Suara Tian Yunzi bergema di Dunia Dewa Tai Gu, menyebar ke delapan penjuru dari puncak gunung yang diselimuti salju berwarna pelangi. Tubuh raksasanya berubah menjadi kabut hitam membara, membawa keengganan dan kegilaan, menyambar ke arah Wang Lin.
Ia tak rela. Setelah menanti begitu lama, melalui siklus-siklus reinkarnasi yang berulang, akhirnya tiba hari ini. Namun tak disangka, segalanya berakhir seperti ini.
Wang Lin telah menipu semua orang. Bahkan Tian Yunzi pun tak pernah menyangka, bahwa segalanya bukanlah mimpi Wang Lin, melainkan Jalan Luo Mo.
Tian Yunzi, di momen ini hatinya dipenuhi perasaan mengada-ada, sensasi yang cukup membuatnya mengamuk. Sebagai roh senjata Kompas Penetap Dunia ini, ia pernah menyaksikan langsung di dalam kompas ini bagaimana Wang Lin berulang kali datang melalui siklus reinkarnasi, berulang kali menghilang.
Hingga pertempuran terakhir, ia menyaksikan Wang Lin menghancurkan kompas ini dengan paksa. Setelah kehancuran itu, Tian Yunzi melangkah keluar dari kompas, pada sekejap mata itu ia tertawa terbahak-bahak ke langit dalam kegembiraan liar.
Ia tak mengetahui asal-usulnya sendiri. Dalam ingatannya, saat pertama kali bangkit dari tidur di zaman tak terhitung silam, ia telah berubah menjadi roh senjata Kompas Penetap Dunia.
Ia juga tak tahu siapa pencipta Kompas Penetap Dunia ini. Tanpa memori, ia berkeliaran dalam kebingungan di dalam artefak ini selama waktu yang sangat panjang, hingga menyaksikan Wang Lin meminjam kompas ini, menyaksikan Wang Lin berulang kali menghilang dalam siklus reinkarnasi, hingga akhirnya dirinya terlepas.
Pada saat dilepaskan, seluruh tubuhnya dipenuhi kegembiraan yang tak terucapkan. Ia merasa sebentar lagi akan meraih kemerdekaan, tak ingin terus terjebak dalam kompas itu bagai tawanan.
Maka, ia berniat mengambil alih tubuh Wang Lin!
Dalam pandangannya, semua makhluk di Benua Xiangang ini palsu. Hanya Wang Lin yang nyata, memiliki tubuh fisik sejati. Dengan menganalisis, begitu berhasil mengambil alih tubuh Wang Lin, ia akan sepenuhnya menjadi kultivator lapisan Menginjang Langit. Saat itu tiba, kebebasan sejati akan ia raih.
Tak perlu lagi terperangkap sebagai roh senjata dalam kompas. Meski kadang ia merasa, selain sebagai roh senjata, seolah ia juga penjaga kompas ini.
Namun bagaimanapun, semua yang dilakukannya demi kebebasan!
Bahkan dia sudah membayangkan, begitu meraih kebebasan dan sukses mengambil alih tubuh, dia akan mencari asal-usulnya sendiri, mencari tahu siapa sebenarnya yang menjadikannya roh senjata ini.
Bahkan menurut analisisnya, setelah sukses mengambil alih tubuh, Kompas Penentu Dunia ini akan menjadi harta magis terkuatnya. Sebagai roh senjata, dia lebih memahami kedahsyatan benda ini dibanding siapapun.
Selain kekuatannya yang luar biasa, fungsi terpenting benda ini adalah kemampuannya membawa orang meninggalkan dunia Ni Chen!
Tentang asal-usul Kompas Penentu Dunia ini, pikirannya selalu berkabut tanpa ingatan yang jelas. Dia tak tahu siapa penciptanya, seperti ketidaktahuannya mengapa terperangkap di dalamnya.
Satu-satunya yang dia yakini: Setelah bebas, segala kebenaran harus diungkap!
Namun semua rencana itu runtuh seketika oleh ucapan Wang Lin. Harapannya pupus, hanya menyisakan keputusasaan, amarah, ketakutan, dan keengganan untuk menyerah.
Ia menyerbu Wang Lin dengan gila-gilaan, kabut hitam yang membara mengeluarkan deru melengking. Di sekejap mata sebelum mencapai Wang Lin, ia melihat senyuman samar terpancar di wajah Wang Lin.
Wang Lin mengangkat tangan kanannya, menatap kabut hitam yang menutupi area depan dan menerjangnya, lalu menggerakkan tangan dengan lembut.
"Ketika aku menguasai siklus reinkarnasi, sesungguhnya aku telah Menginjak Langit." Wang Lin berbicara dengan tenang. Dengan gerakan tangannya, kabut hitam yang membara itu tiba-tiba mengeluarkan suara desis dan mulai menghilang dalam skala luas dengan kecepatan yang terlihat mata telanjang.
