Sorot mata lansia berjubah hijau itu memancarkan kepanikan. Di lapangan ini di hadapan semua mata, ia mundur beberapa langkah dengan raut wajak pucat. Hatinya mendidih malu dan geram—ia yakin Wang Lin takkan berani turun tangan di sini. Setelah mundur tiga langkah, lansia itu segera menuding Wang Lin sambil membentak keras.
"Kau..."
"Baru saja lansia berjubah hijau itu membuka mulut, Wang Lin sudah berada di hadapannya. Tangan kanannya menepuk, menangkap jubah orang itu, lalu melemparkannya ke luar. Terdengar teriakan terkejut dari lansia itu, tubuhnya seolah ditampar telapak tangan tak kasat mata, tiba-tiba terpental mundur dan terlempar sejauh puluhan ribu zhang.
"Wang Lin memberi hormat pada Sang Kaisar Dewa!" Di depan Balai Jalan Dewa, Wang Lin menyatukan tinju dan memberi penghormatan. Bagaimanapun ini adalah istana kerajaan, dan Sang Kaisar Dewa adalah Mahadewa. Rasa hormat yang semestinya harus diberikan.
Puluhan ribu kultivator di lapangan memusatkan pandangan mereka ke arah Wang Lin. Di sekelilingnya, Pasukan Larangan Berzirah Hitam yang berjumlah puluhan ribu itu diam-diam mengitari, menatap tajam dengan sikap dingin.
Di antara para kultivator, perwakilan dari Empat Kediaman Bangsawan—kecuali Kediaman Li—tiga kediaman lainnya memandang Wang Lin dengan ekspresi berbeda. Terutama para kepala keluarga dari tiga kediaman ini, sorot mata mereka menyiratkan perasaan kompleks dan kepasrahan.
Setelah Wang Lin memberi penghormatan dengan menyatukan tinju, sekeliling kembali hening. Lama berselang, suara tenang bergema dari dalam Aula Jalan Dewa.
"Kau mengusir petugas pemberi gelar Kaisar, lalu bagaimana upacara penganugerahan ini bisa dilanjutkan."
Begitu suara itu berkumandang, pintu tertutup Aula Jalan Dewa terbuka ke dalam tanpa suara, memperlihatkan pemandangan interiornya. Di kedalaman aula, terlihat anak tangga berbentuk gunung dengan Singgasana Naga raksasa di puncaknya. Singgasana itu seolah jelmaan Naga Sejati yang mengangkat kepala ke udara, sorot matanya tajam bercahaya menatap Wang Lin yang berdiri di luar aula.
Di atas singgasana itu duduk seorang pria paruh baya mengenakan jubah kaisar dan mahkota kerajaan. Dengan sikap santai menyangga rahang bawah, postur tubuhnya yang sedikit miring memancarkan wibawa alami.
Di samping pria itu, berdiri seorang pemuda berbaju panjang kasar. Kulitnya putih, matanya sipit panjang. Di tangannya ia memegang dua batu mutiara ungu yang terus diputar-putar di telapak tangan. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Tatapannya lembut menyapu Wang Lin.
Namun tatapan itu membuat aliran darah dalam tubuh Wang Lin seakan membeku. Dalam sekejap, seluruh hidupnya terbayang seperti kilas balik.
Jiwanya bergetar, tapi segera pulih. Pupil matanya menyempit tajam saat saling bertatapan dengan pemuda berbaju panjang itu.
Pemuda itu menunjukkan sedikit keheranan di sorot matanya. Dengan senyum, ia mengangguk hormat pada Wang Lin.
"Guoshi Shang Xuandao!" Nama itu tiba-tiba terlintas di benak Wang Lin saat pandangan mereka bersentuhan. Meski belum pernah bertemu, hanya Guru Negara yang mampu membuatnya merasakan siklus reinkarnasi hanya dari sebuah tatapan!
Adapun Sang Kaisar Dewa yang duduk di singgasana naga, penampilannya identik dengan yang pernah diliat Wang Lin di Nirvana Tianzun. Namun aura kewibawaan dan momentum dahsyatnya kini bahkan lebih perkasa dari sebelumnya. Keberadaannya di sana seolah menyatu dengan langit-bumi sebagai bagian dari tubuhnya.
Segala makhluk di kolong langit ini, di bawah sorot matanya, takkan luput dari kewajiban bersujud.
"Cukup! Sebagai Nomor Satu di Bawah Leap Mahadewa, sikap tak hormat budak itu padamu takkan Kupertahankan. Xuan Dao, engkau yang akan memimpin upacara agung ini." Sabda Sang Kaisar Dewa di atas singgasana naga dengan tempo bicara terkendali.
