Suara parau ini penuh kebencian yang pekat, bergema dari bawah tanah lapangan. Begitu terdengar, permukaan lapangan langsung bergetar hebat dan retak, muncul celah-celah raksasa selebar beberapa zhang yang saling bersilangan, seolah memisahkan lapangan ini dengan paksa menjadi empat bagian yang terpecah belah.
Seiring bertambahnya retakan, dalam sekejap mata, bagian pusat lapangan itu tiba-tiba runtuh. Tanah bergetar dahsyat. Anggota Suku Kuno di lapangan itu bereaksi dengan wajah berubah pucat, ada yang mundur cepat-cepat, tak sedikit pula yang langsung melesat ke udara.
Seberkas cahaya ungu menyembur dari pusat reruntuhan lapangan, melambung tinggi menembus langit. Dari kejauhan, terlihat seperti pilar raksasa berwarna ungu yang menopang langit dan bumi.
Begitu cahaya ungu itu muncul, seluruh istana langsung diselimuti sinar ungu. Sinar ini ternyata terdiri dari ribuan formasi magis yang tersusun rapi, seolah mengaktifkan formasi pertahanan ajaib kuno yang telah terpelihara selama ribuan zaman di dalam kompleks istana.
Sebuah peti mati berwarna ungu perlahan mengambang dari bawah reruntuhan di dalam cahaya ungu tersebut. Tirai cahaya ini memancarkan aura kematian yang pekat, sekaligus menyebarkan hawa Suku Kuno yang mengguncang. Saat menarik semua pandangan, peti mati ini berdiri tegak. Tutup peti matinya remuk berkeping-keping, terkelupas hingga memperlihatkan jasad di dalamnya yang bagai tengkorak.
Sosok itu adalah seorang pria tua, samar-samar terlihat seperti wanita lansia. Keriputnya seolah-olah baru merangkak keluar dari Sungai Kuning. Rambutnya hanya tersisa beberapa helai, mengenakan jubah kaisar yang telah pudar dimakan waktu, tubuhnya hitam legam.
Tiga bilah belati tertancap di tubuhnya: satu di antara alis, satu di dada, dan satu di Dantian.
"Memberi hormat pada Sang Kaisar Suci Leluhur!" Begitu sosok ini muncul, semua anggota Suku Kuno di sekeliling berduyun-duyun bersujud kembali. Suara mereka menyatu bagai gelombang suara yang bergemuruh, berputar-putar di antara langit dan bumi.
Melihat penghormatan anggota Suku Kuno ini, bahkan seperti saat mereka melihat bayangan leluhur kuno sebelumnya! Terutama kefanatikan di sorot mata mereka, seolah lansia ini memiliki identitas yang sulit dibayangkan!
Sepanjang generasi Kaisar Dao Gu, hanya ada satu yang bisa disebut Sang Kaisar Suci!
Xuan Luo saat melihat lansia ini, menunjukkan jejak kenangan di pandangan mata, menghela napas pelan dengan ekspresi kompleks.
"Ye Wei..."
Wang Lin berdiri di langit dengan raut wajah tetap tenang. Kemunculan lansia ini tidak mengejutkannya. Sebenarnya saat bayangan leluhur kuno muncul sebelumnya, ia sudah merasakan hawa setengah hidup-setengah mati dari bawah tanah istana.
Bahkan tanpa merasakan hawa tersebut pun, Wang Lin tidak akan terkejut. Karena dalam jamuan malam sebelumnya, di area terdekat dengan aula utama terdapat empat meja persembahan.
Keempat meja persembahan ini masing-masing disediakan untuk Mahadewa, Guru Negara, serta ayah dari Penguasa Sejati Daogu yang merupakan penguasa generasi sebelumnya. Namun ini hanya tiga orang, sementara ada empat meja persembahan. Jelas masih ada satu orang dengan status sangat tinggi yang meskipun tidak akan hadir, tetap harus disiapkan meja persembahan dalam upacara sebesar ini.
