Wang Lin telah pergi.
Saat siluetnya menghilang dari dunia kediaman ini, di Domain Bintang Luo Tian, di sebuah planet kultivasi biasa, berdiri seorang perempuan. Ia mengenakan jubah ungu, rambut indahnya menjuntai hingga pinggang, berdiri di puncak gunung yang tinggi. Helai rambut hitamnya diterbangkan angin, gaunnya berkibar-kibar, ekspresi tenangnya memancarkan keanggunan.
Ia menatap langit, di bawah cahaya keemasan, jika dilihat dari dekat akan terlihat bulu halus nan indah di wajahnya. Saat ini, sorot matanya penuh kebingungan. Baru saja, dalam sekejap napas, ia merasakan kedatangan sebuah Shen Shi yang berhenti sebentar di sampingnya sebelum menghilang tak berbekas.
Awalnya ia mengira itu ilusi, namun saat Shen Shi itu menghilang, di hadapannya muncul di udara kosong sebuah kepingan giok yang diam mengambang, memancarkan kelembutan cahaya tanpa gerak.
Perempuan itu adalah Xizi Feng.
Terpaku memandangi kepingan giok di hadapannya, dari kelembutan cahaya yang dipancarkannya terasa hawa yang familiar, bagai jiwa yang terikat mimpi, takkan terlupakan seumur hidup.
"Wang Lin..." Xizi Feng terdiam lama, kemudian mengangkat tangan gioknya perlahan memegang kepingan itu, memejamkan mata. Shen Shi-nya menyelami bagian dalam kepingan giok, di sana terdengar suara Wang Lin.
Lama berselang, ketika Xizi Feng kembali membuka mata, senyum lembut merekah di wajahnya, sungguh memesona.
Sama halnya di dalam dunia kediaman ini, di hamparan lautan bintang yang sepi dan tandus di luar dunia, terdapat banyak puing-puing kecil mengambang. Di antara mereka seolah mengandung hukum alam yang aneh, secara mandiri membentuk busur raksasa dan berputar perlahan.
Di dalam puing raksasa yang berada di pusat area tersebut, seorang orang tua duduk bersila. Raut wajahnya kemerahan sehat, dengan tenang melakukan latihan pernafasan. Secara berkala, kilatan cahaya abu-abu muncul dari tubuhnya, seolah gas abu-abu keluar dari dalam tubuhnya, melebur ke puing tersebut, menyebar ke luar, lalu diserap oleh puing-puing lain di sekitar.
Pada masa lalu, tempat ini awalnya tidak memiliki puing-puing tersebut. Tidak diketahui tahun berapa, setelah kedatangan orang tua ini, semakin banyak puing yang muncul di udara kosong secara bertahap, seolah diwujudkan oleh kemampuan supernaturalnya...
Orang tua ini tak lain adalah patung batu di kedalaman dunia dewa angin, yang berada di bawah celah dahulu kala. Tanpanya, dalam pertempuran Wang Lin melawan Shui Daozi waktu itu, bahaya yang dihadapi pasti lebih besar.
Saat ini, mata orang tua itu terpejam, dalam heningnya latihan pernafasan, ia memaksa kekuatan pembatuan dalam tubuhnya keluar. Batu-batu kecil yang ada di sini, demikianlah terlahir.
"Dalam 300 tahun lagi, Lao Fu bisa sepenuhnya pulih... Saat itu waktunya meninggalkan tempat ini, kembali ke... kampung halaman..." Orang tua itu membuka mata, pandangannya seakan menembus batu-batu kecil, menatap ke angkasa luas yang tenang.
Ia bukan kultivator dari dunia kediaman. Asalnya dari Benua Xiangang, dari Sekte Tujuh Jalan... Sebenarnya, ia hanyalah seorang murid biasa dari Immortal Venerable Pelangi.
Bergumam pelan, ada keengganan dalam hatinya untuk meninggalkan dunia kediaman ini. Sudah sangat lama ia berada di sini. Setelah diam sebentar, ia menghela napas dalam hati, lalu kembali memejamkan mata. Persis saat hendak melanjutkan meditasi, tiba-tiba kekuatan persepsi spiritual menyapu deretan batu tempatnya bersemayam.
Kekuatan Shen Shi yang luar biasa ini membuat jiwa orang tua itu bergetar. Ia sadar betul, jika bukan karena pemilik Shen Shi sengaja membuatnya merasakan, mustahil ia mampu mendeteksi kedatangan Shen Shi tersebut.
Dalam persepsinya, kekuatan Shen Shi ini sudah setara dengan murka langit.
Shen Shi itu menyapu sekilas tanpa jeda. Setelah menghilang, di depan orang tua yang masih diliputi curiga dan ragu itu, tiba-tiba muncul satu butir pil di udara kosong.
