“Guru... Seandainya semuanya bisa terulang kembali, murid tetap akan tanpa ragu-ragu mengikuti Guru datang ke Benua Xiangang ini...” Wang Lin berkata dengan suara lirih.
Kesedihan di sorot mata Xuan Luo semakin dalam, ia telah memahami Wang Lin sepenuhnya.
“Budi Guru seberat gunung, murid takkan pernah melupakan...” Wang Lin mendesah pelan, berdiri lalu menepuk-nepuk jubahnya. Gerakan itu seakan menyapu debu sekaligus ikatan batin dalam hatinya, menghapus semua kesabaran yang selama ini ditahannya.
Demi mencegah kematian Gurunya, ia rela bersujud, menyerahkan Harta Karun Tertinggi, menahan niat membunuh Penguasa Sejati Daogu. Segala cara ia tempuh hanya untuk menemukan titik keseimbangan antara menyelamatkan jiwa Wan'er yang terfragmentasi dan kesedihan Gurunya. Hanya itu keinginannya: tak ingin menyakiti orang-orang baik yang pernah membantunya, tak ingin melukai sang Guru.
Namun, harapan itu kini ternyata hanyalah angan-angan, mimpi yang tak mungkin terwujud.
Ia menahan diri sekali demi sekali, kini, sudah tak bisa lagi menahan diri. Jika sudah begini, tak perlu lagi menahan diri!!!
Di bawah sorot mata semua yang hadir di tempat ini, Wang Lin tertawa terbahak ke langit. Tawanya berderai air mata yang pahit, membawa penderitaan ribuan tahun dan keteguhan hatinya, serta kegigihan menyakitkan dalam membalas budi.
Tawanya semakin menggema, nyaris seperti orang kesetanan.
Gelak tawa itu menusuk telinga Xuan Luo. Jantungnya seakan dicengkeram mati-matian oleh tangan tak terlihat, dicabut paksa dari dadanya. Sekejap tubuhnya terasa hampa, wajahnya pucat pasi sambil memandang Wang Lin. Keriput di matanya semakin dalam, membuatnya tampak lebih renta.
“Aku Wang Lin sejak muda berkultivasi, seumur hidup penuh pembunuhan, merasakan sikap dingin manusia dan kepahitan dunia. Orang-orang yang kujumpai kebanyakan licik dan curang... Mungkinkah aku ini bintang sial yang terisolasi? Istriku jiwa tercerai-berai, anak terperangkap siklus reinkarnasi, Situ menghilang tanpa kabar, Qingshui tak diketahui rimbanya. Semua yang pernah berbuat baik padaku berakhir terpisah...
Aku menghargai budi, karena kebaikan itu bagiku langka sehingga berharga...
Aku memegang erat cinta, karena perasaan itu membuatku bisa tetap gigih...” Air mata mengalir di mata Wang Lin, sambil tertawa ia berbicara sendiri ke langit.
“Bunuh dia!!” Tawa Wang Lin juga terdengar oleh Penguasa Sejati Daogu itu. Bagi telinganya, suara itu menusuk sekaligus membuat jiwanya bergetar. Tanpa pikir panjang, ia segera menunjuk Wang Lin dengan tangan kanan sambil menderu.
Di tengah Suku Kuno yang menjunjung tinggi kekuasaan kerajaan ini, di istana yang dipenuhi anggota Suku Dao Gu, perintah Penguasa Sejati Daogu seharusnya langsung dilaksanakan seluruh anggota suku. Namun kini, selain seribu orang di depan aula utama yang menyambar ke arah Wang Lin dengan sorot mata penuh niat membunuh, puluhan ribu anggota suku di sekeliling - termasuk mereka yang telah dibangkitkan kembali - memilih diam.
Mereka telah menyaksikan seluruh proses ini, melihat permainan sebab-akibat ini, menyelami kesedihan Xuan Luo, merasakan kegigihan dan permohonan Wang Lin. Adegan-adegan ini membuat mereka kini tak sanggup mengangkat kaki, tak mampu melangkah...
Ini adalah pilihan antara loyalitas pada tahta dan nurani. Dalam pilihan ini, sebagian besar anggota suku ragu. Namun tetap ada ribuan orang yang otaknya telah dicuci oleh doktrin kekuasaan kerajaan sejak kecil. Geraman rendah bergemuruh dari kerumunan, berubah menjadi cahaya panjang yang menyambar ke arah Wang Lin.
"Guru!!" Wang Lin berbalik kasar, mengabaikan orang-orang yang mendekat. Sorot matanya memancarkan ketegasan saat menatap Xuan Luo.
