Antara jembatan pertama dan kedua, meski terlihat dekat, kenyataannya Wang Lin merasa terus terbang selama beberapa hari sebelum akhirnya tiba di bawah jembatan kedua ini.
Jembatan ini, beberapa kali lipat lebih besar dari yang pertama. Berdiri di bawahnya, Wang Lin tanpa keraguan melangkah naik. Saat langkahnya mendarat, tubuh jiwanya bergemuruh seakan hendak hancur berantakan, seolah tingkat kultivasinya tak cukup memenuhi kualifikasi untuk menginjakkan kaki di sini.
Dalam deru dahsyat itu, pikiran Wang Lin seakan diledakkan. Di tengah langit berputar bumi terbalik, Shen Shi-nya terpisah dari jiwa. Samar-samar ia melihat kedalaman kabut di bumi: sebuah benua yang sangat dikenalnya. Sebelah kiri 72 provinsi, kanan 36 kabupaten, di tengah cekungan luas nan tak bertepi terdapat lautan yang berdiri tegak, berputar dengan liar.
Di kedalaman lautan itu, terlihat sembilan pilar raksasa menyatu membentuk bentuk pintu.
Pintu itu tertutup rapat, belum terbuka.
"Menginjak Langit... Apakah aku sekarang sedang Menginjak Langit..." Wang Lin tak merasakan keberadaan dirinya sendiri. Memandang bumi di bawahnya dengan diam, pandangannya tertuju ke arah suku dewa. Saat ia melihat, seluruh 72 provinsi suku dewa tiba-tiba berubah, jelas-jelas berubah menjadi 72 binatang buas mengerikan. Makhluk-makhluk itu mengaum ke langit.
Di antara mereka terdapat Tian Niu (Sapi Langit), kalajengking hijau moxiu, serta lebih banyak lagi binatang buas dari luar langit yang pernah ia lihat di dalam Nirvana Tianzun. Binatang-binatang itu seolah menyadari keberadaan dan pandangan Wang Lin. Di momen ini, deruan mereka bahkan membuat Wang Lin bisa merasakan dengan jelas bahwa mereka sedang ketakutan. Namun dalam ketakutan itu, masih terkandung makna lain.
Pada saat Wang Lin bertapa menembus tahap legendaris setelah mengatasi Kong Jie, tanah suku dewa tiba-tiba bergetar ringan. 72 provinsi semuanya berguncang, gelombang tekanan aura menyebar, membuat para kultivator suku dewa merasakannya dengan jelas namun sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi.
Di setiap lokasi yang memiliki kuil penindas, kuil-kuil tersebut justru menjadi pusat getaran masing-masing provinsi!
Getaran ini semakin keras, menarik perhatian para ahli sejati di tanah suku dewa. Dengan perasaan ngeri mereka melesat ke udara, memandang ke bawah dan melihat jiwa makhluk langit luar yang tertindas di provinsi masing-masing mulai goyang. Seiring guncangan bumi, jiwa-jiwa itu menunjukkan kegelisahan dan fenomena tak terpercaya berupa materialisasi yang hendak muncul.
Di Provinsi Tianniu, seekor Tian Niu raksasa pertama kali muncul. Siluet besarnya yang ilusif menyelimuti seluruh Provinsi Tianniu. Tian Niu raksasa ini mengarahkan moncongnya ke langit sambil mengaum keras, sorot matanya menunjukkan semangat yang gemetar namun lebih banyak diselimuti ketakutan. Namun yang paling mencolok, adalah permohonan yang tulus!!
Permohonan kepada penghuni aneh di langit yang berhasil dirasakannya, agar membebaskannya dari kurungan!
Seiring kemunculan Tian Niu, lebih banyak arwah binatang langit yang tertindas di 72 provinsi mulai materialisasi di masing-masing wilayah. Bahkan makhluk-makhluk legenda yang konon telah menjadi arwah mati, muncul satu per satu. Meskipun bayangan samar mereka tampak kabur, jeritan permohonan yang tercampur ketakutan saat menengadah ke langit itu sama-sama mengguncang jiwa.
"Hampir semua kultivator di dalam suku dewa menyaksikan peristiwa menggemparkan langit dan bumi di setiap benua! Di tengah kebingungan mereka, kepanikan semakin mendominasi. Gemetar permukaan tanah yang kian keras, disertai deru terus-menerus dari materialisasi binatang-binatang buas, seolah mengisyaratkan datangnya kekacauan besar!"
"Apa yang terjadi?!" Di Sekte Dao Yi, Dao Yi Mahadewa melesat ke angkasa. Dengan ekspresi muram dan seberkas ketakutan, tingkat kultivasinya memungkinkannya merasakan dengan jelas: Seluruh 72 provinsi suku dewa ternyata mengalami perubahan drastis yang sama.
