Andai hanya Jiu Di yang bersuara, Wang Lin bisa mengabaikan. Tujuan kedatangannya ke istana adalah menyelamatkan si orang gila, mana mungkin mundur hanya karena ancaman Jiu Di!
Lagipula Wang Lin sama sekali tak percaya Jiu Di benar-benar akan melepas penekanan terhadap kekuatan ilmu kutuk dalam tubuhnya, yang akan membuat pemulihan dirinya menjadi mustahil!
Namun, perkataan Shuangzi tak bisa ia abaikan.
Dalam hatinya, hutang budi pada Shuangzi sudah menumpuk. Kini sang Mahadewa Kembar pun bersuara, Wang Lin hanya bisa terdiam.
"Berikan aku alasan!" Setelah lama terdiam, Wang Lin akhirnya bersuara serak. Ia sengaja tak memandang Jiu Di, melainkan menatap Mahadewa Kembar.
"Sang Kaisar Dewa telah terluka parah... Lian Dao Fei sangat vital bagi Suku Dewa..." Mahadewa Kembar mendesah pelan, pandangannya terkunci dengan Wang Lin.
“Wang Lin... Lian Dao Fei, harus tetap tinggal...” Yang berbicara adalah Haizi yang tetap diam selama ini, ia menatap Wang Lin sambil berkata dengan suara lirih.
“Tempat ini adalah Istana Larangan. Meskipun kini collapse total, tetapi para penghuni di sini bisa memulihkan diri sendiri... Di suku dewa, Istana Larangan merupakan tempat yang sangat dahsyat pentingnya, sebab di sini terdapat kepala Dewa Immortal...
Kepala Dewa Immortal, efeknya adalah untuk menindas roh 72 provinsi suku dewa. Justru karena keberadaannya, roh 72 provinsi itu tetap tersegel. Sekali kepala Dewa Immortal rusak, tak akan ada lagi kekuatan untuk menindas roh-roh hidup di 72 provinsi yang masih ada sekarang. Bahkan beberapa roh yang seharusnya sudah menemui ajal pun, setelah kehilangan kekuatan penindasan, akan kembali ke kehampaan dari keadaan benua yang termaterialisasi...
Saat itu, seluruh suku dewa akan kacau balau total, bahkan benua-benua pun akan collapse total dan menghilang. Seluruh suku dewa akan menghadapi malapetaka... Sesuai rencananya sebelumnya, sukuku tidak bermaksud menghancurkan suku dewa. Setelah membagi-bagikan kepala Dewa Immortal, kami akan memilih seseorang untuk tertidur lelap di sini, menggantikan kepala suku dewa, menjadi penghuni baru yang akan menindas roh 72 provinsi...
Orang yang kami pilih adalah Lian Dao Fei!
Ia memiliki Darah Leluhur Dewa, mewarisi sebagian tingkat kultivasi leluhur dewa. Selama bertahun-tahun, sukuku juga perlahan menanam dalih di tubuhnya. Hanya perlu mengaktifkan dalih ini, maka Lian Dao Fei yang telah mewarisi tingkat kultivasi leluhur dewa akan menjadi Mahadewa!
Dengan tingkat kultivasi Mahadewa-nya, dikombinasikan dengan Teknik Rahasia sukuku, bisa memberikan efek penindasan. Jadi, kau tak boleh membawanya pergi... Jika kau memaksa... Aku pun akan turun tangan." Haizi berkata lembut.
“Wang Lin, tinggalkan Lian Dao Fei di sini. Nyawanya tidak dalam bahaya, hanya akan tinggal di sini untuk menindas roh 72 provinsi.” Kembar menghela napas dalam hati, memandang Wang Lin, mengulangi permintaan untuk kedua kalinya.
Jiu Di di sampingnya memandang adegan ini dengan dingin, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Wang Lin diam, menatap orang gila yang tak sadarkan diri di atas kepala Dewa Immortal. Tanpa keraguan sedikitpun, suaranya bergema.
"Aku melepaskan kepala Dewa Immortal, asalkan bisa membawa Lian Dao Fei pergi!"
"Lepaskan? Meski kepala Dewa Immortal dikembalikan ke tempat semula, ia takkan bisa lagi menindas. Sebab kepala ini sudah dihancurkan Sang Kaisar Dewa, tingkat kultivasinya tercerai-berai. Benda ini sudah tak berguna!" Jiu Di mendengus keras.
Raut wajah Wang Lin langsung memucat, sorot matanya menunjukkan pergulatan batin yang kompleks. Ucapan lawannya sederhana, bahkan tanpa perlu berpikir lama, Wang Lin pun paham kebenarannya.
"Wang Lin... Tinggalkan Lian Dao Fei." Ini kali ketiga Kembar mengucapkan kalimat yang sama.