"Aku tidak rela!! Wang Lin, aku tidak rela!!!" Tian Yunzi menjerit melengking. Kabut yang sedang menghilang itu bergulung-gulung, akhirnya terkonsentrasi membentuk kepala raksasa. Bentuk kepala ini sangat berbeda dengan wujud Tian Yunzi sebelumnya - seorang pria paruh baya berwajah tampan. Di antara alisnya, pola bintang segi lima berkedip-kedip, samar-samar terlihat bayangan samar burung bangau yang sedang berjuang di dalam pola tersebut.
Semua ini lenyap dalam sekejap mata. Tengkorak pria paruh baya itu berpencar, menggulung sisa kabut hitam yang masih bertahan, dan dalam sekejap napas berubah menjadi bangau hitam raksasa.
Bangau Hitam itu mendongak ke langit sambil mengeluarkan suara melengking yang memilukan, lalu menyambar ke arah Wang Lin sekali lagi!
Saat hampir menyentuh, sorot mata dingin muncul di mata Wang Lin. Tubuhnya melangkah maju satu langkah, tangan kanannya tiba-tiba terangkat, dan tepat saat burung dari kabut itu mendekat, ia mencekik leher bangau itu dengan erat.
Bangau Hitam itu terus-menerus bergulat, menderu keras. Di sorot mata Wang Lin berkilat sinar tajam, tangan kanannya mengepal dengan keras. Gemuruh dahsyat mengguncang seluruh bumi Dunia Dewa Tai Gu, langit pun menjadi keruh.
Seluruh tubuh Bangau Hitam itu hancur berantakan.
Shen Shi Tian Yunzi kacau, seiring dengan kehancuran bangau hitam itu, akhirnya hancur berantakan. Pada seberkas terakhir kehancuran kecerdasannya, ia seakan teringat beberapa kenangan - ingatan yang selama ini dianggapnya tidak memiliki sedikitpun keberadaan dalam memorinya.
"Dunia Dao Chen... kampung halamanku..." gumam Tian Yunzi. Seluruh Shen Shi-nya buyar, menemui ajal sepenuhnya. Tubuh bangau-nya berubah menjadi Gas Hitam yang tak terhitung jumlahnya berpencar. Di antara Gas Hitam yang berlimpah itu, terdapat satu aliran gas abu-abu yang jelas terlihat, melaju langsung ke belakang. Di bawah sorot mata Wang Lin, gas abu-abu itu menerjang masuk ke jembatan penghubung langit, melebur ke dalam bayangan ilusif di balik jembatan, lenyap tanpa jejak.
Pada gas abu-abu ini, tidak terdapat hawa Tian Yunzi.
Mata Wang Lin berkilat, namun tidak memiliki sedikitpun kejutan, seolah sudah lama mengetahui keberadaan gas abu-abu ini. Hanya dengan satu sorot pandangan, ia tak lagi mempedulikannya. Telapak tangan kanannya yang terbuka tiba-tiba menggenggam dengan Jin ke arah Gas Hitam yang berpencar.
"Saat genggaman itu mengerat, gas hitam yang sedang menyebar tiba-tiba berbalik arah dan terkumpul. Dalam proses pemadatan terus-menerus ini, di telapak tangan Wang Lin, semua itu menyusut menjadi gumpalan energi sebesar kepalan tangan.
Warna gumpalan energi ini bukan hitam, melainkan sembilan warna yang saling melingkupi, sangat memesona.
"Inti satu dimensi..." Wang Lin menatap gumpalan energi di telapak tangannya, sorot matanya yang awalnya tenang kini dipenuhi gejolak emosi. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengibaskan tangan kirinya ke angkasa. Seketika, sebuah peti mati muncul di hadapannya.
Di dalam peti mati itu terbaring seorang perempuan. Meski rupanya tidak luar biasa cantik, aura kelembutan memancar darinya. Perempuan itu terpejam matanya, tak bergerak bagai patung.
"Wan'er... Aku pernah berjanji, bahkan Langit yang hendak mencabut nyawamu, akan kurebut kembali!" Jari-jari Wang Lin membelai lembut pipi perempuan itu. Gumamannya disertai tetesan air mata yang jatuh membasahi wajah sang gadis, mengalir di antara lekuk pipi hingga menyentuh sudut bibirnya.
"Aku berhasil! Wan'er, selama ribuan tahun ini aku berhasil!!" Ekspresi Wang Lin lembut, dengan gumpalan energi sembilan warna di tangan kanannya ditekan perlahan di antara alis perempuan itu. Diam-diam ia memandangi energi itu melebur ke dalam tubuhnya, menatapnya tanpa berkedip seolah waktu membeku selamanya.
