Perempuan berjubah phoenix itu menghela napas pelan. Ia sungguh tak menyukai keramaian seperti ini, terlebih pandangan Wang Lin yang menusuk membuat hatinya perih. Ia sendiri kebingungan menentukan, sebenarnya apa yang terjadi.
Namun setiap kali mencoba merenung lebih mendalam, yang datang justru semakin banyak kebingungan.
Dengan perlahan berdiri, di samping perempuan berjubah phoenix itu segera termaterialisasi sebuah bayangan samar yang dengan hormat menyodorkan cawan anggur, lalu mengambang di belakangnya mengikuti sang perempuan keluar dari aula utama, menembus riuh rendah kerumunan menuju depan meja persembahan Wang Lin.
Wang Lin tetap duduk sambil menunduk, dalam waktu singkat ini ia telah menghabiskan tujuh delapan kendi arak. Ketika mengangkat kepala dan memandang perempuan yang berdiri di depannya, pandangannya kembali menjadi samar.
"Kau..." sang perempuan memandangi Wang Lin, hendak membuka mulut dengan suara lembut.
"Bisakah kau memainkan kecapi..." Wang Lin berucap pahit. Usai berkata, ia menggelengkan kepala sinis. Bangkit mengambil kendi anggur, menyentuhkan kendinya ke cawan di tangan perempuan itu lalu meneguk habis satu kendi penuh. Tiba-tiba berbalik tubuh berubah menjadi cahaya panjang melesat ke langit.
Butiran-butiran arak yang terciprat menari di udara, setetes mendarat di pipi perempuan itu. Dingin menggigit.
"Wan'er... di manakah jiwamu sebenarnya?!!" Di langit, siluet Wang Lin menjauh, namun di telinga perempuan ini, suara itu masih menggema samar.
Suara penuh kesedihan ini tak hanya didengar olehnya, tetapi juga sebagian orang di lapangan dan platform, termasuk Penguasa Sejati Daogu di dalam aula. Senyum di bibirnya semakin pekat sambil menyeruput arak dari cawan.
Tak satu pun dari mereka - termasuk Wang Lin - menyadari bahwa saat kata "Wan'er" terucap, tubuh perempuan berjubah phoenix itu bergetar secara tiba-tiba. Sorot matanya menunjukkan pergulatan batin dan kebingungan, namun secepat datang, pergulatan itu menghilang meninggalkan kekosongan di wajahnya.
Berbalik, perempuan dengan kekosongan ini kembali memasuki aula utama, meninggalkan keramaian yang meriah di belakangnya.
"Wan'er... Aku rela membalikkan seluruh angkasa hanya untuk meluruskan bayanganmu..."
Wan'er, Api yang mengubah langit menjadi merah kurelakan, semata agar alasanmu untuk tak lagi memejamkan mata tetap ada.
Wan'er, kugemuruhkan seluruh dunia dengan petir, hanya agar kau mendengar suaraku.
Wan'er, kutempuh sepuluh ribu li, kususuri sebuah dunia, demi mencari tarikan napasmu.
Wan'er, kujelmakan diri dalam moxiu dan jalan pembunuhan, melawan langit dan membunuh dewa, kubalikkan langit-bumi. Siluet kesepian yang menusuk ini berdiri di hadapanmu, hanya untuk melihat matamu yang memberi ketenangan itu terbuka.
Wan'er, di manakah jiwamu bersemayam?!!!
Di balik sorot mata Wang Lin yang basah, langkahnya diam-diam menyusuri Kota Kekaisaran Daogu yang terang benderang. Siluetnya yang kesepian dan tak berdaya terserak di antara langit dan bumi.
Duka yang terpendam di kedalaman hatinya - selamanya tertutupi dinginnya keselamatan - kini terpapar jelas. Kali ini, setelah melihat aura familiaritas itu, Wang Lin tak lagi bisa menipu diri sendiri. Butiran air matanya jatuh.
Dalam langkahnya yang berjalan diam-diam, air mata menetes entah ke atap mana. Di telinga masih samar terdengar riuh-rendah dari istana kerajaan, namun Wang Lin saat ini tidak mau, juga tidak ingin mendengarnya. Ia hanya ingin sendiri di tempat sepi, menghitung ingatannya dalam kesunyian.
Ia kembali ke Balai Daogu, kembali ke pondok kayu miliknya. Di dalam pondok itu, Wang Lin menutup pintu dan duduk terpaku. Tanpa hasrat untuk berlatih kultivasi, tanpa keinginan melihat matahari Mahadewa di gua persembunyian bawah tanah. Matanya menatap keluar jendela ke panorama langit dan bumi yang berwarna-warni, lama, sangat lama.
"Aku memiliki tingkat kultivasi raksasa... lalu apa?"
"Aku punya kehendak melawan kodrat... lalu bagaimana?"