Pil itu merah menyala seluruh tubuhnya, memancarkan kekuatan alam semesta yang mengguncang. Bahkan hanya dengan menghirup aroma obatnya, kekuatan pembatu dalam tubuhnya langsung tertekan.
Memandangi pil itu, mengingat kembali Shen Shi tadi, perlahan-lahan orang tua itu menemukan secercah familiaritas. Ekspresinya terlihat bimbang, lama kemudian ia bergumam lirih.
"Dia..."
Demikian pula, pada saat yang sama ketika Wang Lin meninggalkan dunia kediaman dan pergi, di hamparan angkasa luar dunia, pada sebuah planet kultivasi yang biasa, di inti bintang ini, bayi yang terpejamkan mata bagai tertidur lelap, kelopak matanya bergetar seakan hendak membuka.
Namun setelah sekian lama, ia tetap tak membuka mata, melahan kembali tenang, terlelap dalam tidurnya. Di dalam dan luar bintang ini, energi spiritual tak berujung perlahan mengalir dari delapan penjuru, diserap sang bayi, menjadi nutrisi untuk pertumbuhannya.
Di hadapannya, terdapat sebuah kepingan giok yang merupakan manifestasi Shen Shi. Kepingan giok itu bukanlah benda nyata, melainkan berada di antara ilusi dan kenyataan, mengambang sunyi, menanti hari ketika bayi ini bangkit dan menyaksikannya.
Planet kultivasi tempat bayi ini berada terlihat sangat biasa, tak ada keanehan yang terlihat. Namun jika benar-benar harus disebutkan keunikannya, maka dari kejauhan di angkasa, bintang ini samar-samar menyerupai sebuah bola mata.
Pegunungan di planet kultivasi itu bagai urat darah pada bola mata, lautan luas tak bertepi laksana putih di luar pupil, sementara daratan di tengah laut menyerupai pupil itu sendiri.
Di tempat ini, Wang Lin pernah datang. Ia tak hanya melihat Tuo Sen yang berubah menjadi bayi, tapi juga menemukan planet kultivasi yang dipilih Tuo Sen sebagai tempat tidur panjangnya.
Setelah kepergian Wang Lin, dunia kediaman memasuki masa tenang. Seperti sedang berkultivasi dan memulihkan diri, perlahan menguat dengan energi samar yang hampir tak terdeteksi, menyelimuti seluruh langit-bumi di sini saat Wang Lin melangkah keluar.
Kekuatan ini akan melindungi tempat ini turun-temurun, memastikan dunia kediaman takkan lagi mengalami tragedi seperti kasus Chihunzi.
Di wilayah Dongzhou, Provinsi Tianniu, area kekuasaan Suku Dewa di Benua Xiangang, sebuah gunung berkabut memancarkan kekuatan agung semesta pada hari itu. Energinya berubah menjadi kilauan kristal tak terhitung, menyebar ke delapan penjuru angin.
Setelah cahaya kristal itu menghilang, di dalam gerbang sekte yang dahulu merupakan Sekte Tujuh Jalan, di samping pintu masuk dunia kediaman, Wang Lin dengan jubah putih dan sehelai rambut putih perlahan melangkah keluar.
Tiga ratus tahun berlalu secepat kedipan mata. Wang Lin berdiri di sana, menatap langit Benua Xiangang. Setelah diam sejenak, ia berjalan maju dalam keheningan.
"Sekte Tujuh Jalan..." gumam Wang Lin. Sebelum pergi, ia mengibaskan lengan bajunya dengan tangan kanan. Seketika angin kencang menyapu seluruh Sekte Tujuh Jalan. Reruntuhan di tempat ini pun menghilang, digantikan oleh sebuah sekte yang sangat megah dan penuh wibawa.
"Tempat ini akan menjadi rumah bagi semua yang meninggalkan dunia kediaman..." Dalam gumamannya, Wang Lin menggapai langit dengan tangan kanan. Sekitar dua puluh gumpalan cahaya berkilatan muncul, bagai aliran cahaya panjang melesat ke langit dan menyebar ke delapan penjuru sebelum akhirnya menghilang.
Sekitar dua puluh gumpalan cahaya itu muncul di berbagai lokasi di tanah suku dewa.
Di tengah gurun pasir, Qing Shui yang sedang berjalan tiba-tiba merasakan sesuatu. Ia mengangkat kepalanya dan melihat sebuah gumpalan cahaya datang sekejap, melebur ke dalam tubuhnya. Tubuhnya bergetar. Beberapa saat kemudian, ia membuka mata dengan senyum mengembang.
Hong Shanzi melesat cepat di langit. Di depannya, sebuah cahaya pedang membawa sosok orang tua yang mengerikan. Meski wajahnya penuh kebengisan, terlihat ketakutan yang tersembunyi. Orang tua itu berusaha kabur dengan kecepatan maksimal.
