Siapa gerangan sosok itu? Mayat siapa yang dipeluknya? Pertanyaan itu tak berani, tak ingin, dan takut dipikirkan Wang Lin...
Diam-diam ia duduk bersila di kuil ini, menghitung kembali enam puluh delapan tahun yang telah dilewati.
"Waktu, tidak banyak lagi..." Gumam Wang Lin samar-samar terdengar di dalam Kuil Leluhur.
Di kota kekaisaran Shigu, seiring munculnya 27 cincin cahaya pada patung leluhur kuno, keriuhan massa perlahan mencapai puncaknya. Seluruh pandangan terpusat pada patung leluhur kuno tersebut.
"Delapan belas tahun! Pertama kali ia memisahkan arwahnya selama tiga tahun, kedua kalinya lima belas tahun. Pasti ia telah terpisah total dan menyatu secara sempurna!"
"Percobaan pertama-nya cukup berhasil, tapi fusi tubuh kedua tadi jelas mengalami kecelakaan. Entang bagaimana hasil percobaan ketiga ini nanti..."
"Jika Wang Lin nekad memilih pemisahan total untuk ketiga kalinya, aku khawatir ia takkan sanggup melewatinya. Seandainya aku di posisinya, lebih baik mengakhiri proses ini sebelum waktunya demi keamanan."
Saat seluruh perhatian terpusat di kota kekaisaran Shigu, di dalam Kuil Leluhur, Wang Lin menarik napas dalam-dalam. Ia mengusir pikiran-pikiran yang muncul akibat siluet misterius tadi, lalu segenap jiwa raganya tenggelam dalam ritual pemisahan arwah ketiga aliran Gu Dao!
Ia dapat merasakan, setelah sukses memisahkan arwahnya untuk kedua kalinya, Jiwa Yuan Shen-nya telah berkembang pesat tak terkira, bahkan membuat tingkat kultivasinya kembali meningkat dengan signifikan. Jika kali ketiga ini juga berhasil, saat Jiwa Yuan Shen kembali ke posisinya dan menyatu dengan tubuh fisik, dalam sekejap ia akan mencapai tingkat puncak!
Tingkat ini... mungkin bisa melampaui Gu Dao!
Kilatan tekad di mata Wang Lin, ia menutup kedua matanya. Di luar tubuhnya, bayangan Yuan Shen raksasa yang hampir memenuhi seluruh ruang ini mulai perlahan terbelah untuk ketiga kalinya dari kepadatan energinya!
Ini juga yang terakhir kalinya!
"Tiga tahun, lima belas tahun... Kali ini, berapa tahun lagi..." Wang Lin tidak memiliki jawaban.
Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa disadari, tujuh tahun telah lewat sejak pemisahan arwah ketiga Wang Lin di Kuil Leluhur. Anggota keluarga Klan Shigu pun selalu menanti sambil memandangi 27 cincin cahaya pada patung leluhur kuno itu.
Di sisi Kaisar Shigu, transisi dengan Ji Du sebagai kaisar baru perlahan mencapai tahap akhir. Hari ketika Ji Du resmi naik tahta semakin mendekat.
Seiring semakin dekatnya tanggal itu, perhatian anggota Klan Shigu beralih dari patung leluhur kuno ke peristiwa terbesar dalam sejarah klan mereka - penobatan kaisar baru!
Pasukan Shigu yang tak terhitung jumlahnya mulai diserahkan kepada Ji Du 25 tahun sebelum penobatannya. Ini memberi Ji Du cukup waktu untuk mempersiapkan diri menyambut Pertempuran Xian Gu yang mungkin terjadi ratusan tahun kemudian!
Lima tahun... lima tahun... lima tahun...
Musim silih berganti tanpa terasa. Kini telah 15 tahun berlalu, menjadikan tahun ke-22 sejak Wang Lin memulai pemisahan arwah ketiganya!
Jika dihitung sejak pertama kali memasuki Kuil Leluhur hingga sekarang, total waktu yang telah dilewati Wang Lin mencapai 90 tahun penuh!
Sembilan puluh tahun waktu yang cukup untuk mengubah banyak hal, bisa menjadi seluruh hidup seorang manusia biasa, juga bisa menjadi naiknya kaisar baru. Kaisar Shigu yang sebelumnya telah mundur ke belakang layar, kini yang tampil di depan adalah Ji Du.
Meski upacara penobatan belum dilaksanakan, hampir semua urusan Suku Shigu kini seluruhnya ditangani dan menjadi tanggung jawab Ji Du. Ia belum mengenakan mahkota, namun sudah memakai jubah kaisar.
Namun demikian, kebiasaan Ji Du yang setiap pagi buta menatap Kuil Leluhur tak pernah berubah. Ia yakin, ayah angkatnya pasti bisa berhasil!