“Bahkan sebagai Penjaga garis keturunan Daogu, aku tetap tak bisa menemukan jiwa Wan'er...” Ekspresi menyakitkan terpancar dari wajah Wang Lin. Selama ini ia sengaja menghindari pertanyaan ini, terus-menerus membius diri dengan meningkatkan tingkat kultivasi, menipu diri sendiri bahwa hanya dengan cara inilah harapan menemukan jiwa Wan'er masih ada.
Namun, setelah ribuan tahun menipu diri sendiri, saat pertama kali melihat Song Zhi yang memiliki kemiripan aura dengan Wan'er di istana kerajaan, ia tak bisa mengendalikan jejak kenangan dan pikiran yang mengalir deras.
Waktu berlalu perlahan. Wang Lin mengurung diri di pondok kayu, menahan rasa sakit yang menggerogoti hati. Di depan matanya, adegan-adegan kenangan bermunculan. Saat ini, hanya dengan mengandalkan ingatanlah ia bisa membuat diri tak lagi merasa sepi...
Seperti Sang Leluhur Sekte Dong Lin yang terkurung di dalam sekte kematiannya sendiri, hanya ditemani oleh kenangan-kenangan.
"Di dunia ini... ada orang dengan aura yang begitu mirip... Tapi dia bukan Wan'er, dia Song Zhi... Perempuan yang pernah kulihat di luar Kota Batu Hitam..." Setelah lama, Wang Lin memaksa menekan rasa sakit dan kenangan di hatinya. Ia tak ingin menjadi lemah, ini takkan membantu mencari jiwa Wan'er.
Sebuah hela napas panjang keluar, Wang Lin menutup matanya. Saat membuka kembali setelah lama, sorot matanya telah tenang. Namun di kedalaman ketenangan itu, masih terlihat duka yang melingkupi.
"Song Zhi..." gumam Wang Lin sambil mengangkat tangan kanannya. Dengan sekali kibasan, bayangan bertumpuk muncul di sekeliling tubuhnya. Tubuh sejati Lima Elemen termaterialisasi satu per satu, membungkus gumpalan cahaya inti logam di pusat. Dalam cahaya itu, samar terlihat bayangan kabur yang sedang mengkristal menjadi tubuh sejati inti logam.
Menenangkan diri, berusaha untuk tidak lagi memikirkan hal ini, meyakinkan diri bahwa Song Zhi bukan Wan'er. Wang Lin menatap gumpalan cahaya inti logam itu dengan ekspresi lesu, kembali menutup matanya, bersiap untuk berlatih kultivasi demi menghindari jejak kenangan.
Namun tepat di saat matanya terpejam, tiba-tiba Wang Lin membuka matanya dengan kasar, sorot matanya memancarkan kilatan sinar tajam yang membara, wajahnya menunjukkan keterkejutan!
"Tidak benar!!!"
"Song Zhi itu pernah kulihat di luar Kota Batu Hitam. Saat itu, wanita ini sama sekali tidak memberiku perasaan seperti tadi di istana. Saat itu dia sangat biasa, sangat biasa-biasa saja. Meskipun ada ketenangan, tapi sama sekali berbeda dengan sosok yang kulihat tadi di istana!!"
Tubuh Wang Lin bergetar.
"Jika sejak saat itu dia sudah seperti penampilannya tadi di istana, mustahil aku tidak merasakannya. Saat di luar Kota Batu Hitam, seharusnya aku sudah merasakan keakraban yang kudapatkan tadi!"
Tapi saat itu, aku sama sekali tidak merasakan apapun! Mengapa setelah melihat wanita ini lagi di istana, muncul rasa familiar itu!!!
Ada yang tidak beres di sini!!
Pemilihan selir oleh Penguasa Sejati Daogu memakan waktu ratusan tahun, akhirnya hanya memilih satu. Tapi Song Zhi ini tidak memiliki kecantikan luar biasa, mengapa bisa terpilih...
Selama ratusan tahun ini, kriteria seperti apa yang dicari Penguasa Sejati Daogu dalam memilih selir... Mengapa perbedaan Song Zhi sebelum dan sesudah begitu mencolok? Mengapa sebelumnya tidak kurasakan, tapi di istana menjadi begitu jelas!!
Mengapa saat mendekati istana dan tiba di sana hatiku gelisah? Mengapa melihat Penguasa Sejati Daogu timbul niat membunuh? Mengapa setelah Song Zhi muncul, kegelisahan itu tiba-tiba lenyap!!!”
Wang Lin berdiri mendadak, tubuhnya gemetar. Sorot matanya bersinar sepuluh ribu zhang, menyelimuti seluruh pondok kayu. Rambutnya berkibar tanpa angin, seolah kekuatan tersembunyi akan meledak tak terkendali!
“Namun, sebelumnya Shen Shi-ku juga telah memeriksa wanita ini, tak menemukan sedikitpun jejak. Segala sesuatu tentangnya tampak normal, hanya aura Shen Shi-nya yang memberi rasa familiaritas...