Ia menatap tajam ke depan, ke arah materialisasi pohon raksasa dari Benua Shanhai. Ranting-ranting pohon itu mengibarkan mantra, mengeluarkan suara menderu.
"Pantas mati! Bukankah pohon iblis dari luar langit ini sudah lama mati?! Masih ada jiwanya tersisa? Sebenarnya apa yang terjadi? Mungkinkah sistem penindasan Lian Dao Fei di istana kerajaan Kota Leluhur bermasalah?" Dao Yi menarik napas dalam-dalam sambil memandang pohon raksasa itu.
Pada saat yang sama, di wilayah Benua Utara, Wu Feng memandang sosok Raksasa Glasier raksasa di antara langit dan bumi di kejauhan, dengan ekspresi muram yang juga mengandung nuansa ketakutan.
Di dalam Sekte Ungu Yang, kedua Mahadewa Kembar serentak terbang keluar, mengamati langit dan bumi sambil mengerutkan kening.
Di dalam Kota Leluhur, tepatnya di Gunung Kekaisaran, Jiu Di Mahadewa berdiri dengan kedua tangan di belakang, menyaksikan fragmen adegan kosmis ini. Meski terlihat tenang, penyempitan pupil matanya jelas menunjukkan keterkejutan yang ia rasakan saat ini.
"Istana Bawah Tanah tidak mengalami masalah, Lian Dao Fei masih tertidur lelap. Bahkan dalam kondisi demikian, ia terus menekan tujuh puluh dua arwah langit ini." Di belakang Jiu Di, Haizi yang semula duduk bersila dengan mata terpejam, kini membuka kedua matanya.
"Sudahkah hasil perhitungan didapat? Sebenarnya apa yang terjadi, bahkan Roh Luar Angkasa yang pura-pura mati itu bersedia mengorbankan segalanya untuk meraung ke langit dan memohon! Apa yang mereka rasakan?!" Suara Kaisar Jiu Di dingin menusuk, namun di hatinya ada ketakutan. Ia menatap langit namun tak melihat apapun.
Hanya saja ketujuh puluh dua Roh Luar Angkasa itu jelas-jelas memohon kepada langit...
Haizi diam. Kedua tangannya membentuk mantra. Di telapak tangan kanannya muncul sosok kecil yang terus-menerus membungkukkan kepala. Namun kening Haizi berkerut, tak menemukan apapun.
Matanya berkilat. Tiba-tiba ia menggigit ujung lidah hingga berdarah, memuntahkan darah segar yang jatuh ke sosok kecil di telapaknya. Sosok itu seketika berubah merah darah dan mengeluarkan geraman rendah yang melengking, kembali membungkuk pada Haizi.
Kali ini tubuh Haizi tiba-tiba bergetar. Terhuyung-huyung, wajahnya pucat pasi. Sorot matanya menunjukkan ketidakpercayaan.
"Mereka merasakan sorotan Mata yang Menginjak Langit sedang mengawasi mereka dari langit Benua Xiangang!!"
“Apa!!” Raut wajah Jiu Di berubah drastis, tak lagi bisa menyembunyikan gejolak dalam hatinya. Ia mengangkat kepala dengan kasar menatap tajam langit. Tiba-tiba ia merasakan bulu kuduknya berdiri, selain langit tak terlihat apapun. Namun seolah bisa membayangkan, di momen ini, ada sepasang mata dari luar angkasa sedang mengawasi Benua Xiangang, mungkin juga mengawasinya langsung.
"Menginjak Langit... Ini... Ini..." Tubuh Jiu Di bergetar. Tingkat kultivasinya dalam tubuh tak bisa dikontrol, membuat fisiknya berubah dari tua menjadi paruh baya, lalu seketika kembali ke wujud orang tua. Perubahan terus-menerus ini cukup membuktikan kegemetarannya.
Wang Lin memandang tanah suku dewa. Ia melihat 72 makhluk langit itu menderu ketakutan sambil memohon. Dari kejauhan, ia juga menyaksikan keterpanaan Dao Yi, kegelisahan Wu Feng, kebingungan Kembar, serta sorot mata Jiu Di yang menyala dari Gunung Kekaisaran.
Ia melihat mereka, namun mereka tak merasakan kehadirannya. Tatapan Wang Lin menyapu sekilas di samping Jiu Di saat berpindah ke Kota Leluhur, tepat ketika Jiu Di menatap langit dengan bulu kuduk merinding.
Ia melihat Haizi... melihat Lian Dao Fei yang telah berubah menjadi gunung di dalam istana bawah tanah di bawah istana kerajaan Kota Leluhur.
"Junior Zhou Luojiu, Hormat pada Senior! Apakah ada perintah Senior? Junior pasti akan mengerahkan seluruh tenaga untuk melaksanakannya!" Di atas Gunung Kekaisaran, wajah pucat Jiu Di terlihat saat tubuhnya melesat ke udara dan tiba-tiba memberi penghormatan ke langit.
