Suara perempuan itu agak serak, tapi parasnya cukup menawan.
Meski pakaiannya tidak rapi, matanya masih berkabut, dan wajahnya penuh kesebaran, semua itu tidak mengurangi kesan kecantikannya.
Kakak-beradik Keluarga Lu minggir beberapa langkah. Perempuan cantik itu mengambil selembar kertas, menyobek perekat di belakangnya, lalu asal menempelkannya di papan informasi. Tanpa memeriksa hasil tempelannya, ia menguap lebar dan berjalan limbung hendak pergi.
"Kakak," panggil Lu Xin pada perempuan itu.
Si cantik menoleh kesal, pandangan berkabutnya melayang. Melihat yang memanggil adalah gadis kecil yang manis dan ramah, barulah nada bicaranya melunak, "Ada perlu, adik?"
Sedangkan Lu Li yang berdiri di sampingnya, sama sekali diabaikan.
"Kakak, poster yang ditempel itu terbalik!"
Si cantik akhirnya mulai sadar, kembali memeriksa dan ternyata memang terbalik.
Villa pemandangan Danau Xiaojing, menyewakan 3 kamar mandi pribadi, fasilitas bersama: gym, dapur... Konektor jaringan khusus game tipe IV-6... Sewa bulanan 8000-12000, info lengkap hubungi 182XXXXX001.
Setelah dibalik, Lu Li langsung memanggil si cantik yang hendak pergi begitu membaca isi poster.
"Masih ada apa lagi?" Alisnya berkerut, mata almondnya tiba-tiba memancarkan kesan garang, kontras dengan sikapnya pada Lu Xin sebelumnya.
"Kamar yang disewakan punya konektor jaringan khusus game tipe IV-6? Kau yakin ini tipe IV-6?" tanya Lu Li. Perhatiannya sepenuhnya tertuju pada hal ini, sama sekali tidak mempedulikan kecantikan lawan bicaranya.
IV-6 merupakan antarmuka khusus game tercanggih dengan biaya sangat tinggi, setidaknya dua ribu yuan per bulan. Karena memakan terlalu banyak sumber daya jaringan, pemasangannya dibatasi per wilayah. Meski kaya pun belum tentu bisa memasangnya.
"Tepat sekali, Mau sewa?" si wanita cantik menguap: "Maaf, kami hanya menerima penghuni perempuan."
"Kakak, Mahal banget." Lu Xin menarik tangan Lu Li, benar-benar ketakutan melihat harga sewa yang tertulis. Tunjangan pemerintah untuk kawasan kumuh selama setahun pun tak sampai delapan ribu yuan per orang, apalagi jarang diberikan secara tunai langsung.
"Harga ini sudah cukup adil, Xinxin. Di kawasan kampus sulit menemukan yang lebih murah dari ini." kata Lu Li.
"Bagaimana kalau kita ke kawasan permukiman rakyat biasa saja dulu? Nanti setelah ada uang baru kembali ke sini." Lu Xin tak ingin Kakaknya terlalu lelah. Sebenarnya lingkungan di kawasan permukiman rakyat biasa sudah membuatnya sangat puas.
"Manis sekali," Lu Li tak kuasa mengusap kepala kecil adiknya, "Kalau tinggal di sini, Kakak bisa mengirimmu ke Sekolah Menengah Afiliasi Pertama. Tingkat penerimaan perguruan tinggi di sana sangat tinggi, dan ada perlakuan khusus untuk nilai ambang batas. Kakak sangat berharap kamu bisa masuk sekolah terbaik."
"Tapi..." Lu Xin masih ingin berbicara, namun langsung dipotong Lu Li, "Dengarkan, urusan biaya tidak usah kamu pikirkan. Kakak yang akan menyelesaikannya."
Iklan ini tidak menerima penyewa pria, mungkin semua penghuninya perempuan. Tinggal di sana pun tidak praktis. Lu Li tidak memaksakan diri, melanjutkan pencarian untuk menemukan properti yang cocok, idealnya dengan antarmuka jaringan khusus game IV-6.
Antarmuka jaringan khusus game IV-6 benar-benar krusial, terutama bagi pemain Mode Bebas.
Tingkat virtualitas game tidak hanya bergantung pada helm game, tapi juga antarmuka jaringan. Kedua peristiwa ini harus terintegrasi untuk mencapai realisme maksimal. Helm Lu Li adalah model termurah, dan saat menggunakan antarmuka kuno di kawasan kumuh, delay dalam Mode Bebas sudah terasa jelas.
