“Pangeran Jidu ini, licik sekali… Gambar di katalog ini hampir identik dengan penampilanku, sehingga orang bisa langsung mengenali. Dari sini terlihat, saat ia baru muncul di Kota Batu Hitam dan melihatku untuk pertama kali, sudah ada kecurigaan dalam hatinya!
Tapi ia menyembunyikan diri dengan kedalaman ekstrem, bahkan aku sendiri tidak menyadarinya.” Wang Lin memegang kepingan giok, matanya menyapu sekilas sosok Jidu yang terlihat sangat hormat, namun dahinya sudah mengucur deras keringat dengan raut wajah samar-samar memucat.
“Jadi, sengaja ia memerintahkan iblis besar itu untuk bertindak, demi memverifikasi kecurigaannya. Setelah memastikan kebenarannya, ia menunjukkan keterkejutan yang tepat pada porsinya, lalu bersikap sangat hormat untuk membuatku tetap tinggal.
Hanya saja, berani ia mengungkap identitasku di sini dan memberi penghormatan, jelas menunjukkan ia tidak bermusuhan. Tapi, atas dasar apa ia yakin seorang Leap Mahadewa dari Suku Dewa seperti aku, setelah datang ke wilayah Suku Kuno, tidak akan membunuhnya sebagai pangeran…
Kecuali jika…” Ekspresi Wang Lin tetap tenang, pandangannya tertahan sesaat pada tubuh Pangeran Jidu sebelum ditarik kembali.
“Berani bersikap seperti ini di hadapanku, sepertinya kau sudah tahu identitasku yang sebenarnya.” Wang Lin berbicara perlahan.
Pangeran Ji Du yang mendengar kata-kata itu merasa lega dalam hatinya. Ia sadar gerakannya tadi bagai berputar di tepi jurang kematian. Namun dengan tekad yang kuat, terutama setelah benar-benar bertemu Wang Lin, ia takkan melepaskan kesempatan yang bahkan bisa menentukan takdir seumur hidupnya ini!
“Satu-satunya murid Daogu Xuan Luo Mahadewa bernama Wang Lin. Meskipun hal ini merupakan rahasia di Suku Kuno, sebagai keluarga kerajaan, kami tetap bisa mengetahuinya. Ketika Xuan Luo Mahadewa kembali dari Suku Dewa, ia langsung memilih bertapa. Klan Shigu dari pihak kami mulai melakukan investigasi, dan dengan bantuan Songtian Mahadewa, sebagian besar teka-teki terpecahkan.
Hanya saja, bahkan pada saat itu, Kaisar dan Songtian Mahadewa pun belum yakin apakah Leap Mahadewa Berambut Putih Wang Lin dari Suku Dewa adalah orang yang sama dengan murid Xuan Luo Mahadewa.
"Bahkan sebagai junior, saya baru tersadar setelah melihat Senior di Kota Batu Hitam. Ternyata Senior adalah murid Xuan Luo Mahadewa!" Keringat Jidu semakin deras, buru-buru berbicara. Di samping Wang Lin, ia merasakan tekanan aura yang sangat besar, bahkan lebih dahsyat daripada ketika menghadap ayahnya sendiri, setara dengan saat berada di hadapan Song Tian.
Perempuan di belakangnya mendengar setiap kalimat itu dengan wajah pucat pasi, sorot matanya masih menunjukkan ketidakpercayaan. Namun kemampuan bertahan di samping Jidu tanpa mengelak, jelas menunjukkan ia adalah orang yang dipercaya Jidu.
Wang Lin menyapu sekilas pandangan pada wajah perempuan itu. Wajah perempuan ini memiliki beberapa kemiripan dengan Jidu.
"Ini adik perempuan kerajaan junior, seibu serumah dengan junior." Jidu buru-buru menjelaskan.