Di dalam Kuil Leluhur, cahaya Yuan Shen raksasa yang sebelumnya mengelilingi tubuh Wang Lin kini telah retak menjadi serpihan tak terhitung, sedang mengalami penghancuran terakhir.
Kali ini Wang Lin mengambil pelajaran dari sebelumnya. Ia menyisakan seberkas Shen Shi dalam tubuhnya yang bisa membangunkannya di saat kritis.
Puluhan tahun siksaan perpecahan Jiwa Yuan Shen, rasa yang tak tertahankan bagi banyak orang, berhasil ditahan oleh Wang Lin dengan paksa. Bahkan ia mulai mati rasa terhadap rasa sakit ini.
Saat tahun kesembilan puluh lima tiba, ketika seluruh Klan Shigu mulai mempersiapkan upacara penobatan kaisar baru lima tahun kemudian, serpihan cahaya Jiwa Yuan Shen Wang Lin akhirnya hancur sempurna menjadi debu.
Ia mulai mencoba melebur!
Karena kecelakaan yang terjadi pada percobaan kedua sebelumnya, Wang Lin sangat hati-hati dalam peleburan ini. Ia tidak langsung melebur seluruh jiwa sekaligus, melainkan memilih memisah dan melebur bagian demi bagian hingga sempurna.
Selain itu, ada keinginan lebih dalam dalam benaknya yang harus terwujud melalui proses peleburan ini.
Waktu terus berlalu. Pada tahun kesembilan puluh enam, Wang Lin telah menyelesaikan hampir tiga puluh persen dari proyeksi cahaya jiwanya. Bentuk yang terbentuk tidak besar, justru berukuran sangat kecil seperti telapak tangan.
Namun dengan hanya tiga puluh persen konsolidasi ini, kekuatan Jiwa Yuan Shen di dalamnya sudah cukup untuk melampaui beberapa kali lipat Jiwa Yuan Shen saat pemisahan kedua. Jika benar-benar terkonsolidasi sepenuhnya, Jiwa Yuan Shen yang utuh mungkin benar-benar bisa membawa Wang Lin ke puncak.
Pada tahun ke-97, Jiwa Yuan Shen Wang Lin telah terkonsolidasi lima puluh persen, kembali menunjukkan peningkatan kekuatan yang signifikan.
Menjelang seratus tahun, hanya tersisa tiga tahun - lebih dari seribu siang dan malam.
Kota kekaisaran Shigu menjadi sangat ramai dalam beberapa tahun terakhir ini. Sebelum upacara agung ini digelar, hampir semua ahli sejati Klan Shigu telah kembali dari berbagai penjuru ke ibu kota, untuk menyaksikan peristiwa terpenting bagi garis keturunan Shigu!
Transisi kekuasaan kerajaan membuat seluruh Klan Shigu bekerja keras. Namun, Ji Du yang akan naik tahta justru memilih untuk menyepi di tahun ke-97 ini. Ia menyendiri di luar Kuil Leluhur, duduk bersila dan bermeditasi dalam keheningan.
Ia mengabaikan semua urusan duniawi, memilih untuk menemani ayah angkatnya selama tiga tahun terakhir sebelum resmi dinobatkan sebagai Kaisar.
Seiring berlalunya hari demi hari, di seluruh kota kekaisaran Shigu, semakin banyak anggota keluarga yang kembali, bahkan delegasi dari dua klan besar lainnya juga sebagian besar sedang dalam perjalanan.
Hampir setiap hari banyak orang datang ke kota kekaisaran Shigu, namun dibandingkan dengan keramaian kota ini sekarang, area seluas 1.000 zhang di sekitar Kuil Leluhur justru sangat hening. Tempat ini sejak lama telah diubah menjadi zona terlarang yang tidak memperbolehkan siapa pun masuk, dengan dikelilingi oleh pasukan pengawal istana yang tak terhitung jumlahnya.
Dalam keheningan ini, mendengarkan keriuhan dari luar, Ji Du duduk diam-diam dengan mata terpejam.
"Ayah angkat, tinggal tiga tahun lagi, anakmu akan bisa menjadi Kaisar Shigu..."
Ji Du tetap duduk di tempat itu, melewati tahun ke-98, menyambut tahun ke-99, hingga tahun keseratus tiba tanpa suara.
Pada hari yang menandai sepenuhnya 100 tahun ini, di dalam kota kekaisaran Shigu, seluruh pandangan kembali terpusat pada patung leluhur kuno itu. Hanya saja kali ini, yang menjadi fokus perhatian semua orang bukanlah cincin cahaya di sekitar patung, melainkan sang Kaisar yang berdiri di sana!
