Mu Bingmei, telah pergi.
Dia meninggalkan gua persembunyian ini, meninggalkan Planet Zhuque, namun ia tidak sendirian. Di sampingnya, ada seorang pria berjubah putih dengan sehelai rambut putih dan rupa biasa, namun memancarkan aura tak terdefinisikan yang menenangkan. Pria itu memegang tangan Mu Bingmei erat-erat, seperti saat dalam siklus reinkarnasi di Jalan Mimpi dulu, tak hendak melepas.
Samar-samar, ia mendengar kata-kata Mu Bingmei yang menggema di langit.
"Kau... tubuh kedua, atau tubuh asli..."
"Aku Wang Lin. Aku di sisimu." Wang Lin menatap Mu Bingmei, berkata dengan suara lirih.
Mu Bingmei memandangi Wang Lin. Perlahan, senyum merekah di wajahnya - indah dan tulus.
Seiring mereka menjauh, hingga menghilang dari Planet Zhuque, tak diketahui lagi tujuannya...
Saat sosok mereka berubah menjadi cahaya panjang menghilang di cakrawala, di suatu sudut bumi yang tak terlihat oleh mereka, Wang Lin berdiri memandangi kepergian mereka, senyum tipis mengembang di bibirnya.
Tubuh kedua atau tubuh asli? Hanya Wang Lin yang tahu jawaban sejatinya.
Mungkin yang pergi bersama Mu Bingmei adalah tubuh kedua Wang Lin, sedangkan yang tetap di sini mengawasi mereka adalah tubuh aslinya. Tetapi mungkin juga... justru sebaliknya!
Tak ada jawaban.
Tiga Belas juga telah pergi. Sepanjang hidupnya, ia selalu mengejar langkah Wang Lin. Kini, Wang Lin menyuruhnya terbang sendiri. Burung yang sudah besar harus menghadapi terpaan badai sendiri, melihat pelangi di tengah hujan. Hanya dengan cara ini, ia bisa benar-benar tumbuh menjadi penopang langit dan bumi.
Semua telah pergi... Hanya Wang Lin yang masih tinggal di Planet Zhuque. Sebelum memasuki mimpi bersama Liu Mei, ia pergi menghormati orangtuanya. Kini setelah kembali melakukan penghormatan, ia tiba di rumah yang dulu pernah ditinggali bersama Li Mawan.
Lembah yang telah lapuk dimakan waktu, tapi dipulihkannya kembali seperti semula.
Di lembah itu, Wang Lin menetap, ditemani Li Mawan. Dalam perjalanan waktu, ia merasakan kehidupannya yang sederhana. Memeluk Li Mawan, mereka bersama menghitung siklus reinkarnasi, seolah-olah sejak zaman purba mereka sudah selalu seperti ini.
Dalam kesepian, ia tenggelam dalam ketenangan hati, menikmati kehangatan.
Tahun demi tahun berlalu. Saat musim semi tiba dengan kebangkitan semua makhluk, Wang Lin menanam banyak bunga dan tanaman di lembah ini. Ia menyaksikan bunga-bunga mekar, hujan musim panas yang turun, angin musim gugur yang memainkan lagu waktu, serta serpihan salju musim dingin yang melayang dari langit.
Wang Lin senantiasa menemani Li Mawan. Di telinganya seolah bergema alunan kecapi, seperti kembali ke ribuan tahun silam.
Sepuluh tahun, sepuluh tahun, sepuluh tahun... Di lembah yang tenang ini, Wang Lin telah tinggal selama tujuh puluh tahun.
Ia menemani Li Mawan, di sini, melupakan segalanya. Ia tak memikirkan tingkat kultivasinya, tak merenungkan pemahaman akan inti, tak mempertimbangkan segala akal licik dan lika-liku kehidupan. Di sorot matanya, hanya ada Li Mawan. Dalam pikirannya, hanya siluet ini. Di telinganya, hanya alunan kecapi yang terus berputar dalam aliran waktu.
Pada tahun ke-200 sejak kembali ke dunia kediaman, lembah tempat Wang Lin berada kedatangan tamu. Tamu ini adalah pria botak yang rupanya tetap sama seperti dulu, tanpa perubahan sedikitpun.
Dia datang menyusuri langit dan bumi, berdiri lama di pinggir lembah, memandang hamparan bunga bermekaran di dalam lembah, melihat pondok kayu di tengah lautan bunga, menyaksikan siluet kesepian yang duduk bersila di depan pondok.
Pria itu mendesah pelan, ekspresinya menunjukkan melankolis.
Di tangannya, tergenggam sebuah kendi anggur. Dengan helaan nafas, ia memasuki lembah, menembus lautan bunga, hingga tiba di samping Wang Lin. Ia menatap Wang Lin lama, lama, lalu duduk bersila berseberangan dengannya.