Wang Lin awalnya tidak tahu siapa orang ini. Namun sekarang, melihat lansia ini dan mendengar nama "Ye Wei" yang diucapkan Xuan Luo, ia teringat sejarah para penguasa Daogu yang dipelajarinya sejak bergabung dengan garis keturunan Gu Dao.
Dalam sejarah garis keturunan Daogu, sekitar puluhan ribu tahun yang lalu pernah muncul seorang perempuan. Inilah satu-satunya wanita dalam seluruh sejarah Suku Kuno yang berhasil naik tahta sebagai Penguasa Sejati Daogu dengan tubuh perempuan!
Penobatannya kala itu menimbulkan keriuhan dan kegemparan. Di tengah gelombang keraguan dari puluhan ribu anggota Suku Daogu, akhirnya Gu Dao Mahadewa mengirim pesan lisan yang mengakui keberadaan perempuan ini, sehingga segala keributan pun mereda.
Perempuan ini, yang juga berasal dari keluarga kerajaan, pada masa itu garis keturunan Daogu di bawah kepemimpinannya hampir mencapai puncak kejayaan, menjadi yang terkuat di antara tiga suku. Namun setelah melepaskan takhta, selama puluhan ribu tahun kemudian, garis keturunan Daogu justru menjadi yang terlemah di antara tiga cabang.
Karena kontribusinya terhadap garis keturunan Daogu dan keberhasilan membawa suku tersebut mencapai puncak kejayaan selama masa pemerintahannya, para Kaisar penerus memberikan gelar kehormatan Sang Kaisar Suci padanya!
Para anggota Suku Daogu dari generasi berikutnya juga dengan penuh hormat menyebutnya sebagai Leluhur Sang Kaisar Suci!
Namanya adalah Ye Wei... Saat Wang Lin mendengar nama ini, terbayanglah dalam pikirannya berbagai adegan-adegan terkait perempuan ini yang pernah ia pelajari.
Lebih lanjut, dari kepingan giok yang mencatat para Kaisar sepanjang masa dari garis keturunan Daogu, Wang Lin mengetahui bahwa Gurunya, Xuan Luo, juga telah mencapai tingkat Mahadewa tepat pada era pemerintahan perempuan ini.
"Semua pikiran ini melintas dalam sekejap napas di benak Wang Lin. Ia menatap lansia yang keluar dari peti mati ungu bagai tengkorak, sorot matanya memancarkan kilau dingin."
Song Zhi yang menyatu dengan jiwa Li Mawan di sampingnya tampak sangat ketakutan melihat wujud mengerikan lansia itu. Wang Lin mengencangkan pelukannya.
"Tinggalkan kepala Dewa Immortal dan jiwa Sang Kaisar Dewa! Lao Shen bisa memaafkanmu! Jika tidak, meski kau bisa meminjam kekuatan leluhur kuno untuk mematerialisasi tubuh mereka, kau pikir Istana Daogu bisa kau masuki dengan semena-mena?!" Suara parau lansia itu menggema, aura kematian dari tubuhnya semakin pekat seiring ucapannya.
"Tingkat kultivasi Lao Shen memang tak setinggi milikmu, tapi tempat ini adalah Istana Daogu! Di sini ada 100.000 formasi pertahanan yang disusun oleh Leluhur Kuno sejak dahulu. Para Kaisar sepanjang masa paling hanya bisa mengaktifkan dua atau tiga puluh persen saja. Tapi Lao Shen telah menyatu sempurna dengan formasi ini! Selama berada di istana, tubuhku abadi! Aku bisa mengaktifkan formasi hingga tujuh puluh persen!" kata lansia itu dengan suara mengerikan sambil menatap Wang Lin.
Ekspresi Wang Lin tetap tenang, namun dingin yang menusuk di matanya semakin pekat.