"Kau sudah tahu identitasku, statusku sebagai murid Xuan Luo Mahadewa, bahkan melihat peta kepingan giok ke Daogu yang kurebut. Kau pasti paham aku harus pergi ke Daogu. Lalu sekarang, mengapa kau memberiku penghormatan?!" Wang Lin berbicara dengan nada datar.
"Senior, garis keturunan Daogu bukanlah kayu yang baik... Bahkan dengan guru Senior sebagai Xuan Luo Mahadewa, namun Kaisar Gu dari garis keturunan Daogu tidak memiliki toleransi. Jika Senior pergi ke sana, pasti akan tertekan..." Pangeran Ji Du belum selesai bicara ketika cahaya berkilat di mata Wang Lin disertai dengusan keras.
Dengan kibasan lengan baju yang lebar, ia berbalik dan melangkah ke luar aula utama.
"Senior!!" Pangeran Ji Du menggigit giginya, lalu dengan suara 'plok' bersujud dengan satu lutut di tanah! Sebagai pangeran, seumur hidupnya hanya pernah bersujud pada ayah dan ibunya. Tapi saat ini, dia bersujud di hadapan Wang Lin.
Jika ini terjadi di Suku Dewa, mungkin tidak terlalu mengejutkan. Tapi di tanah Suku Kuno yang mengagungkan kekuasaan kerajaan, tindakan Pangeran Ji Du ini cukup membuat semua yang menyaksikannya terpana!
Sang adik perempuan pangeran pun tertegun sejenak, setelah ragu-ragu, akhirnya ikut bersujud pula.
“Senior, junior bersedia menjadi anak angkat Anda. Sejak saat itu, Anda akan menjadi ayah angkat junior. Jika saya bisa menjadi Kaisar masa depan Shigu, maka Senior akan menjadi Bapak Bangsa di Negeri Shigu!!
Mohon bantuan Senior!! Kaisar memiliki tujuh putra, saya anak kelima. Jika Senior membantu, saya bisa memenuhi semua permintaanmu!” Pangeran Jidu berseru dengan ekspresi penuh ketulusan dan harapan.
Langkah Wang Lin terhenti. Ia berbalik memandang pangeran itu, mata perlahan memancarkan cahaya redup.
"Sebagai pangeran Shigu yang mengagungkan kekuasaan kerajaan, kau malah bersujud di hadapan Wang... Jawab! Siapakah yang menyuruhmu menemani rombongan pemilihan selir Daogu kali ini?
Siapakah yang memberitahumu untuk tetap bersujud memohon jika bertemu Wang?!
Dan siapakah yang memberitahumu akan bertemu Wang di Kota Batu Hitam?!" Wang Lin yakin ada sebab-akibat tersembunyi. Mustahil pangeran ini tiba-tiba bersujud tanpa petunjuk pihak tertentu!
"Dan sosok ini, dalam pandangan sang pangeran, jelas merupakan figur yang dipercaya sepenuhnya. Setiap ucapannya diimani tanpa keraguan!"
Wajak Pangeran Jidu langsung pucat. Meski cerdik, di hadapan Wang Lin saat ini, ia bagai transparan—setiap rahasia terkuak oleh sorot mata lawan.
"Adalah... Guru Negara... Guru Negara adalah paman dari pihak ibu, adik kandung mendiang permaisuri... Sepuluh tahun lalu ia keluar dari tapa, mengorbankan nyawanya untuk meramalku. Ia memintaku menemani rombongan peminangan Daogu, dan meramalkan bahwa dalam perjalanan ini, aku akan menemui takdir pengubah hidup..."
"Jika kuambil peluang itu, takdirku akan berubah dengan masa depan tak terbatas... Tapi jika gagal, umurku takkan lebih dari seratus tahun... Detailnya tak jelas, hanya samar-samar ia rasakan. Setelah mengatakannya, ia... menghembuskan nafas terakhir."