Wang Lin membuka mata, mengangkat kepala memandang pria botak di hadapannya. Perlahan, senyum merekah di wajahnya.
"Kau datang."
Pria botak itu mengangguk diam.
"Tidak bisa melupakan…" Setelah jeda panjang, pria botak itu menyodorkan kendi anggur kepada Wang Lin, lalu mengeluarkan satu lagi untuk dirinya. Ia menempelkannya ke mulut dan meneguk sejumlah besar arak. Cairan itu mengalir di sudut bibirnya, jatuh membasahi jubahnya.
"Dari awal tak pernah berniat melupakan, mana ada istilah 'tidak bisa'." Wang Lin menerima kendi itu, meneguk sejumlah isinya.
"Ini namanya menyiksa dirimu sendiri." Ekspresi pria botak itu berubah kompleks sambil menatap Wang Lin.
"Menyiksa…" Wang Lin bergumam lirih, terus meminum arak tanpa melanjutkan perkataan.
“Berhentilah… Kamu tidak akan berhasil. Jika begini terus, kamu lelah, Wan'er juga lelah…” Pria botak itu menggelengkan kepala, berkata dengan suara lirih.
“Haruskah kusebut kau sebagai Mo Zhi, atau nama lain?” Wang Lin menatap langit, setelah diam sejenak, berkata perlahan.
Pria botak ini tak lain adalah Mo Zhi yang dulu di malam hujan dalam kuil, mengucapkan "hati yang mati maka terlupakan" kepada Wang Lin!
“Mo Zhi… Selama ini aku selalu menggunakan nama ini.” Pria botak itu mendesah pelan.
“Wang Lin, jawaban dari semua ini seharusnya sudah kau tebak sendiri. Aku bisa ceritakan semuanya… Kau…” Mo Zhi hendak membuka mulut.
“Jangan katakan. Biarkan beberapa hal kurenungkan sendiri.” Wang Lin menggeleng, memegang kendi anggur lalu meneguk sejumlah besar.
“Temani aku minum arak… Kau dan aku sudah lama tak bertemu.” Wang Lin tersenyum, menatap Mo Zhi.
Pria botak itu diam, memegang kendi anggur dan minum bersama Wang Lin teguk demi teguk, hingga malam, hingga fajar, berdua tak lagi mengucapkan sepatah kata pun.
Ketika ufuk langit di kejauhan kembali diterangi cahaya, Mo Zhi berdiri dan menatap Wang Lin sambil menghela napas dalam hati.
"Aku pergi... Semoga kau berhasil..." Tanpa memberi nasihat lagi, ia berbalik dan melangkah menjauh. Saat hendak meninggalkan lembah, langkahnya terhenti sebentar. Tanpa menoleh, ia membelakangi Wang Lin.
"Guru memintaku bertanya: Kapan kau akan mengembalikan Kompas Penentu Batas Dunia Nir-Li Chen ini..." Gema suara Mo Zhi bergema di lembah. Setelah mengucapkan itu, ia melangkah keluar dari lembah dan perlahan menghilang di kejauhan.
Wang Lin tetap duduk bersila di sana, meneguk arak. Ia sama sekali tidak menghiraukan perkataan maupun kepergian Mo Zhi.
Sejak lama ia telah memahami sebagian kebenaran. Namun ia tahu, dirinya tetaplah Wang Lin - lahir di Negara Zhao, Planet Zhuque, dari keluarga tukang kayu di desa pegunungan kecil.
Langkah demi langkah ia menapaki jalan seni immortal, langkah demi langkah mencapai tingkat yang sekarang ini.
Membangkitkan kembali Li Mawan adalah keputusannya sendiri, bukan pilihan yang terpengaruh oleh kesadaran tertentu atau siklus reinkarnasi, melainkan hasil dari pengalaman dan pilihannya sendiri.
"Aku, adalah diriku sendiri..." Di dalam mata Wang Lin tidak terlihat kebingungan, melainkan kejernihan yang sempurna.
"Entah itu Mo Zhi, Hong Die, bahkan termasuk guru Mo Zhi dan Tian Yunzi sekalipun... Mereka semua mengira bahwa seluruh isi langit-bumi, dunia kediaman, Benua Xiangang, semuanya hanyalah ilusif, tidak nyata, tercipta dari siklus mimpi jalanku..." Wang Lin bergumam, semua hal ini telah lama ia pahami!
"Tapi, benarkah semuanya seperti ini..." Wang Lin tersenyum tipis, berdiri sambil menatap langit. Sorot matanya memancarkan kilauan terang.
