"Tunjukan jari ini bukanlah menggunakan kemampuan supernatural, melainkan komunikasi dengan langit-bumi, atau lebih tepatnya mengontrol kekuatan kosmik. Sasaran serangannya bukan binatang iblis itu, melainkan dimensi tempat mereka berdiam."
"Merobek lapisan realitas, menggunakan satu jari sebagai tekanan mematikan, memaksa langit-bumi runtuh dan meremas. Binatang-binatang itu hanyalah korban tambahan." Bergumam pelan, Wang Lin mengangkat tangan kanannya, menatap jarinya lalu menunjuk ke depan secara perlahan.
Namun pergerakan jarinya sangat lambat, seolah ada lapisan demi lapisan penghalang tak kasat mata di depannya yang mencegahnya menunjuk seperti Leluhur Kuno.
Lama kemudian, Wang Lin menarik kembali jarinya. Ia tak mencoba lagi, melainkan menunduk merenung.
"Dari teknik ini terlihat, kekuatan Leluhur Kuno telah mencapai tahap yang sama sekali berbeda... Tapi dengan serpihan memori di pikiranku dan Jurus Kecepatan Dewa, setidaknya aku bisa meniru sedikit."
Wang Lin mengangkat kepala, melirik debu kepingan giok di tanah, lalu perlahan menutup matanya.
Dalam tubuhnya, tersimpan banyak jiwa Yuan Shen beragam hasil pembantaiannya di Kota Leluhur Suku Dewa. Selama ini diam-diam ia memurnikannya, dan kini hampir terkonsentrasi sempurna untuk membuka saluran spiritual baru.
"Dengan lima saluran spiritual di tubuhku, aku bisa menciptakan 99 bayangan dalam sekali gerak. Bagaimana jika ada saluran keenam?" Wang Lin mengembangkan Jurus Kecepatan Dewa di dalam tubuhnya, memusatkan energi untuk saluran spiritual keenam. Waktu berlalu, tujuh hari telah terlewati.
Jarak menuju upacara agung penobatan permaisuri Sang Kaisar Dewa, kini tinggallah tiga hari.
Seluruh Kota Kekaisaran Daogu dipenuhi sukacita, jalan-jalan besar dan gang kecil dihiasi sangat megah oleh utusan istana, terutama saat malam tiba, kota ini praktis tak mengenal gelap dengan cahaya terang benderang yang memancarkan cahaya pelangi, bisa terlihat bahkan dari jarak sangat jauh.
Bahkan langit di atas Kota Kekaisaran Daogu pun diwarnai lima warna, menciptakan keindahan unik sekaligus menyiratkan kebahagiaan perayaan penobatan.
Terhadap upacara penobatan kali ini, Penguasa Sejati Daogu sangat serius, bahkan seluruh klan Daogu memberi perhatian khusus. Mengingat ini adalah pengukuhan resmi Permaisuri Daogu, semua anggota keluarga kerajaan dengan penuh harapan memandang ke arah ibukota. Banyak ahli sejati dari berbagai kabupaten pun bergegas datang untuk menyaksikan langsung ritual agung garis keturunan Daogu ini!
Utusan dari Klan Jigu dan Klan Shigu telah tiba terus-menerus dalam beberapa hari terakhir, membawa hadiah untuk berpartisipasi dalam Upacara Agung Daogu ini.
Terutama Klan Shigu yang mempersiapkan hadiah dalam jumlah sangat besar, dengan pangeran Ji Du sebagai pemimpin rombongan. Ji Du yang dahulu secara pribadi mendampingi delegasi memilih Song Zhi, kehadirannya di sini tentu bukan hal aneh.
Ditambah permaisuri yang bermarga Song ini merupakan cabang keturunan dari Mahadewa Klan Shigu, maka kali ini Mahadewa Song Tian juga mengirim utusan membawa hadiah.
Membanjirnya orang-orang di Kota Kekaisaran Daogu menciptakan keramaian yang sangat dahsyat. Di tengah gemuruh suara manusia, Klan Daogu memperkuat perlindungan untuk mencegah insiden tak terduga sedikitpun selama upacara.
Saat ini Kota Kekaisaran Daogu, khususnya istana kerajaan, dijaga ketat dengan terpusatnya para ahli sejati Klan Daogu. Hampir semua ahli sejati mereka telah tiba.
Dan para menunggu yang tersebar secara terpisah-pisah dengan darah kerajaan juga datang dari berbagai daerah, membuat Kota Kekaisaran Daogu menjadi sangat ramai karena upacara agung ini.
Hal ini merupakan rencana besar Suku Kuno. Penobatan permaisuri salah satu dari Tiga Kaisar, di tanah di mana kekuasaan kerajaan adalah yang tertinggi, bisa dikatakan diketahui semua orang. Terutama setelah Gunung Gu Dao juga mengirimkan hadiah, membuat Penguasa Sejati Daogu dalam periode ini menjadi fokus konsentrasi semua anggota Tiga Cabang Suku Kuno.
