Langit dipenuhi kabut yang bergulung-gulung bagai jamur, bergemuruh menyebar ke segala penjuru. Kabut ini menyelimuti langit, membuat bumi perlahan-lahan diselubungi kegelapan.
Sebuah tekanan aura dahsyat jatuh dari langit, menyelimuti wilayah bawah. Permukaan tanah bergetar hebat, seakan bumi yang memiliki roh pun gemetar ketakutan di bawah kekuatan ini.
Di dalam istana peristirahatan, selana Pangeran Jidu dan rombongan, terdapat puluhan pengawal. Setiap pengawal ini menguasai kekuatan Suku Kuno yang tak biasa, bahkan beberapa di antaranya telah mencapai tingkat Suci dengan 27 Bintang.
Namun di bawah tekanan aura ini, hampir seribu pengawal tersebut wajahnya pucat pasi, tubuh gemetar, dan dari dalam tubuh mereka terdengar dentuman bergelombang - pertanda mereka tak bisa menahannya.
"Ilmu apa yang dilatihnya selama 100 tahun ini? Kok bisa menghasilkan tekanan sehebat ini!" Di aula utama, raut wajah pemuda berbaju jubah ungu berubah drastis. Dengan tingkat kultivasinya yang tinggi, bahkan ia pun terlihat hampir tak sanggup bertahan.
Adapun wanita muda itu, bahkan seluruh tubuhnya tidak mampu berdiri, duduk di kursi dengan keringat membasahi dahinya.
Pangeran Jidu menunjukkan ekspresi bersemangat. Selama 100 tahun Wang Lin bertapa, ia tak berani mengganggu. Bahkan ketika menghadapi krisis hidup-mati di masa lalu, ia menggigit gigi bertahan. Kini semua ini akan berlalu - ia merasakan hawa khas dari ayah angkatnya, Wang Lin, dalam tekanan aura ini.
Kabut di langit yang terus bergulung tiba-tiba memunculkan bayangan samar yang aneh: sebentuk cahaya fajar pertama berwarna merah menyala. Cahaya ini termaterialisasi dalam kabut, memancarkan sinar terang. Saat cahaya menyebar, kabut delapan penjuru kembali terpental mundur. Gemuruh keras bergema saat kabut itu tiba-tiba menyebar ke tanah tak berujung.
Dari kejauhan terlihat, kabupaten tempat beradanya istana peristirahatan Pangeran Jidu Shigu ini hampir seluruhnya diselimuti kabut. Di dalam kabupaten tersebut, tak terhitung anggota Suku Shigu yang gemetar tak berdaya melawan tekanan aura ini, tubuh mereka bagaikan membeku tak bisa bergerak sedikitpun.
Terutama hampir seribu pengawal di istana peristirahatan yang berada paling dekat dengan sumber tekanan aura ini. Saat ini satu per satu tubuh mereka bergetar, hati mereka dipenuhi ketakutan.
Di dalam aula utama, pemuda berbaju jubah ungu itu seluruh tubuhnya mengucurkan keringat, bahkan jubahnya yang melekat di badan sudah basah separuhnya. Wajahnya pucat seperti mayat, sorot matanya menunjukkan kengerian. Ia pernah menghadap Songtian Mahadewa, namun bahkan di hadapan Yang Mulia Song pun ia tidak pernah merasa ketakutan sehebat ini.
Nyawa mereka seolah-olah bergantung pada sehelai pikiran sang pemilik tekanan aura ini.
Terkait orang yang sedang bertapa ini, rumor dari lebih dari seratus tahun lalu tak terkendali terbayang dalam jiwa pemuda berbaju jubah ungu ini, membuat pikiran tidak hormatnya langsung lenyap berantakan. Di matanya, orang yang mampu memancarkan tekanan aura seperti ini cukup untuk disejajarkan dengan Songtian Mahadewa!
Seiring menyebarnya tekanan aura ini dan kabut menyelubungi satu kabupaten Shigu, di luar kota kekaisaran wilayah Shigu, terdapat sebuah aula utama di puncak gunung yang menjulang tinggi ke langit.
Gunung ini bernama Gunung Primordial. Puncaknya berbentuk tanduk sapi, seolah hendak menghancurkan langit yang hampa.
Aula utama dibangun di salah satu ujung tanduk tersebut. Tempat suci ini disebut Aula Shigu, merupakan tanah suci kedua terpenting setelah Kuil Leluhur bagi marga Shigu, sekaligus tempat anggota keluarga Shigu diajarkan kemampuan supernatural.
Biasanya banyak anggota keluarga yang berkunjung ke sini. Namun hari ini, Gunung Primordial memancarkan tekanan dahsyat yang mencegah semua orang melangkah masuk.
Di ujung satunya tanduk sapi, saat ini duduk bersila seorang pria paruh baya. Pria ini mengenakan jubah hijau, rambutnya terurai hingga pinggang. Ia menatap ke kejauhan dengan ekspresi serius.