Waktu berlalu perlahan, pergolakan dalam diri Wang Lin membangkitkan ombak besar di jiwanya. Setelah lama termenung, dia akhirnya menghela napas panjang. Dia tak bisa membawa paksa si orang gila itu—Shuangzi Mahadewa akan menghalangi, Jiu Di pun pasti turun tangan, belum lagi Tianzun Haizi. Jika ketiganya bertindak, mustahil baginya membawa si orang gila pergi.
Apalagi, jika si orang gila dibawa pergi, kekacauan besar di Suku Dewa tak terhindarkan. Wang Lin mungkin tak peduli, tapi Shuangzi yang selalu membantunya akan terjebak dalam posisi sulit... Bahkan Sekte Ungu Yang bisa mengalami kehancuran karenanya.
Dalam diam, raut pahit tergurat di wajah Wang Lin. Matanya tertuju pada si orang gila yang tak sadarkan diri itu, perlahan dia menutup matanya.
"Orang gila, saat aku kembali ke istana Suku Dewa ini, itulah saatnya aku menyelamatkanmu sepenuhnya! Aku bersumpah!!" Tangan kanan Wang Lin terangkat, menepuk kepala Dewa Immortal itu. Seketika kepala itu berubah menjadi cahaya emas dan terserap ke dalam ruang penyimpanannya. Dengan gerakan kasar, dia menegakkan kepala.
“Jiu Di, tidak perlu kau mencariku, Wang akan kembali ke Batas suatu hari nanti!” Sambil berkata, tubuh Wang Lin limbung menyambar ke langit. Tanpa menoleh, ia meninggalkan Si Gila yang tak sadarkan diri. Hatinya perih tertusuk. Ekspedisi ke istana kerajaan ini memberinya keuntungan terbesar: sebagian warisan Sang Dewa Immortal, kepala sang dewa, bahkan berhasil mengkristalkan bayangan samar Mahadewa.
Namun akhirnya, tetap saja ia tak bisa membawa Si Gila...
Jika bisa memilih, Wang Lin akan tanpa ragu-ragu menghapuskan segala takdir ini demi membawa pergi Si Gila. Sayangnya, semua ini sudah menjadi takdir yang tak terelakkan sejak awal.
“Menurut rencana dan deduksi Sang Leluhur Sekte Hantu Besar dari Suku Dao Wang, mungkin Jiwa Sang Kaisar Dewa yang ingin mengambil alih tubuh Si Gila pun sudah terhitung... Bisa jadi pengambilalihan tubuh itu sendiri adalah bagian dari skema besarnya, namun tanpa sengaja kuhancurkan...
Bahkan ketika Sang Kaisar Dewa memilih untuk meledak sendiri, kekuatan mantra kutukan yang dipikul bersama oleh empat Mahadewa—Sang Leluhur Sekte Hantu Besar kemungkinan besar telah mendeduksikan ini, namun tidak memberitahu atau mencegah...
Tindakannya mungkin demi anggota keluarganya Haizi di generasi ini, atau mungkin... untuk menghilangkan amarahku terhadap sukunya... Tapi apa sebenarnya yang dia lihat, sampai begitu segan padaku... Apakah dalam persepsinya, keberadaanku lebih menakutkan daripada seorang Mahadewa..."
Wang Lin teringat sosok bakat langit dari Suku Dao Wang di dalam Sekte Hantu Besar itu, setiap kata "Anda" yang penuh hormat dalam pesan yang ditinggalkannya.
Shuangzi Mahadewa melirik Lian Dao Fei yang tak sadarkan diri, menghela napas pelan. Tubuhnya melesat mengikuti Wang Lin ke angkasa, menghilang di kejauhan.
Di langit Istana Larangan yang hancur, saat melangkah keluar, Wang Lin tak kuasa menahan diri untuk tidak menundukkan pandangan ke bawah.
Ia melihat, di tengah Haizi menggunakan jurus klannya, tubuh orang gila yang tak sadarkan diri itu memancarkan cahaya emas menyilaukan. Di bawah kilauan emas itu, siluet si gila digantikan oleh matahari keemasan yang menyelimuti tubuhnya. Cahaya matahari emas itu menyala sepuluh ribu zhang, menyebar sementara gelombang energi tingkat Mahadewa secara mengejutkan menyembur dari dalam matahari tersebut.
Kekuatan Mahadewa ini bukan sekadar bayangan Matahari Mahadewa milik Wang Lin, melainkan benar-benar terkristalisasi. Di bawah sinar itu, Lian Dao Fei menjadi Sang Kaisar Dewa kelima bagi suku dewa setelah kejatuhan Sang Kaisar Dewa!
Hanya saja Sang Kaisar Dewa kelima ini akan tertidur selamanya tanpa pernah bangun. Keberadaannya hanyalah untuk menggantikan kepala Dewa Immortal guna menindas roh 72 provinsi!
Wang Lin memandang si gila yang telah menjadi Mahadewa. Ia menyaksikan tubuh itu, di bawah kilauan cahaya emas yang dikelilingi matahari keemasan, perlahan berubah menjadi sebuah gunung. Gunung ini seluruh permukaannya dililit cahaya emas, menyembur ke langit!