Seluruh kota kekaisaran saat ini dalam keheningan. Di area istana, tak terhitung jumlahnya anggota keluarga berkumpul. Mereka menanti kemunculan Kaisar baru, memadati lapangan dengan kerumunan yang begitu rapat.
Delegasi dari dua klan lainnya tiba dengan kemegahan luar biasa, membawa hadiah istimewa. Pemimpin rombongan yang berasal dari keluarga kerajaan berstatus tinggi pun turut menunggu di lapangan ini.
Di pusat lapangan, berdiri sebuah kuali raksasa.
Di dalam kuali ini terdapat tanah gembur yang di atasnya terletak sebatang dupa raksasa belum tersulut. Hanya Ji Du yang memenuhi kualifikasi untuk menyalakan dupa sakral ini!
Ini adalah Dupa Kekuasaan Kerajaan. Setelah dinyalakan, bisa materialisasi angin dan awan, mengkristalkan Genderang Penggempur Langit. Genderang ini juga hanya bisa ditabuh oleh Ji Du. Saat dentumannya bergema sembilan kali mengitari langit dan bumi, Ji Du akan menerima penghormatan terakhir dari seluruh anggota Suku Shigu.
Semua yang hadir di tempat ini menanti, termasuk Kaisar Shigu yang sudah berusia lanjut. Ia juga berada dalam keadaan menunggu.
"Waktu keemasan hampir tiba... Paduka, ini..." Di samping Kaisar Shigu, beberapa orang berdiri. Seorang pria tua terlihat ragu sejenak sebelum berbicara dengan suara lirih.
"Tunggu terus! Di garis keturunan Shigu kami tak mengenal waktu keemasan. Saat Ji Du tiba, itulah waktu keemasan!" Kaisar Shigu yang akan segera turun tahta itu bersuara parau.
Pria tua yang sebelumnya berbicara segera menyetujui dengan penuh hormat.
“Di luar Kuil Leluhur, Ji Du duduk bersila dengan mata terpejam tak bergerak, seolah tak peduli bahwa hari ini akan menjadi hari terpenting dalam hidupnya. Tak lama kemudian, dari belakangnya terdengar dentang langkah berirama pelan. Tampak sepasang pengawal berbaju zirah hitam bergegas mendekat, melambat saat sudah dekat.
"Paduka, waktunya tiba..." Para pengawal itu bersujud dengan satu lutut di tanah. Yang paling depan adalah seorang pria paruh baya yang menunduk sambil berbisik.
Ji Du tetap diam tanpa reaksi.
Para pengawal yang bersujud di belakangnya pun turut membisu.
Setelah waktu setengah batang dupa berlalu, desahan lembut keluar dari bibir Ji Du. Ia membuka mata, memandang Kuil Leluhur sejenak sebelum bangkit lalu bersujud dengan satu lutut. Tiga kali dahinya menyentuh tanah menghadap kuil.
"Ayah angkat... anak pergi." Ji Du mengangkat kepala, melayangkan pandangan terakhir ke Kuil Leluhur sebelum berbalik pergi. Para pengawal segera bangkit dan mengikuti di belakangnya, rombongan itu perlahan menghilang di kejauhan.
Saat rombongan ini pergi, di dalam Kuil Leluhur, di sekeliling tubuh Wang Lin mengambang selubung cahaya yang tidak terlalu besar. Ukurannya bukan lagi sebesar telapak tangan, melainkan telah kembali ke ukuran semula sebelum pemisahan arwah, sama persis dengan postur tubuhnya.
Cahaya memancar terang, selubung cahaya itu terlihat utuh sepenuhnya. Jiwa Yuan Shen dari selubung cahaya tersebut tampak telah melebur sempurna, hanya saja sorot mata-nya tetap tertutup rapat.
Sebenarnya sejak setahun lalu, Wang Lin sudah bisa menyelesaikan proses peleburan ini. Proses peleburan kali ini berjalan sangat lancar tanpa sedikitpun kecelakaan. Namun Wang Lin sengaja mempertahankan sedikit cacat, membiarkan kesadarannya tetap tenggelam dalam kondisi seperti tidur lelap.
Ia ingin kembali memasuki dimensi samar langit dan bumi yang pernah ia lihat saat pemisahan arwah kedua kalinya. Ingin menyaksikan kembali gunung yang diselimuti salju berwarna pelangi, menemui siluet misterius itu, dan mendengar ucapan terakhir yang utuh darinya.
Hanya saja bahkan ia sendiri tidak tahu, bagaimana saat itu bisa memasuki dunia samar tersebut. Bahkan ia tidak mengetahui tempat sebenarnya di sana. Setelah setahun mencoba dan merenung, akhirnya pada hari ini, ketika Ji Du pergi membawa pengikutnya, di benak Wang Lin muncul kesamaran. Ia seolah melihat kembali dunia yang pernah disaksikannya.