"Izinkan murid ini terakhir kali memanggilmu... Guru! Kebaikan Guru takkan bisa kubalas, satu-satunya cara adalah dengan mengorbankan nyawaku sekali sebagai balasan. Mulai saat ini, Wang Lin tak lagi punya hubungan dengan garis keturunan Daogu!!"
"Mulai hari ini, semua perbuatanku... tak ada sangkut pautnya dengan Guru!! Segala tanggung jawab akan kutanggung sendiri!!" Tangan kanan Wang Lin tiba-tiba terangkat, tepat ketika ribuan anggota Suku Kuno mengepungnya dan Xuan Luo mengibaskan lengan bajunya hendak mendekat.
Pandangan Wang Lin menatap Xuan Luo. Tangan kanannya menghunjam keras ke ubun-ubunnya sendiri. Pukulan ini membawa seluruh rasa bakti guru-muridnya, sekaligus meledakkan ketegasan yang tak tertahankan lagi!
Waktu, bagai melambat dalam sekejap napas ini. Tangan kanan Wang Lin yang menghantam ubun-ubunnya sendiri, pada sekejap mata itu tengkoraknya retak. Kekuatan penghancuran diri itu menggema masuk ke tubuhnya, menghancurkan seluruh kepalanya sekaligus dengan gila-gilaan merusak tubuhnya, segala sesuatu tentang dirinya.
Dalam kehancuran ini, Wang Lin seolah melihat fragmen kenangan ketika Xuan Luo pertama kali muncul di dunia kediaman. Ia seakan kembali ke kampung halaman, adegan-adegan masa lalu itu.
Semua adegan tiba-tiba terbekukan pada momen ketika Wang Lin sebelumnya menerjang keluar dari gunung Balai Daogu dengan mengaum keras... Berhenti.
Di hadapan ketidakpercayaan semua orang di tempat ini, tubuh Wang Lin meledak dengan gemuruh. Daging dan darahnya berpencar. Seluruh dirinya hancur di depan aula utama istana kerajaan, musnah persis saat Xuan Luo tiba.
Xuan Luo terpaku memandangi kekosongan yang kini dipenuhi sisa daging. Dari sorot matanya, mengalir air mata darah.
“Mati??” Penguasa Sejati Daogu itu tertegun, sorot matanya berkilat muram. Anggota keluarga yang hendak menyambar di sekeliling pun membeku berduyun-duyun, memandang dengan curiga dan ragu.
Tiba-tiba di sekejap ini muncul adegan iblis. Kabut darah dari ledakan Jiwa Yuan Shen Wang Lin tiba-tiba terkumpul secara iblis dalam sekejap mata. Kecepatan pengumpulan ini hanya sekejap mata telah menyatu sempurna, membentuk siluet manusia yang kembali berubah menjadi Wang Lin!
Darah segar dimuntahkan, raut wajak Wang Lin pucat pasi. Teknik tiga nyawa yang sangat berharga baginya, hari ini telah digunakan sekali!!
Ia, telah mati satu kali!!
Yang bangkit kembali ini tak lagi menjadi murid Xuan Luo, tak memiliki sedikitpun hubungan dengan garis keturunan Daogu. Ia tak akan mempertimbangkan perasaan siapapun, tak lagi menahan diri berulang kali. Ia akan menjadi dirinya sendiri, membawa pergi Wan'er yang menjadi haknya!!
"Ye Dao!!" Wang Lin menengadah ke langit mengeluarkan teriakan yang menggemparkan, suara itu menyemburkan amarah, ledakan total dari kesabaran yang ditahannya selama ini, merupakan suara jiwa yang mengukir langit yang dikeluarkannya di momen ini!!
Di detik ini, niat membunuh yang membara dari dalam tubuh Wang Lin benar-benar meletus tanpa sedikitpun tekanan, di bawah aura pembunuhan ini langit dan bumi berubah warna, alam semesta seakan redup, Wang Lin bagaikan dewa jahat yang keluar dari Sungai Kuning, membawa kegilaan, membawa pembantaian, dalam deruannya melangkah mantap ke depan.
"Bunuh dia!!" Raut wajah Penguasa Sejati Daogu berubah, ia mundur beberapa langkah sambil berteriak keras. Ribuan penjaga di depan istana serta ribuan anggota klan yang menerjang dari sekeliling, kini serentak menyambar ke arah Wang Lin. Meski harus menggunakan daging dan darah untuk menghentikannya, mereka akan membela kekuasaan kerajaan - entah ini kejayaan atau kesedihan bagi mereka.
"Yang menghalangi lagi, kali ini menemui ajal total!!" Wang Lin bermata merah darah, dalam langkah majunya tangan kanannya tiba-tiba terangkat. Saat kepalan tangan menghantam, langit-bumi berguncang. Puluhan anggota keluarga di depannya meledak serentak, berubah menjadi jeritan-jeritan menyayat hati. Namun anggota Suku Kuno di belakang mereka tetap bermata merah, kembali menerjang.