Namun raut wajahnya memancarkan ketegangan yang sangat langka terlihat padanya. Saat ini Wang Lin sangat gugup, bibir bawahnya tergigit dalam saat menatap perempuan itu.
"Wan'er, hidup kembali... Hidup kembali... Buka matamu, lihatlah aku..." Jari-jari Wang Lin membelai lembut rambut indah Li Mawan, gumamnya tak henti bergulir.
Pertemuan di pinggir Laut Xiuno itu bagai takdir yang mengikat tiga kehidupan, tak terlupakan, tak terlepaskan...
Kelemahan dalam teriakan minta tolong itu, sorot mata penuh kegelisahan yang tertangkap di detik-detik kritis, membuat Wang Lin yang sedang menyamar dan bersembunyi setelah melarikan diri dari bawah tanah, terhenti sejenak sebelum akhirnya mengangkat kepala...
Andaikan saat itu ia tak mengangkat kepala, mungkin segala sesuatu akan berbeda.
Di Laut Xiuno selama beberapa tahun, pada sekejap saat membuka mata, ia melihat sosok yang lemah namun tangguh di mulut gua. Hatinya bergetar hebat. Kalimat "Jangan takut, aku akan membawamu untuk membunuh..." Tak tahu bagaimana terucap, hanya tahu saat itu, perkataan itu muncul begitu saja...
Pada Formasi Naga Hijau, sosok indah yang mengukir sisik dengan darah hati lalu berubah menjadi kepingan giok jaminan keselamatan. Wajah pucat itu membuatnya menderita, namun dengan lautan darah dendam di pundak, ia hanya bisa menutup mata dan menyuruh diri sendiri untuk melupakan.
Adegan di dalam Yun Tian Zong. Saat mendengar alunan kecapi, memandang sosok perempuan di loteng yang menyimpan kesepian, Wang Lin tahu, dirinya takkan bisa melupakan.
Di tangan kiriku sebab-akibat singkat dari Laut Xiuno, di tangan kanan meditasi sepi selama seratus tahun...
"Wan'er, bukalah matamu, bangunlah... Ada juga Ping'er, dia pun akan bangkit, kau pasti menyukai anak ini..." Wang Lin mengalirkan air mata, bergumam pelan.
Waktu pun tak menungguku, kapan... kau akan datang membawaku pergi...
"Wan'er, aku Wang Lin, kita pasangan suami istri, biarkan aku membawamu pergi..." Sorot mata Wang Lin semakin basah oleh air mata, menatap Li Mawan yang telah dinantikannya ribuan tahun, hanya untuk hari ini.
Kehangatan di lembah itu, siluet yang terlihat saat menoleh, adegan-adegan kenangan itu terpatri abadi dalam pikiran Wang Lin. Tak bisa dilupakan, tak ingin dilupakan, tak boleh dilupakan.
Hingga ia menyaksikan kecantikan Li Mawan memudar bersama uban, perlahan merangkak menua, mengakhiri sisa hidupnya dengan memejamkan mata. Hati Wang Lin tersiksa rasa sakit yang tak terperi. Bagai orang mengamuk, ia takkan membiarkan Li Mawan pergi begitu saja! Harus direbut kembali!!
Setelah kehilangan, ingin memiliki kembali, meski hasilnya adalah memori terpendam yang terus tersentuh, meski harus berjalan berkali-kali di jurang kesedihan... tetap tak ada penyesalan.
"Wan'er... bangunlah... Wan'er..." Wang Lin menatap perempuan yang tertidur lelap itu, air mata tak henti mengalir.
Aku membalikkan seluruh langit dan bumi, hanya untuk meluruskan bayanganmu.
Aku memutar balikkan seluruh langit, demi hari itu takkan sanggup menghalangi matamu yang hendak terbuka.
Aku menghancurkan dengan paksa kehampaan tak berujung, hanya untuk membuka jalan... menunjukkan arah pulang ke rumahmu.
"Wan'er, aku suamimu! Aku ingin kau membuka mata dan bangkit!!!" Wang Lin membentak pilu ke langit. Waktu telah lama berlalu, namun perempuan dalam peti mati itu tetap memejamkan mata. Ini tak dapat kuterima, dan pasti takkan kuterima!!
"...Jangan menangis..." Di saat Wang Lin mengangkat kepala dan membentak pilu, sebuah tangan giok penuh kehangatan perlahan-lahan terangkat, menyentuh pipi Wang Lin.
Wang Lin seluruh tubuh gemetar, saat menunduk, dia melihat bulu mata Li Mawan bergetar halus, dan wanita itu membuka matanya.
Di dalam sorot mata itu terkandung kelembutan yang tetap sama selama ribuan tahun, serta belas kasihan yang menyentuh hati.