Di bawah pandangan penuh wibawa Wang Lin, jiwa Pangeran Jidu bergetar. Tak berani menyembunyikan sedikitpun.
Wang Lin mengerutkan kening. Ia memiliki ketakutan mendalam terhadap sebutan "Guru Negara". Jenis orang yang ahli dalam deduksi dan perhitungan seperti ini pernah ia alami betapa mengerikannya saat berada di suku dewa.
Namun Guru Negara dari Suku Kuno ini jelas tidak bisa dibandingkan dengan suku dewa. Dalam hal deduksi dan perhitungan, kemampuan mereka jauh lebih terbatas. Dengan tingkat kultivasi Wang Lin yang tinggi, melalui pengamatan cermat, meskipun Pangeran Jidu memiliki kelicikan yang dalam, ia tetap bisa melihat jelas bahwa sang pangeran tidak berbohong.
"Jika Ayah angkat mau membantuku, rencana besar ini pasti akan terwujud! Kini Kaisar ayah sudah tua dan akan segera turun tahta. Kaisar baru akan dipilih dari kami tujuh pangeran... Ayah angkat tidak perlu segera memutuskan. Suatu hari nanti, jika Ayah angkat ingin meninggalkan garis keturunan Daogu namun belum menentukan tujuan, sudilah datang ke tempat hamba untuk membiarkan hamba berbakti." Pangeran Jidu buru-buru menyela.
"Hamba telah mempersiapkan hadiah untuk Ayah angkat. Ini merupakan wujud bakti hamba, mohon Ayah angkat berkenan menerimanya." Tangan kanan Pangeran Jidu menepuk dadanya, cahaya berkilauan langsung memancar dari tangannya sambil memunculkan sebuah objek.
Benda ini adalah sebuah kotak giok, yang ia serahkan kepada Wang Lin dengan penuh hormat menggunakan kedua tangan.
Wang Lin merenung sejenak, lalu menerima kotak giok tersebut. Dengan menyapu menggunakan Shen Shi, ia mendeteksi selembar kepingan giok dan sebuah silinder seukuran jari di dalamnya.
"Kepingan giok itu adalah harta karun agung Klan Shigu. Hadiah dari ayahanda saat kelahiran hamba. Sepanjang generasi Klan Shigu, hanya pangeran yang berhak memilikinya, dan seumur hidup hanya satu."
Benda ini merupakan kepingan leluhur yang terkunci kekuatan satu jari leluhur kuno. Daya penghancurnya dahsyat, namun manfaat terbesarnya adalah pemahaman. Jika berhasil menguasai perubahan dalam kekuatan jari leluhur ini, akan diperoleh kegunaan luar biasa tak terhingga.
Namun sepanjang generasi Klan Shigu, termasuk para Kaisar Gu, tak seorang pun berhasil memahaminya. Meski demikian, benda ini tetap menjadi lambang kepercayaan tertinggi para pangeran. Hamba persembahkan ini kepada Ayah Angkat!
Tabung ini berisi cairan yang asal-usulnya sudah tidak dapat dilacak, merupakan peninggalan leluhur kuno yang mengandung kekuatan inti kayu yang sangat murni. Anak tahu bahwa Ayah Angkat bisa termasyhur di antara suku dewa, pasti karena berkultivasi di jalan inti kekuatan. Karena itulah anak mempersiapkan benda ini.
Anak hanyalah seorang pangeran, bukan Kaisar Gu. Namun jika suatu hari nanti bisa menjadi Kaisar Gu, maka seluruh persediaan sepanjang zaman dari klan Shigu kami, Ayah Angkat boleh memilih sesuka hati. Anak akan mengerahkan seluruh kekuatan klan untuk membalas budi Ayah Angkat atas bantuan dalam perebutan tahta!!" Pangeran Ji Du berbicara dengan suara rendah namun penuh ketegasan, nada tegas menghujam seperti besi yang menunjukkan keteguhan dan ketegasan.
