Sementara Jiu Di dan yang lainnya menggunakan Teknik Rahasia dan Kemampuan Supernatural untuk menyaksikan pertempuran itu, Wang Lin tiba di tanah suku dewa. Di Bei Zhou, ia memandangi daratan yang sedikit familiar ini dengan perasaan terharu di hati.
"Ratusan tahun lalu, aku pergi dari sini menuju Suku Kuno... Hari ini, aku kembali ke tempat ini." Wang Lin mendesah pelan. Tatapannya menyapu sekilas sementara Shen Shi-nya menyebar ke 72 provinsi tanah suku dewa. Beberapa saat kemudian, seluruh wilayah itu telah tercakup dalam persepsi spiritualnya.
Seiring persebaran Shen Shi-nya, senyum pelan mulai mengembang di wajah Wang Lin. Tingkat kultivasinya di masa lalu tak memungkinkannya mencari satu per satu teman lama dengan cara seperti ini.
Tapi kini, sebagai Sang Juara di Benua Xiangang, ia akhirnya bisa melakukannya.
"Zhou Yi dan Qing Shuang telah meningkatkan tingkat kultivasinya... Aku tak tahu apakah pil itu masih disimpannya..." Ujar Wang Lin sambil terus menyapu wilayah dengan Shen Shi tanpa berhenti.
"Ini... Situ..." Senyum di wajah Wang Lin semakin lebar, seolah ia melihat sesuatu yang spesial.
“Dia seharusnya adalah Hong Shanzi... Setelah reinkarnasi, tetap seperti itu.”
“Zhou Ru... Anak ini tidak memilih jalan seni immortal. Selama ratusan hingga ribuan tahun ini, entah sudah berapa kali bereinkarnasi...” Wang Lin menatap ke kejauhan dengan ekspresi lembut.
“Tiga Belas... Memang sejak dulu dia orang yang luar biasa. Tingkat kultivasinya sekarang sudah hebat, dari penampilannya sepertinya akan segera mencapai tingkat lebih tinggi...”
“Kepala Besar, orang malang dari dunia kediaman ini. Menggunakan topeng kejam untuk menutupi kelemahan hatinya. Di sini pun dia tetap seperti itu...”
“Ini... Shen Gonghu? Ternyata menjadi pemimpin sebuah sekte!” Sorot mata Wang Lin menunjukkan keterkejutan.
“Apakah dia Hong Die... Tanda itu tidak mungkin salah...”
“Qing Lin... Dia pun ternyata tidak memilih seni immortal, malah seperti orang biasa yang telah bereinkarnasi berkali-kali...”
“Saudara Senior Qingshui...Hm?” Ekspresi Wang Lin tiba-tiba mengeras, matanya menatap tajam ke barat - arah lokasi Qingshui yang ia rasakan. Namun tanda pada tubuh Qingshui telah memudar hingga hampir tidak terdeteksi. Jika bukan karena tingkat kultivasinya yang jauh melebihi masa lalu, ia bahkan tidak akan bisa merasakannya.
“Jika semua tanda pada tubuhnya menghilang, meski aku melakukan penyapuan Shen Shi, aku takkan bisa menemukannya di antara tak terhitung orang...Syukurlah, masih tersisa seberkas tanda.”
Wang Lin bergumam, Shen Shi-nya terus menyapu 72 provinsi suku dewa. Aksi yang sama pernah ia lakukan di tanah suku kuno sebelum meninggalkan wilayah itu, namun tak ditemukan sedikitpun jejak teman lama.
Di relung hatinya, terpatri bayangan itu - sosok kompleks yang menjadi hak seorang perempuan bernama Li Qianmei.
“Tak ada...” Penyapuan Shen Shi-nya yang berulang di 72 provinsi suku dewa berhasil menemukan hampir semua orang. Kecuali satu...dia.
“Masih belum ada……” Wang Lin tidak ingat berapa kali dia telah mencari. Dia mencari berkali-kali, namun hasilnya tetap sama. Dia tidak dapat menemukan tanda Li Qianmei, tidak dapat menemukan sosok Li Qianmei itu sendiri.
Sama seperti saat dia mencari di Suku Kuno sebelumnya, tidak ada……
“Bagaimana mungkin tidak ada!!” Ekspresi Wang Lin tak bisa tenang. Tubuhnya limbung, seluruh sosoknya berdiri di antara langit dan bumi. Shen Shi menyebar sepenuhnya dengan gemuruh. Kali ini, dia tidak hanya menyelimuti suku dewa, bahkan cekungan luas tak bertepi itu, tanah suku kuno, dengan tingkat kultivasinya sekarang, semuanya tercakup.