"Daulat." Pemuda berbaju kasar itu sedikit membungkuk sebelum melangkah menuju pintu aula.
"Ternyata memang dia!" Mata Wang Lin mengeras.
Saat melewati sisi Wang Lin, pemuda itu tersenyum ramah mengangguk padanya sebelum memandang lapangan di luar yang dipenuhi puluhan ribu kultivator.
"Upacara agung ini akan kupimpin. Kini, dengan ritual pengorbanan darah untuk dewa, bukalah Jalan Dewa!" Seru Guru Negara Shang Xuan Dao sambil menunjuk langit dengan tangan kanannya yang terangkat.
Saat jari ini menunjuk, seberkas kilau merah langsung melesat ke langit ketujuh. Secara bersamaan, dari 99 sudut istana kerajaan yang megah, terdengar deru menggelegar bagaikan jeritan terakhir binatang buas sebelum mati.
Tak lama kemudian, 99 pilar darah meledak ke langit dari dalam istana. Dari posisi Wang Lin berdiri, terlihat jelas bahwa di dalam setiap pilar darah itu terkandung 99 jiwa binatang buas yang berbeda!
"Ritual Pengorbanan Darah untuk Dewa... Membantai 99 binatang buas, menggunakan darah mereka untuk membuka Jalan Dewa yang mengambang tak berwujud..." Wang Lin mengamati prosesi ini dengan ekspresi tenang.
Sembilan puluh sembilan pilar darah itu menerjang langit, mengubah seluruh cakrawala menjadi merah darah. Samar-samar terlihat pintu gerbang menuju dunia misterius yang terbuka di kehampaan, tidak jelas terletak di mana.
Jiwa binatang dalam pilar darah mengeluarkan auman bisu, bersama-sama menerjang masuk ke dalam kehampaan. Setelah menghilang, seluruh istana kerajaan tiba-tiba diliputi kesunyian maut!
Dalam sekejap mata, bukan hanya lokasi ini yang sunyi sepi. Seluruh benua suku dewa, melalui formasi istana yang memantulkan pemandangan ini, para leluhur dari berbagai sekte yang menyaksikan, semua mati-matian menatap tajam langit istana yang mereka lihat!
"Dalam upacara pemberian gelar sepanjang generasi, selalui melewati sembilan pintu dan menerima tantangan, ada satu ritual lagi yaitu membuka Jalan Dewa. Dengan ritual pengorbanan darah untuk memancing keluar roh dari luar langit. Roh-roh ini ada yang kuat dan lemah. Sang Kaisar Dewa akan turun tangan membunuhnya, menyirami bumi dengan darahnya, memurnikan jiwanya menjadi harta karun, lalu menganugerahkannya kepada yang diberi gelar!" Pengetahuan Wang Lin tentang ritual ini sangat mendalam. Kali ini tanpa kejutan, ia mengangkat kepala memandang langit.
"Si Leap Mahadewa berambut putih ini, roh dari luar langit seperti apa yang bisa dipanggilnya ya?"
“Di masa lalu, Ming Daozun pernah memanggil roh berbentuk pedang saat ritual pengorbanan darah. Setelah dibantai oleh Sang Kaisar Dewa, roh itu berubah menjadi pedang. Konon pedang ini memiliki kekuatan yang sangat dahsyat!”
“Semua ini bergantung pada nasib. Entah bagaimana nasib Wang Lin kali ini!”
Kultivator-kultivator di sekitarnya mengangkat kepala dengan pandangannya tajam bercahaya, masing-masing berharap dan mengajukan teori berbeda dalam hati.
Di langit berwarna darah, tiba-tiba terlihat binatang buas mirip singa menyambar keluar dari kehampaan hitam pekat dalam pusaran raksasa. Mata makhluk itu memerah darah, lehernya penuh luka daging dan darah berhamburan. Darah emas menetes dari lehernya saat mengaum.
Sepertinya ia sedang melarikan diri di kehampaan tak tentu arah ketika tersedot oleh pusaran yang tiba-tiba muncul. Tubuhnya terhisap dengan kasar hingga akhirnya terlempar ke dalam pusaran tersebut.
"Kemunculannya seketika membuat puluhan ribu kultivator di lapangan bawah ini berseru kaget!"
"Singa Langit!!"
"Ini adalah Singa Langit dari totem peninggalan Dewa Immortal!!"
"Konon Benua Tian Shi terbentuk dari Raja Singa Langit. Lihat, tidak ada bulu emas di kepalanya - ini bukan raja, tapi bentuknya jelas singa perang dewasa!"
Di tengah teriakan-teriakan itu, Sang Guru Negara Shang Xuan Dao dengan jubah sederhana tetap tenang, seolah telah memprediksi kemunculan Singa Langit ini.