Sejak menjadi Mahadewa, ia tak pernah memberi penghormatan seperti ini pada siapapun. Namun kini, diselimuti ketakutan, dengan ekspresi sangat hormat, ia bersujud ke langit.
Namun tak ada jawaban yang datang. Hingga bayangan samar binatang langit dari 72 provinsi suku dewa itu, deruannya berubah menjadi keputusasaan, permohonan yang semakin mendesak, hingga akhirnya menghilang satu per satu. Bumi kembali tenang, getaran berhenti. Tubuh Haizi gemetar saat ia berkata lirih.
"Orang ini... sudah pergi..."
Jiu Di mendengar ucapan itu, tetap dengan sikap hormat bersujud di sana. Baru setelah berlalu sebatang dupa lagi, ia akhirnya mengangkat tubuhnya. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya pun turun perlahan.
Wang Lin menarik kembali pandangannya dari arah Suku Dewa. Saat sebelumnya melihat Tian Niu dan Lian Dao Fei, sempat terlintas keinginan untuk menyelamatkan mereka. Namun, ia tak sanggup melakukannya.
Dalam kesunyian, ia mengalihkan pandangan ke arah Suku Kuno. Begitu sorot matanya mendarat, seluruh wilayah Suku Kuno mengguncang hebat seperti yang sebelumnya dialami Suku Dewa.
Bumi bergoncang. Di dalam 36 kabupaten, 36 sosok binatang buas dari luar angkasa termaterialisasi satu per satu. Di antara mereka, terdapat Luo Hou yang sebagian jiwanya telah diserap Wang Lin.
Luo Hou kini sepenuhnya termaterialisasi. Kepalanya berupa bola daging raksasa bagai planet kultivasi, ekornya mirip ekor naga—bukan satu, melainkan sembilan buah! Makhluk itu menengadah ke langit sambil menderu dengan nada memohon.
Xuan Luo terbangun dari pertapaannya, langsung melesat keluar. Melihat pemandangan langit dan bumi, ia menarik napas dalam-dalam.
Song Tian dari Klan Shigu yang berada di udara, terpaku menyaksikan perubahan di tiga puluh kabupaten ini.
"Mungkinkah... ini berkaitan dengan Wang Lin?! Mustahil! Adegan mengguncang seperti ini pasti bukan ada hubungan sedikitpun dengan orang itu!"
Mahadewa misterius dari Klan Jigu di tempat bertapanya, dengan wajah muram merasakan kejadian ini.
Wang Lin menyaksikan segalanya. Akhirnya pandangannya mendarat di menara menjulang Gunung Gu Dao, melihat siluet diselimuti kabut di puncaknya.
Sebuah helaan napas keluar dari siluet itu. Matanya terbuka dengan ketenangan sempurna. Saat menatap langit, seolah ia melihat sorot mata Wang Lin.
Ketika pandangan mereka saling bersentuhan, Wang Lin pun merasakannya - ahli sejati terhebat Benua Xiangang ini benar-benar melihat dirinya.
“Kau akhirnya mencapai tingkat kultivasi ini... Sekarang, di Jembatan keberapa kau berada?” Siluet dalam kabut itu berbicara perlahan.
“Jembatan Kedua, bagaimana denganmu?” Wang Lin diam sejenak, kemudian mengirimkan pikiran spiritual. Meski tingkat kultivasinya sekarang tinggi, ia tetap tak bisa melihat rupa Gu Dao Mahadewa di balik kabut itu.
“Bertahun lalu, aku telah melewati Jembatan Kelima... Tapi selalu terhenti di Jembatan Keenam...”
“Jika berhasil melewati Jembatan Kesembilan, apakah itu berarti Langkah Keempat?” tanya Wang Lin dengan tenang.
“Aku tak tahu... Sepanjang sejarah, tak ada yang pernah melampaui Jembatan Kesembilan...” Suara lembut bergema dari balik kabut.
“Tak ada? Bagaimana dengan Leluhur Gu dan Dewa Immortal?”
“Mereka berdua hanya mencapai Jembatan Kedelapan... Terhenti di Jembatan Kesembilan.”
“Sebenarnya, tempat seperti apa Jembatan Menginjak Langit ini?” Wang Lin melontarkan keraguannya.
“Benua Xiangang sangat luas... Namun di luar langit, masih ada lebih banyak benua. Menurut pemahamanku, Jembatan Menginjak Langit ini adalah jalan bersama bagi semua makhluk hidup.” Gu Dao Mahadewa menghela napas pelan, dalam ucapannya tersirat seberkas kebingungan. Mungkin, bahkan dirinya pun belum memahami persoalan ini sepenuhnya.
Wang Lin diam, perlahan menarik kembali pandangannya.
