.
Wang Lin memandang pintu yang terbuka itu dengan ekspresi biasa, setelah menunggu lama kemudian, ia menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Mengingat Sang Tuan tidak mau keluar, maka Wang dengan kasar akan memasuki tempat ini." Sambil berkata demikian, Wang Lin menggerakkan tangan kanannya, pria yang mengambang dalam keadaan tak sadar di sampingnya langsung terlempar ke dalam pintu gerbang. Tanpa ragu, Wang Lin melangkah tenang ke depan.
Pada detik ia melewati dua patung singa batu itu, kedua patung tersebut tiba-tiba membuka mata dan mengaum dahsyat ke arah Wang Lin. Lolongan bergemuruh itu bergema ke delapan penjuru, menyebar ke sebagian besar Distrik Timur. Di semua wilayah yang terjangkau suara itu, segala suara manusia dan alunan musik seketika berubah menjadi keheningan total!
Di bawah lolongan itu, dua bayangan samar raksasa muncul di atas patung-patung singa. Dua singa berukuran ratusan zhang itu mengaum sambil menyambar ke arah Wang Lin setelah termaterialisasi di udara.
Wang Lin tak mengangkat kepala untuk melihat. Masih mengenakan jubah jerami dan topi bambu, ia terus melangkah ke pintu gerbang yang terbuka. Dalam sekejap, kedua singa itu sudah mendekat. Namun tepat saat mereka berada sepuluh zhang dari Wang Lin, lolongan mereka berubah menjadi rintihan. Bagai asap tipis yang diterpa angin kencang, mereka tercerai-berai di depan Wang Lin dalam sekejap mata.
Suara retakan bergema, dua patung singa batu di samping pintu gerbang itu muncul celah-celah dan hancur berantakan.
Wang Lin terus melangkah maju. Liu Jinbiao di belakangnya menarik napas dalam-dalam, namun segera sorot matanya memancarkan cahaya kegembiraan. Semakin kuat Wang Lin, semakin ia bisa berlaku seperti macan kertas yang mengandalkan pengaruh orang lain, tak ada yang berani mengusiknya.
Naga laut itu menyaksikan pemandangan ini, sorot matanya dipenuhi rasa segan yang mendalam.
Tepat saat kaki kanan Wang Lin menginjak ambang pintu Kediaman Li, tiba-tiba suara gemuruh yang menggemparkan langit bergema. Dari dalam kediaman, muncul siluet-siluet manusia dalam jumlah besar dari berbagai penjuru. Dengan gerakan serempak, tangan kiri mereka mencengkeram busur sementara tangan kanan menarik tali busur hingga membentuk bulan purnama - lalu melepaskan anak panah!
Ratusan bayangan panah mengaum membelah udara, menyambar ganas ke arah Wang Lin yang sedang melintasi ambang pintu.
Setiap aura panah mengandung kekuatan sangat dahsyat. Ketika ratusan panah ditembakkan bersamaan, aura-aura itu tiba-tiba terkumpul di hadapan Wang Lin, berubah menjadi hujan panah sementara secara samar membentuk pola sebuah formasi karena perbedaan sekejap napas dalam waktu penembakan!
Begitu formasi ini muncul, kilau merah tak berujung langsung memancar disertai niat membunuh yang mengguncang langit dan bumi meletus gemuruh, dalam sekejap mata telah mendekati Wang Lin.
Langkah Wang Lin tak berhenti. Saat berjalan, tangan kanannya terangkat lalu dikibaskan ke luar. Dari kibasan itu, sebuah cap tangan raksasa muncul jelas di depannya. Cap tangan ini sangat nyata dengan setiap garis telapak terlihat jelas. Saat muncul, langsung bertabrakan dengan formasi panah.
Deru dahsyat menggema. Formasi panah runtuh berantakan sementara cap tangan mulai meredup. Saat tubuh Wang Lin melangkah melewati pintu gerbang dan menembus cap tangan tersebut, telapak energi itu pun menghilang.
"Bahkan dalam sekejap mata, berhasil mengkristalkan kekuatan yang setara dengan Lapisan Keenam Tian Zun." Wang Lin dengan jubah jerami yang masih utuh dan topi bambu yang tetap menempel, melangkah mantap menuju kediaman.
Ratusan siluet itu, terdiri dari pria dan wanita, kini menyandang ekspresi ngeri yang tak terbendung. Ketakutan menyelimuti mereka seiring kekagetan akan kenyataan bahwa jurus pamungkas panah gabungan mereka yang diyakini mampu melumpuhkan bahkan Tian Zun sekalipun, ternyata dihancurkan hanya dengan gerakan lemparan lengan baju sang lawan.
Saat ratusan anggota Kediaman Li itu masih terdiam membeku oleh teror, tiba-tiba sembilan anak panah melesat dari sembilan titik berbeda dalam kompleks. Setiap anak panah meledak seketika, menghasilkan ratusan serpihan yang kekuatannya tak kalah dengan serangan gabungan sebelumnya.
Ledakan sembilan panah ini menyatukan kekuatan setara sembilan kali lipat formasi awal. Hujan panah yang menyelubungi langit-bumi berubah menjadi badai panah maha dahsyat, menyapu segala arah!
Seperti tangan raksasa yang mencengkeram Wang Lin dengan keras, seolah begitu tertangkap, tubuh dan jiwanya akan hancur lebur!
Langkah Wang Lin tetap tak terhentikan, namun ia mengangkat kepala, mengulurkan tangan kanan, lalu menunjuk ke depan!
Begitu jarinya mengarah, segala makhluk di langit-bumi mendadak membeku. Tangan dari hujan panah ilusi itu pun terhenti di hadapannya, membiarkan Wang Lin melangkah tenang melewatinya, tetap diam menggantung di udara.
Liu Jinbiao langsung ketakutan. Tertegun sejenak, ia memandang hujan panah di depannya sambil bulu kuduknya merinding. Ia segera menghindar, khawatir tiba-tiba bergerak dan melukainya.