"Ingin merebut milik Wang? Cobalah!" ujar Wang Lin perlahan. Di belakangnya, matahari Mahadewa tiba-tiba bermaterialisasi. Dilingkari warna hitam-putih, rambut Wang Lin berkibar tanpa angin. Di bawah matahari Mahadewa itu, muncul bayangan samar Daogu yang identik dengan rupanya!
Bayangan samar Daogu itu seolah memikul matahari Mahadewa, menyoroti lansia itu dengan tatapan dingin.
"Bayangan Leluhur Kuno, Wang Lin hanya bisa melakukannya dengan membakar Darah Jiwa dalam tubuhnya. Dan karena baru saja muncul sekali, kini Darah Jiwa itu tersebar dalam tubuhnya, membutuhkan waktu tertentu untuk terkonsolidasi kembali sebelum bisa terbakar lagi."
Sorot mata redup Lansia itu berkilat, tangan kanan layunya terangkat bagai kerangka, tepat saat hendak meremas angkasa, helaan napas panjang terdengar dari mulut Xuan Luo.
Helaan napas itu mendarat di telinga Lansia, membuat tangan kanannya bergetar.
"Ye Wei... Dia adalah muridku." Xuan Luo memandang Lansia itu dengan ekspresi kompleks, sorot matanya memancarkan kelembutan. Seolah perempuan tua berpenampilan buruk ini di matanya tak memiliki sedikitpun keburukan, melainkan tetap seperti dulu - perempuan cantik yang bersinar.
"Dia PERNAH menjadi muridmu." Lansia itu diam sejenak sebelum menatap Xuan Luo, sorot mata redupnya juga memancarkan kompleksitas, suara parautnya berbunyi.
“Aku tahu kau menyukai keturunan Ye Dao ini. Saat masih kecil, dia tak sengaja pergi ke tempatmu bertapa... Menurutmu anak itu memiliki takdir pertemuan denganmu...
Padahal jelas-jelas aku tak mengagumi anak muda ini! Karakternya penuh kesombongan, sorot matanya tak bisa menerima orang lain. Sebenarnya aku tidak ingin menunjuknya sebagai Kaisar, tapi dia membawa hawa-mu. Itulah alasanku memilihnya.
Hari ini, dia memaksa muridku hingga seperti ini! Membuat satu-satunya murid Xuan Luo memutuskan ikatan guru-murid denganku, bahkan tak bisa lagi tinggal di garis keturunan Daogu. Menurutmu, apakah tindakannya benar?
Sebagai Kaisar, pantaskah dia bertindak demikian?! Dan kau benar-benar mengira formasi pertahanan ini bisa mengurung Wang Lin?!” Suara Xuan Luo meninggi menjadi geraman rendah di akhir kalimat. Ekspresinya menunjukkan kepedihan, terutama saat pandangannya tertuju pada Wang Lin - rasa sakit itu seperti menusuk jantung.
Selamanya tak akan ia lupa senyum yang mirip tangisan itu. Setelah senyuman itu, sebuah penghormatan terakhir, sebuah ketukan kepala, dan satu telapak tangan yang menghancurkan nyawa sekaligus memutuskan budi Guru.
Ia paham, ikatan guru-murid antara dirinya dengan Wang Lin telah lenyap berantakan setelah telapak tangan itu, seiring hancurnya tubuh Wang Lin.
Sang lansia terdiam, lama kemudian baru berbicara dengan suara parau.
"Memang Ye Dao pantas mati, tapi sebagai Kaisar, dia tak bisa dibunuh sembarangan. Hari ini jika Wang Lin tidak meninggalkan kepala Dewa Immortal dan jiwa Sang Kaisar Dewa, perang besar tetap akan kumulai! Lagipula, aku tak percaya Formasi Pertahanan ini tak bisa mengurungnya!"
Saat kata-kata itu terucap, Wang Lin tersenyum dingin. Sorot matanya semakin tajam. Tangan kanannya menepuk, Delapan Jalan Ekstrem leluhur dewa langsung menyebar bergemuruh.