Hong Shanzi dengan wajah muram terus mengejar. Tiba-tiba, sebuah gumpalan cahaya muncul di udara kosong dan melebur ke Antara Alis-nya. Kedua matanya membeku. Ia melirik ke arah Provinsi Tianniu, wajah muramnya berubah lembut. Namun kecepatan pengejarannya justru semakin menjadi.
Qing Lin, Zhou Ru, Hong Die, Zhou Yi, dan hampir semua orang reinkarnasi dari dunia kediaman menerima gumpalan cahaya tersebut. Mereka merasakan keberadaan Sekte Tujuh Jalan. Bahkan yang masih menjadi orang biasa di kehidupan ini, ingatan tentang sekte itu akan perlahan bangkit dari tidur seiring waktu.
Setelah memandang Sekte Tujuh Jalan untuk terakhir kalinya, Wang Lin melangkah keluar dari gerbang sekte. Di luar sekte itu, ia telah menyusun formasi pertahanan dahsyat yang sebanding dengan formasi pertahanan dunia dewa di gua persembunyian. Dengan demikian, entah ia bisa keluar dari Dunia Dewa Tai Gu atau tidak, keamanan gua persembunyian dan eksistensi Sekte Tujuh Jalan akan tetap terlindungi.
Usai menyelesaikan semuanya, Wang Lin tak menoleh sedikit pun. Langkahnya melesat ke langit, siluetnya perlahan menjadi transparan hingga akhirnya lenyap sama sekali.
"Tiga ratus tahun, bagi manusia biasa setara dengan beberapa kehidupan. Tapi bagi kultivator, itu tak seberapa... Si gila telah menjadi Sang Kaisar Dewa, Ji Du naik sebagai Kaisar Shigu. Aku penasaran kabar mereka..." gumam Wang Lin.
"Dan... Di manakah Li Qianmei sekarang..." desahnya pelan. Ia bisa menduga bahwa Li Qianmei, seperti halnya Qing Shui, pasti telah memulihkan ingatannya sendiri. Juga merasakan alasan mengapa Li Qianmei menghindari pertemuan dengannya.
“Doa diam-diammu untukku…” Wang Lin mengangkat kepala, menatap langit di kejauhan, diam. Ia selalu ingat gumaman Li Qianmei, kisah burung beterbangan dan ikan.
Lama kemudian, Wang Lin menutup matanya, melangkah mantap menuju arah Suku Kuno.
“Aku pernah berjanji pada Gu Dao, saat memasuki Dunia Dewa Tai Gu, harus masuk dari wilayah Suku Kuno.” Wang Lin mengingat janji tahun lalu. Siluetnya, setelah berhari-hari melintasi seluruh wilayah suku dewa, tiba di tepi cekungan yang terbentuk dari lautan luas tak bertepi. Ia berjalan menuju pusat cekungan itu, mendekati dinding laut yang bergulung seperti badai.
Sebelum terlalu dekat, Wang Lin sudah bisa mendengar gemuruh suara mengaum yang seakan menggulung angin dan awan, membuat langit gelap. Dinding laut tak berujung itu, setelah 300 tahun terpisah, kini terlihat lebih liar dibanding masa lalu.
Dalam gemuruh yang menggema ke langit, dinding laut itu berputar liar dengan kecepatan tinggi, menciptakan gelombang energi besar bagai ombak tergantung di udara. Tepukan saling berbenturan tanpa henti, seakan hendak melesat ke angkasa. Di kedalamannya, sembilan pilar raksasa yang mencapai langit memancarkan cahaya sembilan warna, menyelimuti seluruh dinding laut dan memantulkan kilauan magis yang menyelubungi kawasan sekitar bagai ilusi mimpi.
Ilusi ini mengandung aura misterius yang bisa menyambar jiwa, menjerat siapapun dalam kubangan hasrat tak terbendung. Ditambah rumor-rumur seputar Dunia Dewa Tai Gu yang beredar di Benua Xiangang, tempat ini dipenuhi gelora keinginan membara - hasrat untuk menjadi kuat.
Wang Lin berdiri di tepi dinding laut. Tubuhnya melesat tanpa keraguan sedikitpun, menembus dinding air itu dan muncul di wilayah Suku Kuno. Di sana ia duduk bersila dengan tenang, menanti pembukaan gerbang dimensi yang akan terjadi beberapa bulan kemudian.
Seiring waktu yang perlahan mendekat, di Benua Xiangang, Suku Kuno dan suku dewa yang telah mempersiapkan perang selama ratusan tahun, bagai dua binatang buas yang bangkit dari tidur lelap, meletuskan kekuatan puncak mereka.