Di belakangnya, ada seorang pemuda berwajak kasar dengan aura mengerikan yang perlahan menghilang. Kini kekagetan menyelimutinya saat ia ikut menatap ke kejauhan.
Dengan tingkat kultivasinya, seharusnya ia tak bisa merasakan tekanan aura dari kejauhan. Namun posisinya di belakang pria paruh baya itu memungkinkannya menyerap energi itu melalui cara aneh.
"Guru... Ini... Ini..." Si pemuda menarik napas dalam-dalam. Melihat raut muram gurunya, ia spontan membuka mulut lalu segera menelan kata-katanya.
"Siapa lagi kalau bukan Wang Lin yang 100 tahun lalu mengacau Istana Daogu, membunuh Kaisar Daogu, lalu berlindung di Klan Shigu dan bertapa di bawah perlindungan kakak Kaisarmu?!" Sorot mata dingin memancar dari pria paruh baya itu.
“Mendengar nama Wang Lin, pemuda berrupa kasar itu langsung menarik napas dalam-dalam. Setelah diam sejenak, tiba-tiba ia membuka mulut.
“Guru tetap tak menunjuk murid sebagai Kaisar, mungkinkah karena orang ini?”
Pria paruh baya itu mendengus keras.
“Wang Lin ini dahulu pernah kulihat sekali, saat gurunya Xuan Luo membawanya ke sini. Tingkat kultivasinya tak lemah, kekuatan tempurnya luar biasa, tapi belum masuk dalam pandangan tubuh asalku!
Alasan ia bisa menerobos istana Daogu dan selamat keluar dengan utuh, itu karena Xuan Luo tak turun tangan! Namun setelah membunuh Kaisar Daogu, Gu Dao Mahadewa sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata. Hal ini membingungkan, dan justru karena itulah guru belum terburu-buru memilih Kaisar masa depan!
Yang guru khawatirkan bukanlah orang ini, melainkan pemikiran Gu Dao Mahadewa! Adapun orang ini, tak perlu dikhawatirkan!” Pria paruh baya itu menatap tekanan aura samar-samar di antara langit-bumi di kejauhan, berkata perlahan. Dialah Song Tian Mahadewa dari klan Shigu, sementara pemuda di belakangnya adalah Pangeran Chi Man.
"Pemuda di samping itu merasa lega di hatinya, ragu sejenak lalu bertanya dengan gamang."
"Guru, Wang Lin yang kini telah keluar dari tapa, tingkat kultivasinya pasti lebih maju dibanding 100 tahun lalu. Jika tidak, mustahil bisa mengeluarkan tekanan aura sekuat ini."
Pria paruh baya itu diam seribu bahasa, namun pupil matanya menyempit hampir tak terlihat. Setelah mengamati lama, barulah ia berbicara perlahan.
"Ia sedang melebur tubuh sejati! Tubuh sejati ini memiliki keistimewaan tertentu. Proses peleburan totalnya pasti penuh kesulitan! Namun, dengan berani memilih wilayah Klan Shigu sebagai lokasi peleburan tanpa memberitahuku, sungguh keterlaluan! Apalagi ia telah terlibat dalam persaingan tahta Kaisar Shigu. Sebagai gurumu, aku harus memberinya pelajaran!" Meski mempertimbangkan sikap Gu Dao Mahadewa, pria paruh baya ini tetaplah seorang Mahadewa sekaligus penjaga Klan Shigu. Di wilayah kekuasaan Shigu, ia berhak menangani segala ancaman menurut penilaiannya.
Sorot matanya menyala seberkas Yin Han, pria paruh baya itu tiba-tiba mengangkat tangan kanannya, meremas sebuah tanda, lalu menunjuk ke arah sumber tekanan aura Wang Lin.
"Buka segel!" gumamnya sambil cahaya redup berkilat di tangan kanannya.
Pada saat yang sama, di pusat tanah Suku Kuno tempat tiga keturunan bertemu, di puncak menara menjulang Gunung Gu Dao dengan ribuan anak tangga, bayangan samar yang tertutup kabut perlahan membuka mata dari posisi meditasi duduk bersila, memandang ke arah wilayah Shi Gu.
"Peleburan tubuh sejati?" Lama kemudian, bayangan itu mengeluarkan gumaman parau. Ucapannya datar, tanpa sedikitpun gejolak emosi yang terlihat.
Di kabupaten tempat Istana Peristirahatan Ji Du Shi Gu berdiri, kabut tebal menyelimuti langit dan bumi yang bergolak. Di atas istana, cahaya fajar pertama yang berubah bentuk membuat langit dan bumi berubah warna. Kabut itu mendidih bagai malam yang merangkak!
Dalam waktu singkat, di dalam kabut terjadi pergantian gelapnya malam dengan cahaya fajar pertama yang berubah sembilan kali. Seiring lolongan lembut dari istana peristirahatan, seluruh kabut berubah menjadi mantra-mantra berkilauan. Setiap mantra itu mengandung kekuatan inti Larangan.
