Kota Batu Hitam masih tetap sama seperti sebelum kepergiannya. Sepanjang perjalanan memasuki kota ini, dia tidak menemui penjaga apapun, seolah-olah pemimpin kota telah menerima perintah tertentu.
Saat tiba di kediamannya, dia melihat dua orang berdiri di sana: seorang wanita tua berambut putih dan seorang pelayan perempuan yang masih muda.
"Bibi Chang... Dongmei... Aku kembali." Song Zhi menggigit bibir bawahnya sambil tersenyum.
Di luar Kota Batu Hitam, siluet Wang Lin berdiri di tempat Song Zhi pergi, menatap kota hitam itu sambil menarik kembali Shen Shi-nya. Perempuan ini sangat memprihatinkan, dalam tubuhnya terdapat jiwa-jiwa yang terfragmentasi milik Wan'er. Dalam proses peleburan itu, dampak yang ditimbulkan sangat besar bagi dirinya, membuat ingatannya kacau balau hingga kebingungan menentukan identitasnya sendiri.
Wang Lin sebenarnya bisa mengabaikan kondisi lemah perempuan ini, tak peduli hidup matinya, langsung memisahkan jiwa-jiwa terfragmentasi milik Li Mawan dari tubuhnya. Namun hasilnya akan membuat nyawa perempuan ini sirna, jiwa lenyap tak berbekas.
Wang Lin telah berkultivasi ribuan tahun, memberi kesan kejam dan licik, dingin tanpa ampun. Tapi ia tetaplah manusia. Ia tak tega melakukan itu. Selama lebih dari satu tahun mendekati dua tahun ini, alasan ia datang ke sini dengan perlahan adalah karena sepanjang perjalanan, ia terus-menerus menyuntikkan kekuatan kultivasinya ke dalam tubuh perempuan itu. Dengan cara ini, proses pemisahan berlangsung bertahap tanpa melukai nyawa dan Jiwa perempuan tersebut.
“Dia tidak bersalah... Tapi justru melalui dirinyalah aku menemukan jiwa-jiwa terfragmentasi Wan'er. Dia tidak pantas menderita karena ini... Giok jimat itu berisi pikiran spiritualku yang bisa menjamin keselamatannya seumur hidup.
Jidu, uruslah segala sesuatu tentangnya di sini." Wang Lin berbicara perlahan.
"Akan kuturuti perintah Ayah Angkat!" Di belakang Wang Lin, tiba-tiba bergema gelombang energi saat Pangeran Jidu melangkah keluar, bersujud dengan satu lutut di tanah penuh hormat.
"Sebelumnya sudah kusampaikan pada pemimpin kota di sini untuk menjaga Song Zhi tanpa membiarkannya terluka sedikitpun. Ayah Angkat tak perlu khawatir, bahkan sudah kukerahkan pengawal untuk tinggal di sini dan terus menjaganya." Pangeran Jidu paham betul pentingnya Song Zhi di hati ayah angkatnya, sehingga tak ada kelalaian dalam hal ini.
Sebenarnya sejak kembali ke Shigu, Pangeran Jidu terus menetap di sini. Menurut analisisnya, Wang Lin sangat mungkin akan datang ke tempat ini. Setelah menunggu lama, akhirnya dia berhasil menyambut kedatangan Wang Lin.
Untuk Jidu yang menunggu di tempat ini, Wang Lin tidak menunjukkan sedikitpun perubahan emosional. Jika orang ini tidak menganalisis kedatangannya ke sini, justru membuktikan bahwa ia sulit digunakan untuk merebut posisi Kaisar Shigu, dan akan lebih sulit lagi.
"Mari pergi." Wang Lin melirik terakhir kali ke Kota Batu Hitam itu, menarik kembali pandangannya, lalu berbalik melangkah menjauh.
Jidu menekan kegembiraan di hatinya, buru-buru mengikuti di belakang Wang Lin.
"Siapkan tempat untukku, aku akan bertapa!" kata Wang Lin dengan tenang sambil berjalan di depan.
"Di istana peristirahatan hamba ada ruang bawah tanah. Jika Ayah Angkat merasa tidak nyaman, hamba akan segera menyuruh orang membuka ruang baru." Pangeran Jidu segera menyetujui dengan penuh hormat.
Wang Lin mengibaskan lengan bajunya, seketika langit-bumi sekitar terdistorsi. Membawa Pangeran Jidu, mereka menghilang dalam sekejap napas dan muncul kembali di dalam istana peristirahatan Jidu.
"Ruang bawah tanah ini cukup. Tanpa perintahku, tak seorang pun boleh berisik masuk ke dalam." Tubuh Wang Lin mendarat, pandangannya menyapu sekilas istana tersebut. Memilih sebuah ruang bawah tanah, ia masuk ke dalamnya.
Memandang Wang Lin hendak melangkah masuk ke ruang bawah tanah, Pangeran Jidu ragu sejenak, seolah ingin mengatakan sesuatu namun tampak enggan membuka mulut.