"Hei, kalian berdua." Kakak-beradik Keluarga Lu yang sedang berbisik-bisik membahas properti ini bagus, properti itu agak kurang, tiba-tiba mendengar suara panggilan dari belakang.
"Lho, kok kamu belum pergi?" Lu Li agak terkejut.
"Kalian kan bilang mau menyewa rumah, ikut aku." Tanpa menghiraukan respons kakak-beradik Lu, si cantik berbalik badan sambil mengentak-hentakkan sandal jepitnya yang berbunyi ceplas-ceplos, langsung memimpin jalan di depan.
Lu Li ragu sejenak sambil menarik lengan adiknya mengikuti, bertanya: "Bayar sewa per berapa bulan?"
"Deposit 3 bayar 3." Nadanya manis dan lesu, seluruh tubuhnya tampak tak bersemangat. Beberapa hari ini penyewa kebanyakan bermaksud tak baik, makanya dia batasi gender. Tapi Lu Li kelihatannya orang baik-baik.
"Tak masalah, bolehkah mulai bulan depan, sementara bayar satu bulan dulu." Lu Li bernegosiasi.
"Mengapa hanya satu bulan? Apa dalam satu bulan kamu akan jadi kaya?" Pikiran mungkin bermasalah, perhatian si cantik benar-benar unik. Di tempat lain, jika mendengar tidak bisa bayar penuh, mungkin langsung marah.
"Kaya sih tidak, tapi untuk bayar sewa pasti tidak masalah." Lu Li menjelaskan.
Sambil berbincang, mereka sudah sampai di depan villa. Pantas disebut kamar pemandangan, villa dua lantai ini dibangun tepi danau. Ada platform cukup besar yang menjorok dari bangunan utama menggantung di atas permukaan air, entah ada persiapan apa di sana.
"Kalau kamu memang dapat pekerjaan bagus, nanti tunjukkan kontraknya. Bagaimana aku bisa percaya... Tunggu dulu!" Si cantik membuka pintu, melangkah masuk tapi langsung berlari kembali menahan Lu Li. Ia berteriak ke dalam: "Aku bawa orang lihat rumah! Rapikan dulu, ada cowok..."
Dari dalam terdengar suara kegaduhan. Beberapa saat kemudian seseorang berteriak: "Oke, Kakak Huanhuan, boleh masuk sekarang!"
"Ruang tamu sangat luas, agak berantakan, namun pemandangan pakaian dalam berserakan di mana-mana tidak terlihat. Dua gadis duduk tegak di sofa, memandangi kakak-beradik Keluarga Lu dengan penasaran."
"Orang bilang burung sejenis berkumpul, tampaknya ada benarnya. Yang memakai baju biru danau itu memiliki wajah kekanak-kanakan, postur tubuh juga lebih mungil, tapi payudaranya sama sekali tidak kalah dengan dua lainnya. Sepasang mata besar yang berkilau membuatnya mirip gadis kawaii dari anime Jepang."
"Yang satunya terlihat lebih lemah gemulai, tenang dan anggun bagaikan kecantikan tinta dalam lukisan klasik yang meliuk ditiup angin bersama dedaunan willow."
"Silakan duduk. Kita tadi sampai di mana?" Gadis bernama Huanhuan menyangga dahinya, mencari posisi nyaman lalu meringkuk di sofa."
"Kakak Huanhuan, kan sudah janji mau menyewakan ke perempuan saja," kata gadis kawaii dengan tidak puas.
“Oh, aku melihat dia baik pada adiknya, jadi tiba-tiba jadi lemah hati.” Huanhuan menggaruk rambutnya yang sudah berantakan, terlihat agak kesulitan.
Gadis kawaii mengamati Lu Xin, tiba-tiba berseru seperti menemukan benua baru, “Dia lebih pendek dariku! Penampilannya hampir menyamai kelucuanku. Bagaimana kalau kita biarkan dia tinggal?”
“Doudou, dia masih kecil. Masih akan tumbuh lagi.” Gadis lemah mengingatkannya.
Meski Lu Xin sudah duduk di kelas 1 SMA, usianya baru 14 tahun. Cantik namun bertubuh pendek, hanya setinggi 150cm lebih.
“Yiyi Jie, berkata jujur tidak akan mati, kan?” Doudou berteriak marah. Gadis lemah itu menyembunyikan kepalanya dan diam.
“Sudah! Diam kalian!” Huanhuan tak sabar menyela, lalu menoleh ke Lu Li: “Baru saja kamu bilang mau menunda pembayaran sewa, ya?”