Waktu perlahan berlalu, beberapa shichen kemudian. Selama itu, mantra Larangan semakin banyak, langit hitam-putih berganti makin cepat, namun tetap tak menunjukkan tanda-tanda peleburan.
Bahkan mulai muncul ketidakstabilan. Pergantian hitam-putih melemah, seolah hendak collapse total. Banyak mantra Larangan mulai menunjukkan jejak keterceraiberaian.
Tiba-tiba lolongan menggemparkan menggema. Lima cahaya panjang menerjang keluar dari istana. Meski wajah mereka tak terlihat, saat lima cahaya itu menyatu di langit-bumi, terbentuklah bayangan samar.
Bentuk bayangan itu tak lain adalah Wang Lin!
Namun yang muncul bukan tubuh asli Wang Lin, melainkan tubuh sejati Lima Elemen-nya. Tubuh sejati ini berdiri di antara langit dan bumi, wujudnya ilusif berukuran manusia biasa. Namun saat tubuh ini menarik napas dengan kasar, langit-bumi bergemuruh! Kekuatan alam semesta yang tak berujung terhempas ke luar dengan gila-gilaan, sekejap mata ditelan bulat-bulat oleh tubuh sejati Lima Elemen ini. Seketika tubuhnya mengembang, berubah menjadi raksasa setinggi 100 zhang!
Kekuatan langit-bumi yang dimaksud sebenarnya adalah kekuatan Lima Elemen alam semesta!
Raksasa 100 zhang itu tak berhenti. Dengan kasar kembali ia menyedot! Bumi bergetar, api langit berkilauan samar, hujan berkabut, vegetasi layu. Kekuatan inti Logam dari langit-bumi pun ikut bergerak, berubah menjadi energi kosmik yang tersedot ke dalam mulut tubuh sejati ini.
Gemuruh keras menyebar. Bayangan samar 100 zhang itu kembali mengembang, jelas-jelas berubah menjadi raksasa setinggi 1.000 zhang!
Berdiri tegak di antara langit dan bumi, tubuh sejati Lima Elemen setinggi 1.000 zhang ini membentangkan kedua tangannya. Dengan inti Lima Elemen melingkari sekelilingnya, ia berhasil menstabilkan peralihan hitam-putih dan membuat kilatan mantra Larangan tak lagi menunjukkan tanda-tanda tercerai berai.
Namun tepat ketika tiga sumber asal (Larangan, Tai Chu, dan Mie Mo) baru saja stabil, tiba-tiba terdengar deru liar yang samar-samar menggema dari kedalaman bumi kabupaten ini disertai gemuruh yang mengguncang.
Deruan ini membawa kegilaan dan kekuatan yang menggemparkan langit. Saat bergema, seketika membuat seluruh anggota Klan Shigu di kabupaten ini gemetar jiwanya, memancarkan kepanikan dan ketakutan.
Saat lolongan mistis itu berputar di udara, tubuh Pangeran Jidu di dalam aula utama gemetar hebat. Darah segar dimuntahkan dari mulutnya sementara sorot matanya menunjukkan keterpanaan yang mendalam.
"Itu Luo Hou!!"
Pemuda berbaju jubah ungu itu wajahnya pucat pasi. Saat mendengar kata "Luo Hou", teringatlah sebuah rumor tentang Pangeran Jidu yang ada di hadapannya. Konon saat sang pangeran lahir, muncul fenomena aneh langit-bumi, namun yang terlihat adalah bayangan samar penanda petaka besar. Keluarga kerajaan menutup-nutupi kejadian ini dengan bantuan Guru Negara yang kala itu dengan paksa menarik kembali energi tersebut.
Tak banyak yang tahu, namun sejak seratus tahun terakhir, tanpa diketahui sebabnya, rumor ini perlahan mulai menyebar lagi di kalangan klan Shigu.
Konon alasan Pangeran Jidu membangun istana peristirahatan di Kabupaten Luo Hou adalah karena di tempat inilah tersegel Luo Hou - binatang buas yang pernah dikalahkan telak oleh leluhur kuno!
Keberadaan Ji Du di sini seakan bisa menekan Luo Hou sekaligus merawat aliran peruntungannya sendiri. Ini merupakan pesan terakhir yang diatur oleh Guru Negara sebelum menemui ajal.
Raungan itu semakin keras, tak lama kemudian terlihat di langit di kejauhan muncul bayangan samar raksasa berbentuk bola daging bulat, dengan satu mata besar yang memancarkan kekejaman dan kegilaan. Seluruh tubuhnya ilusif, saat muncul ia menatap tajam tubuh sejati Lima Elemen Wang Lin dan inti ilusif di atas istana peristirahatan. Dalam mata tunggalnya yang besar, kilatan keserakahan terlihat sekilas.
Bola daging bulat ini tak lain adalah Luo Mo!