"Tian Yunzi, kau benar-benar mengira aku tidak tahu asal-usulmu?!" Mata Wang Lin berkilat, ia menatap langit. Secara samar, ia seolah melihat di balik langit, di luar Benua Xiangang, dalam kegelapan tak bertepi, sosok berbaju hitam dengan rambut hitam panjang bergerak mendekat, membawa aura kehancuran dan pembantaian.
Target pergerakan siluet itu tak lain adalah Benura Xiangang.
"Tian Yunzi, jawaban dari semua ini bukan kau yang akan memberitahuku di dalam Dunia Dewa Tai Gu, tapi aku yang akan memberitahumu di sana! Akan kuperlihatkan padamu apa itu kebenaran sejati!" Wang Lin mengibaskan lengan bajunya, sebuah tengkorak muncul di tangannya.
Tengkorak ini adalah milik Ji Qiong.
Tengkorak itu berkedip-kedip, seolah ada tulisan kecil yang muncul sesaat lalu menghilang.
"Kalian semua salah..." Wang Lin menarik kembali pandangannya, tersenyum tipis lalu berbalik menuju pondok kayu. Ia duduk di samping Li Mawan yang terbaring bagai tertidur lelap, pandangannya penuh kelembutan.
"Wan'er, kau akan terbangun... karena aku telah menemukan metode sesungguhnya... dan di Kuil Leluhur Shigu, semua telah kumulai."
Sorot mata Wang Lin memancarkan seberkas kegilaan. Metode ini memang tergolong sangat gila-gilaan!
Waktu terus berlalu dalam siklus empat musim yang tiada henti. Di lembah ini, Wang Lin telah menemani Li Mawan selama bertahun-tahun. Kehidupan tenang seperti ini merupakan fragmen langka dalam hidupnya selain Transformasi Biasa dan Mimpi Jalan.
Ia menemani Li Mawan, mengobrol, menghitung kenangan, tenggelam dalam dunianya sendiri.
Selama tahun-tahun ini, Tiga Belas pernah kembali beberapa kali. Setiap kali ia menemani Wang Lin selama beberapa bulan di lembah itu, lalu pergi lagi untuk menjalani kehidupan dan kultivasi miliknya sendiri.
Xu Liguo dan Liu Jinbiao, dengan metode yang tidak diketahui, benar-benar berhasil menemukan Zhong Dahong. Di bawah koordinasi ketiganya, mereka berkuasa di dunia kediaman dengan penuh kebahagiaan.
Terutama karena tubuh mereka tumbuh melalui reinkarnasi di Benua Xiangang, mereka dapat menggunakan pintu gerbang gua untuk masuk-keluar secara bebas dengan meminjam kekuatan Wang Lin. Adapun Zhong Dahong, dengan bantuan Wang Lin, juga bisa melakukan hal serupa. Setelah menyapu bersih seluruh dunia kediaman, ketiganya bersama naga laut yang juga menyukai aktivitas ini, meninggalkan dunia kediaman dan memulai petualangan legendaris mereka di Benua Xiangang.
Hanya saja sebelum berangkat, Xu Liguo dan dua rekannya datang menemui Wang Lin. Dengan penuh kerajinan mereka melayani, bahkan menjilat habis-habisan. Akhirnya dalam gelak tawa Wang Lin, beliau meninggalkan hawa dan tanda khusus pada tubuh mereka untuk menjamin keselamatan. Dengan penuh semangat, ketiganya pun pergi.
Dengan 'kulit harimau' Wang Lin sebagai tameng, ditambah kekuatan tempur naga laut Emas Mulia, mereka yakin bisa menipu seisi Benua Xiangang seperti masuk wilayah tanpa pertahanan!
Pada tahun ke-enam puluh setelah kepergian Xu Liguo cs, Wang Lin membawa Li Mawan meninggalkan lembah itu, keluar dari Planet Zhuque, meninggalkan dunia kediaman, menuju Benua Xiangang.
Sebelum berangkat, Shen Shi-nya melihat ke dunia dewa. Di sana para kultivator sedang mencerna tradisi yang ditinggalkannya. Melihat Tiga Belas, juga banyak teman lama.
Ia menarik kembali Shen Shi-nya, memandang terakhir kali ke dunia kediaman ini!
Tiga bulan lagi, saatnya Dunia Dewa Tai Gu di Benua Xiangang akan dibuka. Di sana, akan menjadi perhentian terakhir Wang Lin!
"Saat keluar dari Dunia Dewa Tai Gu, Wan'er, kau akan tetap menemaniku..." gumam Wang Lin sambil melangkahkan kaki masuk ke pintu gerbang dunia kediaman, menghilang tanpa jejak.