"Segel peninggalan Dewa Immortal mustahil mengizinkan roh asing terlalu kuat masuk. Andai bukan karena terluka, Singa Langit ini pun takkan muncul... Wang Lin memang beruntung!" Gumam Shang Xuan Dao. Tiba-tiba gelegar menggelegar memekakkan langit.
Raungan itu mengguncang jiwa, mampu menghancurkan mental orang biasa. Bahkan kultivator level menengah gemetar bagai dihadapkan predator alami.
"Itu adalah auman singa!" Terlihat Singa Surgawi dengan leher terluka itu sekejap mata menerjang keluar dari pusaran, muncul di benua suku dewa. Sorot matanya menunjukkan kebingungan, jelas sangat asing dengan tempat ini. Namun kebingungan itu segera menghilang, digantikan oleh panik. Tubuhnya melesat mundur, seolah ingin kabur dari dalam pusaran itu!
Namun tiba-tiba, suara dingin Sang Kaisar Dewa menggema di telinga Wang Lin.
"Singa Surgawi..." Bersamaan dengan suara itu, Sang Kaisar Dewa yang masih bersandar di singgasana naga Aula Tao Suci mengangkat tangan satunya lagi dan mengibaskannya ke udara.
Dengan satu kibasan itu, nyala api lima warna materialisasi, menerjang keluar aula dengan gelombang panas membara, menyambar ke arah Singa Surgawi di langit.
Sekejap mata, dalam pandangan Wang Lin, nyala api tak berwarna itu berubah menjadi lautan api lima warna, menyelimuti seluruh tubuh Singa Surgawi yang terluka. Jeritan menyayat hati bergema di langit dan bumi, disusul gemuruh dahsyat. Darah membara seperti minyak menyembur dari langit, berserakan di tanah, menyelimuti seluruh istana kerajaan.
Pemandangan ini disaksikan langsung oleh semua kultivator di sekeliling. Jiwa mereka terguncang. Entah siapa yang pertama bersujud, dalam sekejap mata, semua kultivator itu tunduk menyembah ke arah Istana Jalan Dewa.
"Keagungan Sang Kaisar Dewa!"
"KEAGUNGAN SANG KAISAR DEWA!!"
Suara puluhan ribu orang yang menyatu bagai petir, bergemuruh bangkit, bergema di dalam istana. Keperkasaan Sang Kaisar Dewa terpampang jelas di depan mata seluruh kultivator Suku Dewa dengan cara demikian!
Wang Lin diam. Sesungguhnya dia pun bisa membunuh Singa Surgawi yang terluka itu. Namun mustahil melakukannya semudah Sang Kaisar Dewa. Dia harus mengenakan Zirah Jiwa, bahkan menarik sebagian kekuatan tubuh kedua.
“Mahadewa…” Wang Lin dengan ekspresi tenang, tidak memperlihatkan sedikitpun pikiran.
Di langit yang kini telah bebas dari lautan api, sehelai rambut putih melayang turun perlahan. Kehadiran rambut ini membuat pandangan Guru Negara Shang Xuan Dao di samping Wang Lin mengeras.
Tak hanya dia, Sang Kaisar Dewa yang duduk di singgasana naga pun tiba-tiba mengangkat kepala, menatap tajam rambut putih yang melayang itu dengan sorot mata penuh keterkejutan!
“Rambut yang bahkan Jalan Api Ekstremku tak sanggup membakar… Benda ini…”
Wang Lin berdiri tegak, kedua matanya tiba-tiba memancarkan kilau aneh. Rambut putih itu memberinya rasa familiaritas yang sangat kuat, namun kesan itu hanya sekilas lalu bagai ilusi semata.
Tanpa keraguan, tubuh Wang Lin limbung menyambar ke angkasa!
Dari dalam Istana Jalan Dewa, Sang Kaisar Dewa mengangkat tangan kanannya mencengkeram angkasa. Seketika tangan api berwarna-warni besar termaterialisasi di udara kosong, menyambar untuk merebut rambut putih itu!
Dengan kecepatan Wang Lin yang kalah dari Sang Kaisar Dewa, terlihat telapak tangan lima warna api milik sang kaisar telah muncul tepat di samping helai rambut putih yang melayang itu, lalu mencengkeramnya.
Namun tiba-tiba, telapak tangan dari lima warna api itu bergetar hebat sebelum ditembus langsung oleh helai rambut itu yang terus melayang turun. Melihat adegan ini, Wang Lin tanpa ragu-ragu melesat mendekati helai rambut itu dan menyambarnya!
"Terima kasih Sang Kaisar Dewa telah menganugerahkan harta ini!" Wang Lin membalikkan badan memberi penghormatan ke arah Istana Jalan Dewa.