Wang Lin memegang kotak giok itu, tatapannya penuh perenungan, belum juga menyimpannya.
Seiring lamanya perenungan Wang Lin, aula utama menjadi hening. Pangeran Ji Du tak bisa menyembunyikan kecemasannya, ekspresinya tegang. Di dalam hatinya, kegelisahan semakin menjadi. Dia sudah menunjukkan kesungguhan maksimal, bahkan rela bersujud, mengakui Wang Lin sebagai ayah, serta memberikan hadiah berharga - semata untuk mendapatkan pengakuan dan bantuan Wang Lin.
Ia percaya, sepuluh tahun yang lalu saat pamannya menutup mata dan menghembuskan nafas terakhir, kata-kata terakhir yang dicengkeramkannya di lengan Ji Du sebelum meninggal itu, telah terpatri dalam hatinya huruf demi huruf selama sepuluh tahun ini.
"Aku tak bisa menghitung siapakah orang ini, tetapi jika dia bersedia membantumu, maka di masa depan kau bisa menjadi Kaisar Shi Gu, bahkan ada secercah harapan untuk memimpin wilayah tiga suku, menjadi Kaisar Gu yang sejati!!
Aku pasti tidak salah menghitung! Ini hasil perhitunganku dengan membayar nyawa, meramalkan secercah masa depan!
Jika dia tidak membantumu... maka... kau takkan hidup lebih dari 100 tahun..." Dalam pikiran Ji Du, terbayang sorot mata penuh duka pamannya yang perlahan menutup mata, sebelum akhirnya melepaskan cengkeramannya.
"Ayah angkat!!" Ji Du bersujud di sana, membenturkan keningnya ke lantai menghadap Wang Lin.
Dentuman bum bum bergema di aula utama, memecah kesunyian, membuat adik perempuannya pucat pasi. Ia merasakan betapa vitalnya masalah ini bagi kakaknya!
Setelah lama, di tengah dentuman itu, suara Wang Lin akhirnya terdengar.
“Berikan aku satu kepingan giok yang bisa melacakmu!”
Tubuh Jidu bergetar, wajahnya menunjukkan warna kegembiraan liar. Ia segera mengeluarkan kepingan giok dari pelukannya dan menyodorkannya dengan penuh semangat kepada Wang Lin.
"Jika Wang benar-benar bisa meninggalkan Daogu suatu hari nanti, barulah kau boleh menyebutku Ayah angkat!" Hati Wang Lin telah membuat keputusan. Ia tak bisa menggantungkan seluruh masa depannya pada garis keturunan Daogu. Kini dengan kesempatan ini, ia harus menyiapkan jalur pelarian!
Setelah berkata demikian, Wang Lin menyimpan kotak giok dan kepingan giok dari Jidu. Setelah melirik Jidu, ia berbalik melangkah keluar Aula utama, siluetnya menghilang dalam kabut antara langit dan bumi tanpa jejak.
Hingga Wang Lin pergi, seluruh tubuh Jidu telah terbasahi keringat, namun ekspresinya penuh semangat dan kegembiraan. Ia menggenggam kepalan tangan dengan kekuatan dahsyat.
"Adinda, menurut pengetahuanku tentang Kaisar Daogu, Ayah angkat pasti merasa tak nyaman di sana. Ahli sejati sepertinya mustahil diikat oleh sekadar Kaisar Daogu. Ayah angkat akan datang membantuku... pasti!"
“Apakah semua ini sepadan...” Perempuan itu berdiri, berkata dengan suara lirih.
Pangeran Ji Du tertawa terbahak-bahak.
"Sepatutnya! Ayah angkatku memegang erat cinta. Seandainya bukan karena identitas aslinya, ia tak perlu repot mencari Xuan Luo Mahadewa. Aku menghormatinya dengan tulus layaknya ayah kandung, pasti ia takkan mengkhianatiku!"