Wang Lin menginjak genangan darah di bawahnya, tubuhnya melangkah maju selangkah demi selangkah. Langkahnya tak cepat, namun setiap kali melangkah menempuh puluhan zhang. Setiap jejak kakinya meninggalkan sungai darah yang mengalir, pembantaian tak berujung.
Lengkingan-lengkingan tajam tiba-tiba bergema. Tiga puluh enam Sha berubah menjadi tiga puluh enam cahaya panjang, melesat dari segala penjuru bagai naga-naga raksasa yang menyambar sekejap napas. Tepat saat tiga puluh enam naga itu menerjang, Wang Lin bahkan tak melirik. Tangan kanannya terangkat, asap tipis hijau melingkari ujung jarinya, berubah menjadi lingkaran-lingkaran asap yang tiba-tiba berpencar.
Benarlah itu Jalan Api Ekstrem!
Lingkaran asap itu bertabrakan dengan tiga puluh enam naga raksasa yang datang dalam sekejap napas. Gemuruh menggemparkan langit diselingi jeritan memilukan, tiga puluh enam naga itu jelas-jelas berubah menjadi bola api yang terbakar dengan paksa.
Wang Lin melangkah sambil merentangkan tangan kirinya ke samping. Gelombang energi berkilat di sisinya, salah satu dari Delapan Belas Raja muncul seolah hendak menyergap. Namun yang pertama terlihat oleh matanya adalah telapak tangan Wang Lin yang menyambar. Ekspresinya berubah drastis saat berusaha mundur, namun tangan itu bergerak kilat mencengkeram wajahnya. Dengan keras meremas, orang itu langsung gelap mata. Rasa sakit luar biasa menyelimuti saat kepalanya meledak.
Xuan Luo berdiri menyaksikan Wang Lin menerobos kerumunan dan mendekati aula utama langkah demi langkah. Ia tidak mencegahnya. Kini, ia telah kecewa dengan kekuasaan kerajaan Dao Gu ini...
Ia menatap punggung yang liar itu, fragmen adegan muridnya menghancurkan diri tadi terbayang di matanya. Semakin lama dipandang, butiran air mata mengalir di pelupuk mata Xuan Luo.
Ia tahu, alasan Wang Lin menghancurkan diri sekali, karena dia telah mempersiapkan diri untuk melepaskan pembantaian tanpa lagi membatasi diri. Agar tidak menyeret gurunya, dia harus memutuskan ikatan guru-murid mereka. Cara terbaik untuk memutuskannya adalah... membalas budi dengan kematian!
Dengan metode ini, murid ini ingin menyampaikan ke seluruh garis keturunan Daogu, seluruh Suku Kuno, bahkan kepada Gu Dao Mahadewa: Segala yang terjadi di istana hari ini, Wang Lin tanggung sendiri!
Dia tak ingin menjadikan dirinya penjahat garis keturunan Daogu, menjadi Mahadewa pertama yang membunuh Kaisar...
Hingga detik ini, murid ini masih terus mempertimbangkan nasib gurunya. Sikap murid seperti ini membuat hati Xuan Luo dipenuhi rasa bersalah yang dalam.
"Kebaikan yang kuberikan padanya... sebenarnya tak banyak..." Xuan Luo menatap punggung pembantai itu, menyaksikan anggota Suku Kuno yang menemui ajal. Untuk pertama kalinya, tak ada kesedihan di hatinya untuk anggota klan.
Wang Lin menggeram rendah, aura pembunuh di seluruh tubuhnya tiba-tiba menyebar ke luar, berubah menjadi kilau merah yang membara menyambar ke depan sambil menghancurkan jalan berdarah. Jari tangan kanannya menusuk ke langit.
Seluruh istana kerajaan sekejap mata berubah bagai lautan hitam pekat. Di ujung lautan itu, cahaya fajar pertama tiba-tiba terangkat. Jurus Senja Patah Keyakinan digelar tanpa ragu-ragu oleh Wang Lin di istana ini.
Cahaya fajar itu naik, bersinar sepuluh ribu zhang. Gumaman lirih bergelombang bergema di antara langit dan bumi. Teriakan kepedihan yang memilukan menggema, kabut darah meledak beruntun, tak terhitung yang menemui ajal.
Hingga lautan ilusif di kegelapan malam itu menghilang, langit dan bumi dipenuhi cahaya. Di depan Aula Utama istana, ribuan kultivator telah tewas lebih dari separuh. Sisanya tersapu berpencar. Siluet Wang Lin berdiri di depan aula, melangkah masuk sambil aura pembunuh gila-gilasnya menutupi langit di belakangnya seiring langkahnya.