Di hari-hari terakhir ini, karena jumlah tamu yang datang benar-benar terlalu banyak, Garis Keturunan Daogu mengaktifkan harta karun pusaka suci mereka yang berubah menjadi 99 platform raksasa yang sedikit lebih kecil dari Kota Kekaisaran Daogu, membentang dengan kota langit Daogu sebagai pusatnya.
Di setiap platform tersebut, para ahli sejati dengan cepat menyusun tempat-tempat tinggal, sehingga bisa menampung begitu banyak orang yang datang.
Terhadap semua ini, Wang Lin tenggelam dalam latihan kultivasinya tanpa sedikitpun menghiraukan. Di malam ketika upacara agung hanya tersisa tiga hari, seluruh Kota Kekaisaran Daogu diselimuti pancaran warna-warni. Dalam cahaya terang benderang, gemuruh suara keramaian bahkan terdengar sampai ke 99 platform di sekelilingnya.
Kedatangan begitu banyak anggota tiga suku memunculkan pasar-pasar temporer. Selama masa penantian upacara, anggota berbagai suku saling bertransaksi kebutuhan mereka, sementara area-area lelang juga bermunculan.
Di dalam Istana Daogu, aura sukacita melingkupi setiap sudut. Dari loteng tertinggi, Penguasa Sejati Daogu berdiri dengan kedua tangan di belakang, memandang hamparan langit berwarna-warni di depannya. Senyum mengembang di bibirnya.
"Di kemudian hari, Aku akan menjadikan tempat tinggalku sebagai pusat Suku Kuno setiap hari, seperti masa upacara agung ini!" Penguasa Sejati Daogu berbicara perlahan.
“Paduka memiliki visi besar dan kemampuan luar biasa, pasti akan tiba hari di mana semua keinginan tercapai! Kami bersedia mengikuti Paduka, berdiri di belakang Paduka untuk menyaksikan hari itu tiba!” Di dalam loteng ini, selain Penguasa Sejati Daogu, terdapat tujuh orang yang bersujud dengan satu lutut di tanah. Saat ini mereka serentak berbicara dengan ekspresi penuh kefanatikan.
“Bagaimana persiapannya?” Sang Penguasa Sejati Daogu tersenyum tipis.
“Rombongan utusan dari Shigu dan Jigu sudah diatur dengan baik. Utusan dari dua Mahadewa juga telah diterima dengan layak. Hadiah dari Gunung Gu Dao beserta Utusan Besar yang mengantarnya, hamba juga telah menempatkannya dengan penuh hormat di dalam kota kekaisaran.” Salah satu dari mereka segera menjawab.
“Anggota keluarga dari suku kami, serta ahli sejati dari dua suku lainnya, hamba telah menyebarkan mereka di dalam 99 arena sekeliling. Meski jumlahnya banyak, namun cukup untuk ditampung.” Orang kedua buru-buru menambahkan.
“Persiapan upacara agung, hamba telah mengawasi seluruh prosesnya. Bisa memastikan kelancaran dan keutuhan ritual. Mohon Paduka tenang.”
“Penjagaan akan dilakukan oleh semua personel Pasukan Larangan 1, 2 hingga 7 selama upacara agung. Kami menjamin keamanan ketat tanpa sedikitpun celah!”
“Guru Negara telah mengirim pesan bahwa beliau akan hadir secara pribadi pada hari pelaksanaan upacara agung.”
“Permaisuri Song tetap seperti biasa, tak pernah keluar sepanjang hari. Terlihat selalu merenungi ingatan-warisan, namun setiap kali mencoba mengingat selalu menderita kesakitan hebat seolah tak mampu mengingat apapun.”
“Belum ada kabar dari Mahadewa. Tidak diketahui apakah beliau akan menghadiri upacara agung nanti.”
Ketujuh pengikut itu berbicara satu per satu, kemudian menundukkan kepala menunggu perintah dari penguasa tertinggi garis keturunan Daogu yang berdiri di hadapan mereka.
“Menurut protokol, upacara agung akan berlangsung selama 99 hari. Kecuali hari pertama untuk persembahkan leluhur, Kaisar tidak akan menghadiri hari-hari berikutnya. Jika terjadi sedikitpun kesalahan selama periode ini,” pria berjubah kekaisaran itu bersuara tenang, “kalian semua akan dieksekusi!” Tujuh orang di belakangnya segera menyetujui dengan penuh hormat.
"Tiga hari kemudian adalah awal upacara agung. Seluruh Kaisar Kuno sepanjang generasi dari garis keturunan Daogu kami, selalu mengadakan upacara penobatan permaisuri pada malam sebelum hari-H, agar anggota klan Daogu dan utusan dari berbagai kerajaan bisa menyaksikan sang permaisuri……
Bagaimana persiapan kalian untuk hal ini?"
"Semua sudah diatur dengan baik." Salah satu dari tujuh orang itu berseru dengan penuh hormat.
"Bagus!" Pria berjubah kekaisaran itu tersenyum, dengan seberkas harapan di matanya. Ia mengibaskan lengan bajunya lalu menghilang dari loteng.