Dengan kemunculan gunung tersebut, tanah yang hancur berantakan pulih dengan kecepatan yang terlihat oleh mata, namun dibandingkan sembilan gunung sebelumnya, kini hanya tersisa satu gunung emas ini!
Langit pun ikut memulihkan diri, hingga akhirnya seluruh langit dan bumi kembali utuh sepenuhnya.
Pandangan terakhirnya tertahan lama di gunung emas itu, Wang Lin berbalik tubuh, mengukir sumpahnya dalam-dalam di hati, lalu tiba-tiba menghilang!
Setelah keluar dari istana terlarang, di tengah kehancuran istana bawah tanah, Wang Lin melangkah sekali dan lenyap tanpa jejak, muncul kembali di dalam istana leluhur Zhongzhou suku dewa di Benua Xiangang.
Istana kerajaan telah menjadi reruntuhan, hanya tersisa satu patung yang tegak menyendiri - patung Dewa Immortal yang sedang menengadah ke langit dengan kedua tangan terbentang, bagai tengah melakukan ritual gaib.
Wang Lin mematung membisu memandangi patung itu.
Gelombang energi bergelora di sampingnya saat Shuangzi Mahadewa muncul.
"Era Dewa Immortal telah berlalu, perlindungannya pun akan menghilang... Keturunan Sang Kaisar Dewa tak akan tersisa lagi di Suku Dewa masa depan." Shuangzi Mahadewa memandang patung itu sambil menghela napas pelan.
"Terima kasih..." Wang Lin berkata dengan tenang.
"Ini janjiku padamu sebelumnya, meski pengorbanannya besar... Tapi aku juga ingin berterima kasih, karena kau memilih versiku yang masih dua gadis kecil saat aku terpisah."
"Lian Dao Fei memang tak boleh kau bawa pergi, semoga kau mengerti... Aku tetaplah bagian dari Suku Dewa, sedangkan kau... bisa menjadi milik Suku Kuno." Shuangzi Mahadewa berbicara perlahan.
Raut wajak Wang Lin tetap tenang. Ia berbalik menatap Shuangzi Mahadewa. Terhadap pengungkapan identitas aslinya itu, Wang Lin tak melanjutkan pertanyaan maupun menyembunyikan reaksi.
"Terima kasih..." Wang Lin menyatukan tinju dan memberi penghormatan pada Shuangzi Mahadewa.
"Aku telah memperoleh kedua mata Dewa Immortal. Setelah kembali ke Ungu Yang, aku akan bertapa. Kau bagaimana? Langsung pergi atau ikut denganku ke Ungu Yang?"
“Aku ingin kembali ke Sekte Hantu Besar... Lalu, meninggalkan Suku Dewa...” Pandangan Wang Lin mendarat di arah Dongzhou, berbicara perlahan.
Shuangzi Mahadewa diam sejenak, menghela napas pelan.
“Tak tahu apakah membantumu ini benar atau salah...” Sambil menggelengkan kepala, tubuhnya membeku. Di bawah selimut cahaya ungu, ia kembali berubah menjadi dua gadis kecil yang terlihat kelelahan. Keduanya menoleh tajam ke Wang Lin, menunjukkan senyum polos sebelum melambaikan tangan perpisahan. Mereka berubah menjadi dua cahaya panjang yang melesat ke langit.
“Wawa, setelah pulang aku mau tidur dulu. Capek banget.”
“Hanhan, bagaimana kalau kita periksa dulu apakah Xiaolang patuh selama hari-hari ini, baru istirahat?”
“Oke, sudah ditetapkan ya!”
Suara kanak-kanak yang jernih bergema seperti dentang lonceng di angin. Wang Lin memandang siluet dua gadis kecil yang menjauh, bergumam lirih.
“Terima kasih untuk kalian...”
Wang Lin menutup matanya, setelah lama akhirnya membuka kembali. Tubuhnya bergerak cepat dan berubah menjadi cahaya panjang yang melesat menuju langit-bumi. Ia tak melihat, di belakangnya di istana kerajaan yang telah menjadi reruntuhan, Haizi diam-diam memandang punggungnya yang menjauh. Di langit yang perlahan berubah senja, terpancar ekspresi melankolis di wajahnya.
"Haizi, ayo pergi..."
Di belakang Haizi, Jiu Di yang wajahnya tampak kelelahan muncul. Tubuhnya mulai diselimuti gas hitam yang tak lagi bisa ditekan sepenuhnya.
"Kau tak menghalanginya, aku tak menyalahkanmu... Anak muda ini luar biasa... Aku sudah tua. Ikatan sukumu dengannya akan membantumu di masa depan." Jiu Di yang dikelilingi gas hitam itu memandang Haizi dengan kelembutan dan kasih sayang orangtua.