Mengapa ini terjadi...” Jiwa Wang Lin gemetar. Ia bisa mendengar detak jantungnya yang kian kencang: Dug... dug... Perasaan seperti ini sangat langka bahkan dalam ribuan tahun hidupnya—semangat yang membara, keraguan, peleburan kebingungan dan ketidaktahuan, getaran yang sulit dipercaya maupun dipastikan.
Di dalam hatinya, seolah ada semburan api yang tertekan. Di bawah tekanan terus-menerus, nyaris mencapai titik ledakan!
“Pemilihan selir ratusan tahun... Perbedaan mencolok Song Zhi sebelum dan sesudah... Penghuni apakah yang bersembunyi di balik ini? Rahasia macam apa yang membuatku mengamuk seperti ini!!!” Raut wajah Wang Lin terdistorsi, nyaris tak terkendali. Ia ingin segera menerjang masuk istana, menangkap Penguasa Sejati Daogu itu dan menginterogasinya dengan teknik Soul Searching!
Tapi... ia tak bisa!!
Ia adalah murid Xuan Luo, Xuan Luo merupakan Penjaga garis keturunan Daogu, Xuan Luo telah memberikan kebaikan besar kepada Wang Lin, memiliki ikatan guru-murid!! Jika tanpa bukti konkrit ia langsung menyerbu istana untuk menangkap dan membunuh Kaisar, ia takkan bisa melewati batasan hati nuraninya sendiri, ia takkan sanggup menghadapi gurunya yang telah berjasa besar!
Mata Wang Lin berkilat, tangan kanannya menepuk angkasa dan mencengkeram, seketika di genggamannya muncul sebuah kepingan giok hitam!
Kepingan giok ini memancarkan cahaya secara iblis dan gelap, seolah sekilas pandang saja akan membuat jiwa tertarik masuk tak bisa melepaskan diri. Kepingan ini tak lain adalah Sang Leluhur dari Sekte Hantu Besar, beliau yang telah mengakali segalanya demi komunitas, akhirnya mengorbankan jantung dan otak, dengan ekspresi memohon pengampunan - seolah sedang mempertimbangkan mana yang lebih penting antara nurani dan strategi, atau seperti bertanya pada Wang Lin - bersujud di depan patung Wang Lin, sang bakat langit generasi dari suku Chi Hu!
"Kepingan giok ini bisa membantu Yang Mulia mendeduksi sekali perubahan di masa depan..." Bayangan suara yang bergema saat memperoleh kepingan giok itu terlintas dalam benak Wang Lin.
Tanpa pikir panjang, ia meremas kepingan giok itu hingga hancur dengan kasar sambil bergumam beberapa mantra. Saat telapak tangannya terbuka, serpihan kepingan giok berubah menjadi gas hitam yang berpencar, lalu tiba-tiba membentuk sosok kecil hitam di telapak tangannya. Sosok itu menatap Wang Lin, lalu bersujud sambil membungkukkan kepala sembilan kali!
Di detik terakhir sujud itu, pikiran Wang Lin bergemuruh. Ia menyaksikan dunia kediaman, melihat tangan kristal menjangkau dari kerumunan makhluk di Jalan Langit, mengambil jiwa-jiwa terfragmentasi Li Mawan!
Di ruang bawah tanah samar, bayangan kabur yang diselimuti cahaya pelangi terlihat sedang menjepit sebuah batu mutiara dengan dua jari. Di dalam batu mutiara itu, terlihat jiwa Li Mawan yang gemetar dengan mata terpejam!
Ia mendengar bayangan kabur itu berbisik kepada pria berjubah kekaisaran yang terpana di hadapannya.
Ia melihat pria berjubah kekaisaran itu dengan wajah penuh kejutan dan sukacita, membawa pergi jiwa ini. Setelah ratusan tahun terus-menerus memilih selir untuk dilebur namun semuanya gagal, akhirnya ia melihat seorang perempuan yang familiar. Perempuan itu tak lain adalah Song Zhi, yang berhasil melebur dengan jiwa ini.
Ia melihat di dalam istana, pria berjubah kekaisaran itu meremas pipi perempuan tersebut dengan tangan kanannya, membuat perempuan yang sedang tak sadarkan diri itu meneteskan air mata akibat kesakitan.
Juga suara dari mulut pria berjubah kekaisaran itu!
Pria berjubah kekaisaran itu adalah Penguasa Sejati Daogu!!
"Ye Dao!!!! Aku akan membunuhmu!!!" Wang Lin membuka matanya dengan kasar, bola matanya memerah darah, rambutnya bergulung liar bagai kesetanan. Suara deruannya mampu mencabik-cabik sembilan langit dan menghancurkan kekuasaan kerajaan!!
Jeritan ini mengandung kegilaan, tekad untuk menghancurkan langit dan bumi tanpa peduli nyawa sendiri, tanpa ragu mengorbankan segalanya, dipenuhi kebencian dan amarah yang meluap!!
Ini adalah Wang Lin, sejak kelahiran, mengeluarkan deru kehidupan paling liar yang cukup membuat langit gemetar!!
Ini adalah Wang Lin, amarah yang meledak!!