"Jika kau ingin menjadi Kaisar Shigu, fokus utamamu adalah Mahadewa Song Tian dari Klan Shigu. Jika dia menunjukmu, semuanya akan mudah." Wang Lin yang setengah badannya telah masuk ke ruang bawah tanah berhenti sebentar, menoleh memandang sang pangeran.
Ekspresi Pangeran Jidu penuh kepasrahan saat ia mengeluh dengan senyum getir.
"Anak tidak tahu kesalahan apa yang telah diperbuat hingga membuat Yang Mulia Song tak berkenan. Setiap kali menghadap, beliau jarang menemui. Bahkan jika bertemu di istana, sikapnya sangat dingin."
"Justru adik lelaki hamba, Chi Man, yang sangat dihargai Yang Mulia Song. Kini bahkan tinggal di Gunung Primordial. Menurut kabar burung, seolah beliau hendak menerimanya sebagai murid."
"Ayahanda juga sangat memperhatikan Chi Man. Seluruh Klan Shigu samar-samar hendak mengukuhkannya sebagai penerus takhta." Suara Jidu penuh kepahitan.
Wang Lin raut wajah tetap tenang, setelah mendengar perkataan ini merenung sejenak.
"Para Mahadewa dari berbagai suku bisa menunjuk kandidat Kaisar generasi berikutnya, namun bukan berarti tak ada pengecualian... Kurasa kau juga sudah mempersiapkan diri." Wang Lin menatap Pangeran Jidu dengan pandangan penuh makna.
Tatapan Wang Lin membuat Pangeran Jidu seakan seluruh bagian dalam-dalam tubuhnya terekspos jelas, bahkan pikiran terdalamnya pun tak bisa disembunyikan.
"Anak senantiasa mempersiapkan diri, tak rela menerima kegagalan lalu dibuang ke daerah terpencil dengan gelar pangeran. Kehilangan kesempatan menjadi Kaisar berarti tak akan ada peluang kedua seumur hidup.
Baik kecerdasan maupun karakter anak jauh melebihi Chi Man, hati ini tak menerima!" Pangeran Jidu diam sebentar, lalu bersujud dengan satu lutut di tanah dengan penuh hormat.
"Mohon bantuan Ayah Angkat! Sekali anak menjadi Kaisar, janji sebelumnya pasti dipenuhi tanpa sedikitpun niat membelot!"
"Selain adikmu sang pangeran, pasti masih ada lawan lain." Wang Lin tetap tenang, berkata perlahan.
“Ada juga Kakak Kaisar... Ia... Saat kelahirannya, muncul fenomena langit-bumi yang aneh, bahkan menarik perhatian Gu Dao Mahadewa yang mengirimkan hadiah khusus.
Posisi Kaisar, ia juga memiliki peluang besar!” Jidu tersenyum getir.
"Baik, persiapanmu tak kupermasalahkan. Tapi Song Tian itu, akan kuhadapi untuk melihat apakah bisa membuatnya menunjukmu sebagai calon Kaisar!" Wang Lin merenung lama, lalu berkata perlahan.
Mendengar ini, Pangeran Jidu langsung dilanda kegembiraan liar, namun ekspresinya tetap terkendali sambil menyetujui dengan hormat.
Memandangi Judi di hadapannya, Wang Lin langsung membaca karakter orang ini sebagai tipe penguasa kejam yang pandai menyembunyikan emosi dan memahami batasan.
"Urusan ini kita bicarakan setelahku keluar dari tapa. Jika tak ada hal penting, jangan ganggu latihanku." Wang Lin menarik pandangannya, berbalik memasuki ruang bawah tanah. Pintu gerbang menutup rapat, meninggalkan keheningan.
Pangeran Jidu tetap bersujud dengan satu lutut beberapa saat lamanya sebelum akhirnya berdiri dengan sorot mata yang tak mampu lagi menyembunyikan sukacita.
“Dengan tingkat kultivasi ayah angkat, tentu Yang Mulia Song benar-benar akan mengubah keputusan... Namun semua persiapanku juga harus dikembangkan satu per satu. Kali ini, aku harus mengambil risiko besar!! Sekali berhasil, 200 tahun kemudian, aku Jidu akan menjadi Kaisar Shigu!!”
Pangeran Jidu merasa jiwa bergejolak, setelah beberapa kali menarik napas dalam-dalam, barulah perlahan-lahan berhasil menekan emosinya. Saat keluar dari tempat itu, ia segera memerintahkan untuk mengubah lokasi tersebut menjadi zona terlarang. Siapa pun yang berani menerobos akan langsung dieksekusi.
Bahkan ia memanggil berbagai pengawal untuk berjaga siang-malam di tempat tersebut.