Pencarian berulang kali, shen Shi yang menyebar berkali-kali, namun akhirnya, dia tetap tidak menemukan tanda milik Li Qianmei……
Wajah Wang Lin memucat, dia tidak menemukannya.
“Mungkinkah saat reinkarnasi……terjadi kecelakaan……” Hati Wang Lin tiba-tiba sakit perih. Dia tak bisa melupakan perempuan bernama Li Qianmei ini, wajah pucatnya dan pandangan lembut itu.
Demi dirinya, dia datang ke Benua Xiangang. Demi dirinya, dia meninggalkan ayahnya sendiri, menyepi seorang diri, bereinkarnasi, diam-diam menanti. Suatu hari nanti, pria yang sangat dicintainya itu akan datang mencari dan membuka ingatannya.
"Tidak mungkin!" Shen Shi Wang Lin kembali menyebar. Seluruh hari itu, kemampuannya menyapu setiap inci tanah di Benua Xiangang. Namun pada akhirnya... tetap nihil.
Wang Lin menekan dadanya, merasakan pedih. Terpaku memandang langit dan bumi, tiba-tiba tertawa terbahak. Namun gelak itu menyemburkan amarah—kemarahan pada sang langit!
"Kau memintaku menemukan jiwa Li Mawan, tapi merenggut siluet Li Qianmei. Inikah takdir?! Inikah permainan langit?!"
"Aku tak percaya! Pada akhirnya aku pasti bisa menemukan!!" Wang Lin menengadah ke langit menderu. Gemuruh jeritannya berputar-putar, tak kunjung menghilang.
"Dengan bantuan Guru, kemungkinan terjadinya kecelakaan saat reinkarnasi tidak besar. Kini aku tidak bisa menemukannya, kemungkinan terbesar... adalah dia sudah memulihkan ingatan kehidupan sebelumnya lebih awal dari Saudara Senior Qingshui, membuat tanda itu menghilang..." Wang Lin menutup matanya, teori ini setelah dianalisis hampir bisa dipastikan, hal ini memang seperti itu.
Dalam keadaan mata terpejam, seolah bisa melihat samar-samar di suatu tempat asing, seorang perempuan berbaju Jubah Putih sedang menatap langit, sorot matanya meninggalkan air mata.
Dia sudah lama mengingat kehidupan sebelumnya, namun... sengaja menghindar... atau mungkin, dia sendiri tidak ingin menemui Wang Lin...
Langit perlahan menjadi hitam pekat, Wang Lin berdiri di udara, membuka matanya yang memancarkan seberkas kesedihan dan kebingungan. Dalam diam, dia melangkah maju, perlahan menghilang dalam kegelapan, lenyap tanpa jejak.
Benua suku dewa, Prefektur Barat, Provinsi Yuntao.
Di bagian utara provinsi ini, terdapat sebuah sekte. Sekte ini tidak besar, di Provinsi Yuntao hanya bisa dianggap sebagai sekte kecil. Di pagi buta ini, di tengah latihan pernafasan para murid, di gunung belakang sekte tersebut, di sebuah ruang bawah tanah, seorang pria paruh baya duduk bersila.
Wajah pria ini penuh keteguhan hati dan memancarkan kedinginan. Ia mengenakan jubah hitam, duduk bersila sambil menutup mata, perlahan-lahan melakukan latihan pernafasan. Gelombang energi bergelombang keluar dari dalam tubuhnya, menyelimuti sekeliling dan mengungkapkan tingkat kultivasinya yang telah mencapai puncak Langkah Kedua, seolah hanya terpisah sehelai rambut dari Langkah Ketiga.
Sebagai murid sekti dengan kecepatan berkultivasi tercepat dalam ribuan tahun Sekte Luyin, ia memiliki prestise yang sangat tinggi di dalam sekte ini. Dalam ribuan tahun, ia telah mencapai tingkat ini, bahkan diajarkan langsung oleh Sesepuh Besar Sekte Luyin.
Jika hanya sekadar kultivator berlevel tinggi mungkin tak masalah, tetapi orang ini juga dikenal sebagai pembunuh tegas. Di Provinsi Yuntao, namanya cukup terkenal. Bahkan dia pernah membantai seorang ahli Langkah Ketiga yang baru saja mencapainya, membuat namanya dikenal oleh berbagai sekter.
Terutama kebengisannya dalam membunuh yang melebihi beberapa ahli Langkah Ketiga. Dari sepuluh orang yang bertarung dengannya, sembilan pasti mati di tangannya.
Pembantaian seperti ini tidak hanya menjadikannya juara pertama di antara junior di Sekte Logam Terbakar, tetapi bahkan membuat sesepuh biasa gemetar ketakutan oleh aura pembunuh yang memancar dari tubuhnya.
Namanya adalah Wang Shi, Shi yang berarti batu.