Asap hijau tipis itu adalah Jalan Api Ekstrem!
Gelombang energi biru itu adalah Jalan Air Ekstrem!
Kabut emas mengambang itu adalah Jalan Logam Ekstrem!
Delapan Jalan Ekstrem leluhur dewa, enam di antaranya telah dikuasai Wang Lin di Tempat Nirvana Tianzun. Kini dengan kibasan lengan jubahnya, enam jalan ekstrem termaterialisasi satu per satu.
Selain air, api, dan logam, terdapat pula kayu dan tanah. Dengan kelengkapan Lima Elemen ini, maka Jalan keenam adalah Jalan Kematian Ekstrem Menghidupkan!
Adapun Jalan Ketujuh dan Jalan Puncak Ekstrem terakhir, meski Wang Lin tidak mewarisi teknik tersebut, ia bisa merasakan perubahan dua jalan terakhir itu secara samar. Dengan waktu tertentu, bukan mustahil untuk dikuasainya.
Bersamaan dengan munculnya kemampuan supernatural Dewa Immortal, jari telunjuk tangan kanan Wang Lin terangkat. Ujung jarinya tiba-tiba dilingkupi cahaya perak - inilah Jurus Satu Jari Leluhur Kuno yang sedang terkonsentrasi.
Gerakan Wang Lin ini membuat pupil mata Lansia itu menyempit tajam. Sebelumnya ia memperkirakan dalam formasi pembunuh ini, bahkan Mahadewa pun hanya punya tiga puluh persen peluang hidup.
Wang Lin ini pasti akan mengalami eliminasi hidup-mati sembilan kali dalam formasi.
Namun kini, Lansia itu ragu. Tatapannya menembus Enam Jalan Ekstrem di sekeliling tubuh Wang Lin, jelas-jelas merasakan energi kehancuran maha dahsyat yang terkandung di dalamnya.
Masih ada Leluhur Kuno Menunjuk, tadi ia tak berani muncul, namun merasakan kekuatan luar biasa dari tunjukan itu. Semula ia mengira ini hanyalah serangan sekali pakai yang terbentuk dari kepingan giok Lelenhur Kuno, tapi kini baru menyadari Wang Lin masih bisa menggunakannya.
Sedang ragu-ragu, Wang Lin tertawa dingin. Rambutnya perlahan berubah dari separuh hitam separuh putih menjadi hitam pekat sepenuhnya. Hawa pembantai dan kehancuran yang menggemparkan langit tiba-tiba menyembur dari dalam tubuhnya.
Ekspresi Lansia itu langsung berubah.
"Ye Wei! Dulu kujanjikan padamu, akan menjagamu seumur hidup... Menjaga garis keturunan Daogu seumur hidup... Aku lelah... Biarkan dia pergi, kau bukan lawannya. Formasi pertahanan ini pun tak bisa mengurungnya. Ini kulakukan untuk menyelamatkanmu..." Wajah Xuan Luo perlahan menjadi renta, namun sorot matanya yang memandang sang Lansia masih menyimpan kelembutan yang tak berubah selama puluhan ribu tahun.
Lansia itu terdiam lama, tangan kanannya tiba-tiba mengibas. Formasi pertahanan ungu yang menyelimuti istana kerajaan langsung menghilang.
Wang Lin melirik Xuan Luo, dalam hati menghela napas. Saat formasi itu bubar, ia memeluk Song Zhi yang telah melebur dengan jiwa-jiwa Li Mawan yang terfragmentasi. Tubuhnya melesat ke langit. Tepat hendak pergi, tiba-tiba ia mengeluarkan suara terkejut. Dari posisi ini, dengan jelas ia melihat di antara anggota Suku Kuno di bawah, seorang pria kekar sedang menatapnya dengan sorot mata tajam, tersenyum penuh makna.
Pandangan mereka saling bertaut. Tubuh Wang Lin tiba-tiba membeku.
"Kau..."