"Kaisar mengambilnya sebagai permaisuri, memberikan status ini sebagai hadiah terbaik. Guru Negara, Kaisar menanti hasil deduksimu……"
Pada saat yang sama, dalam istana kerajaan, di sebuah ruangan sunyi, duduk seorang perempuan yang mengenakan jubah phoenix. Meski tidak memiliki rupa yang luar biasa, aura yang tak terungkapkan memancar darinya. Ia menatap cermin di depannya, memandangi bayangannya sendiri, matanya memancarkan kebingungan.
“Aku tak bisa mengingat apapun... Segala sesuatu dalam mimpi menjadi samar setelah terbangun... Tak bisa mengingat rupa perempuan dalam mimpi itu, wajah pria itu pun tak jelas, hanya dua kalimatnya yang tersisa...” Perempuan itu menutup mata, di pikirannya bergema dua kalimat yang seakan membentak langit hingga membuat langit dan bumi gemetar.
“Ayo, kubawa kau membunuh!”
“Bahkan jika Langit menghendakimu mati, aku akan merebutmu kembali!!”
Di cermin, wajah perempuan itu menampakkan dua aliran air mata yang mengalir dari sudut mata tertutupnya. Air mata itu melewati pipi, mendarat di jubahnya hingga membasahi sebagian kain.
“Mengapa aku menangis... Siapakah dia... Aku, siapakah aku... Apakah Song Zhi... Apakah aku Song Zhi...” Perempuan itu membuka mata, kebingungan dalam sorot matanya semakin mendalam.
Segala ini tak diketahui Wang Lin, tak bisa ia rasakan. Meskipun tingkat kultivasinya setinggi langit, tetap saja ia tak bisa melihat air mata perempuan itu, tak merasakan hawa yang terpancar darinya.
Bahkan jika berhadapan langsung, mungkin ia juga tidak akan bisa melihat, siapakah perempuan ini... Karena pada jiwa-jiwa yang terfragmentasi perempuan ini, terdapat kabut yang menutupi segalanya. Setelah perempuan itu melebur dengan Song Zhi, kabut semakin pekat.
Ia tidak tahu, jiwa Wan'er yang selalu dicarinya ternyata begitu dekat... Sangat dekat...
Perempuan itu juga tidak menyadari, dalam kebingungannya tentang nama - miliknya sendiri, miliknya (pria itu), orang ini juga berada di bawah langit yang sama, menghirup energi spiritual yang sama.
Pada pagi buta sehari sebelum upacara agung, Wang Lin membuka matanya dari latihan di bawah tanah, kilatan keraguan terlihat di sorot matanya. Dalam tubuhnya, muncul saluran spiritual keenam.
Hanya saja, yang membuatnya bingung adalah di dalam jiwanya tiba-tiba muncul seberkas kegelisahan yang tak jelas asalnya. Kedatangan kegelisahan ini begitu mendadak, membuatnya diliputi keraguan.
Setelah diam sejenak, Wang Lin berdiri dan melangkah keluar dari gua persembunyian bawah tanah, muncul di dalam pondok kayu. Gumpalan cahaya kabut emas itu samar-samar mulai membentuk wujud manusia, memulai proses pemadatan tubuh sejati.
"Lebih lama dari perkiraanku..." Wang Lin duduk bersila, menatap kabut keemasan sambil menekan gejolak dalam hatinya. Hingga matahari terbenam di barat, ia mengangkat kepala dan membuka mulut lebar-lebar, menelan tubuh sejati Lima Elemen beserta kabut emas itu ke dalam tubuhnya, lalu berdiri dan mendorong pintu.
Dalam cahaya senja, Xuan Luo berdiri di sana, tersenyum memandang Wang Lin.
"Kau telah bertapa selama tiga bulan. Besok di Upacara Penobatan Permaisuri, kau boleh tidak hadir. Tapi malam ini ada jamuan perayaan garis keturunan Daogu, wakili gurumu untuk hadir.
Aku tahu watakmu tidak suka keramaian. Setibanya di sana, tinggal sebentar lalu pulang saja."
Wang Lin ragu-ragu. Ia sungguh tidak ingin menghadiri acara itu, namun karena permintaan guru, akhirnya mengangguk menyetujui.
“Serahkan benda ini kepada Ye Dao, sebagai hadiah dariku untuknya.” Xuan Luo tersenyum, tangan kanannya mencengkeram angkasa dan memunculkan kotak hadiah yang kemudian disodorkan kepada Wang Lin.
Wang Lin menerimanya tanpa melihat, menyimpan kotak itu lalu memberi penghormatan dengan menyatukan tinju kepada Xuan Luo sebelum tubuhnya berubah menjadi cahaya panjang melesat ke udara, berhenti sebentar di angkasa sebelum melanjutkan penerbangan menuju Istana Daogu.
"Setelah mengantarkan hadiah ini, aku akan segera kembali untuk melanjutkan latihan. Konsentrasi Inti Logam sudah di ambang pintu, tak ada hal yang lebih penting dari ini." Wang Lin bertekad. Namun, saat pikiran itu muncul, hatinya kembali berdebar tak karuan.
Wang Lin mengerutkan kening, matanya menatap ke arah istana di kejauhan.