Dia seorang anak yatim yang tak tahu siapa orangtuanya. Diasuh oleh seorang tua kultivator dari Sekte Logam Terbakar, tumbuh besar di sini. Yang dia tahu hanyalah: dalam meditasinya sering terlihat samar-samar sosok punggung tinggi besar yang memberikan kesan familiar dan hangat, namun wajahnya selalu kabur tak bisa dikenali.
Bahkan di masa paling awal, bayangan itu pun samar. Seiring peningkatan tingkat kultivasinya, bayangan itu perlahan menjadi jelas. Ia merasakan, jika bisa mencapai Langkah Ketiga, mungkin ia akan melihat jelas bentuk sosok tersebut.
Inilah alasan di balik kultivasi gilanya!
"Wang Shi!" Di tengah meditasinya, suara dari luar ruang bawah tanah menggema. Sebuah gumpalan cahaya melesat dan berpencar di hadapannya, berubah menjadi sosok ilusif seorang pria tua.
Pria itu membuka mata, memandang sesepuh dengan ekspresi hormat. Ia berdiri dan memberi penghormatan.
"Hormat pada Sesepuh Besar."
"Kau masih enggan memanggilku Guru..." Alis kening bayangan ilusif itu berkerut. Murid ini selalu membuatnya bingung. Dulu ia ingin menerimanya sebagai murid, tapi sang pria hanya diam tanpa persetujuan. Hal ini sempat membuatnya kesal. Namun seiring berjalannya waktu, kecepatan kultivasi pria itu semakin meningkat, menarik kembali perhatiannya. Ia tak lagi memaksa ritual penghormatan, tapi tetap mengajarkan kemampuan supernatural secara langsung.
Kini setelah bertahun-tahun, hubungan guru-murid secara de facto telah terjalin, namun sebutan "Guru" itu tak pernah diucapkan oleh Wang Shi yang berdiri di hadapannya.
Wang Shi sendiri tak memahami alasannya. Ia selalu merasa bahwa gurunya yang sesungguhnya bukanlah orang di depannya ini, namun siapa sebenarnya, ia pun dilanda kebingungan.
"Cukup! Bersiaplah. Tiga hari kemudian turun gunung, wakili aku mengunjungi Sekte Daoyun untuk mengirimkan hadiah ucapan." Bayangan samar itu menggeleng lalu berangsur menghilang.
Wang Shi menyetujui dengan hormat. Setelah bayangan itu lenyap, matanya memancarkan seberkas kebingungan. Lama kemudian, ia menghela napas pelan sebelum ekspresinya kembali dipenuhi keteguhan hati. Saat hendak kembali duduk bersila, tiba-tiba dari belakangnya terdengar suara desahan.
Desahan itu datang begitu mendadak, membuat tubuh Wang Shi bergetar hebat. Namun ia tak gegabah menoleh. Ia tahu, orang yang mampu mendekati tanpa terdeteksi - bahkan oleh gurunya sekalipun - pastilah memiliki tingkat kultivasinya sangat dahsyat.
"Siapakah Tuan ini!" suara berat Wang Shi menggema.
“Katakan, mengapa kau bernama Wang Shi? Siapa yang memberi nama ini?” Suara lembut terdengar dari belakang Wang Shi. Suara itu membuat jiwanya bergetar tanpa alasan, terasa sangat familiar seolah ada ingatan yang hendak bangkit. Matanya tak bisa menahan kebingungan, secara bawah sadar ia membuka mulut.
“Aku... aku anak yatim. Nama ini kuberi sendiri... Kurasa, seharusnya margaku Wang...”
Keheningan menyelimuti belakangnya. Sorot mata Wang Shi berkilat, memanfaatkan kesempatan ini ia berbalik kasar. Terlihatlah seorang pemuda berjubah putih berdiri di belakangnya. Rambut putihnya terurai, sedang memandangnya dengan lembut. Pandangan itu bagai senior yang memandang murid kesayangan.
Saat melihat jelas rupa orang di depannya, tubuh Wang Shi gemetar. Jiwanya bergemuruh, dalam pikirannya terbayang punggung dari mimpinya yang perlahan bertumpuk dengan sosok ini.
“Anda... Anda...” Kebingungan dalam matanya semakin pekat.
Wang Lin mendesah pelan, mengangkat tangan kanannya, di angkasa ia menunjuk titik antara alis lawan. Sentuhan ini membuat jiwa Wang Shi terguncang bak api membara, di bawah deru yang tak henti-henti, ingatannya tiba-tiba pulih!
"Gu... Guru!!! Tiga Belas memberi hormat pada Guru!" Pria ini mengeluarkan air mata, tanpa ragu-ragu bersujud di depan Wang Lin, sorot matanya menunjukkan kegembiraan yang meluap.