Mengenai Pangeran Judi，Wang Lin yang memasuki ruang bawah tanah itu memandang sekeliling, lalu tangan kanannya mengibas tiba-tiba. Seketika Larangan-Larangan itu berpencar, melingkupi sekeliling hingga tempat ini terkunci sepenuhnya. Dengan tingkat kultivasi Wang Lin saat ini, formasi dan Larangan yang dibuatnya mustahil ditembus bahkan oleh seorang Mahadewa sekalipun tanpa sepengetahuannya.
Duduk bersila di permukaan tanah, sorot mata Wang Lin berkilat. Alasan mendalam selain mengembalikan Song Zhi ke kampung halaman, pilihannya datang ke Shigu dan membantu Ji Du menjadi Kaisar adalah...
"Setetes Darah Jiwa tak bisa membawa tubuh Wan'er masuk ke Dunia Dewa Tai Gu..." Selama tahun-tahun di Sekte Ungu Yang, Wang Lin pernah melihat beragam literatur tersembunyi Sang Shuangzi Mahadewa tentang Dunia Dewa Tai Gu.
Deskripsi dalam literatur menyebutkan asal-usul tempat ini masih misteri, namun Wang Lin mengetahui dari naskah-naskah itu bahwa Dunia Dewa Tai Gu memiliki tekanan luar biasa yang mampu mengaburkan perputaran langit-bumi. Mereka yang mati di sana, meski tak jiwa lenyap total, rohnya takkan masuk siklus reinkarnasi - seolah-olah siklus itu sendiri bisa dicegah di sana.
Ini memiliki kemiripan dengan apa yang dikatakan Guru Negara Daogu, karenanya setahun lalu Wang Lin membiarkan mereka mengoperasikan formasi tersebut untuk membuka Dunia Dewa Tai Gu.
"Tekanan di Dunia Dewa Tai Gu tidak bisa ditahan tubuh Wan'er. Menurut Guru Negara Daogu, Darah Jiwa bisa mengatasi masalah ini, tapi jelas setetes jauh tidak cukup...
Guru Negara Daogu bersusah payah membuka Dunia Dewa Tai Gu, menggunakan kebenaran sebagai umpan dan kemampuan Wan'er melampaui siklus reinkarnasi sebagai daya tarik untuk memancingku pergi ke sana... Analisisku, apapun tujuannya, setidaknya mengenai Wan'er dia pasti mengatakan yang sebenarnya agar aku percaya dan masuk.
Jika tidak, aku bisa saja tidak pergi!" Tatapan Wang Lin dipenuhi perenungan. Inilah alasan utama dia memilih membantu Ji Du - untuk memperoleh lebih banyak Darah Jiwa, dia harus menghadapi Tribulasi Tiga Kerusakan Suku Kuno terakhir di Kuil Leluhur!
Hanya dengan cara ini, setelah melewati tribulasi, ada kesempatan untuk kembali mendapatkan pengakuan leluhur kuno, sehingga mungkin bisa memperoleh Darah Jiwa seperti pada kerusakan-tribulasi kedua!
"Daogu, aku sudah tidak bisa kembali. Selain itu, hak untuk membuka Kuil Leluhur tidak dikuasai oleh Mahadewa, melainkan berada di tangan Kaisar dari generasi ke generasi. Itu adalah hak eksklusif Kaisar.
Bahkan jika Luo Chen akhirnya mendapatkan pengakuan dan menjadi Penguasa Sejati Daogu... tapi, aku tak ingin kembali ke Daogu lagi..." Wang Lin mendesah pelan, ekspresinya menunjukkan perasaan kompleks.
"Mengenai Klan Jigu, sejak kedatanganku ke Negeri Kuno, tidak banyak interaksi dengannya. Jadi, Shigu lebih cocok, terutama karena Ji Du meski ambisius tapi tak berani melawan keinginanku.
Lima abad... ini lima abad terakhir!" Wang Lin menarik napas dalam-dalam, tangan kanannya mengangkat dan menggerakkannya. Kilatan kelembutan berkedip, dan di hadapannya muncul peti mati kristal.
Li Mawan terlihat seperti sedang tertidur lelap di dalam peti mati itu, tak bergerak sama sekali. Wang Lin memandangnya dengan ekspresi yang berubah lembut. Ia mengangkat tangan kiri dan menepuk dahinya, seberkas cahaya keperakan segera melesat keluar dari antara alisnya.
Di dalam cahaya itu terlihat bayangan samar yang kabur – bayangan tersebut tak lain adalah jiwa-jiwa yang terfragmentasi milik Li Mawan!
"Wan'er, mulai saat ini jiwamu akan utuh. Aku pasti akan membangunkanmu... Bukan hanya puluhan tahun, tapi seumur hidup..." Jari telunjuk Wang Lin mengarah, cahaya itu langsung menyambar titik antara alis Li Mawan. Saat cahaya itu perlahan-lahan melebur masuk, bulu matanya tiba-tiba bergetar halus seakan akan bangun, namun perlahan kembali tenang.
Hanya saja, dua aliran air mata kristal mengalir keluar dari sudut matanya.
