Dalam latar belakang sejarah "Fajar", pernah terjadi peristiwa besar yang mempengaruhi secara mendalam.
Pada tahun itu, pertempuran sengit antara Malfurion dan Azshara membuat mantra-mata bangsa High Elf jatuh dalam kekacauan. Pusaran di Telaga Keabadian akhirnya meledak dan memicu serangkaian malapetaka. Ledakan dahsyat itu mengguncang fondasi kuil sekaligus menggemparkan seluruh benua dengan gempa bumi yang sangat kuat.
Benua tempat Lembah Abu-abu berada juga terkena imbasnya—daratan itu turun secara signifikan, air laut Laut Kabut mengalir balik membentuk Sungai Air Mancur Tebing. Meskipun arus sungai ini megah dan deras, tidak terjadi bencana.
Karena seluruh airnya terhuyung masuk ke dalam jurang kehampaan.
Ini adalah pusaran raksasa, Lu Li berdiri di atas batu karang di tepi pusaran itu.
Dia memeriksa ulang peralatan dan persediaan di tubuhnya, setelah memastikan semuanya lengkap, menutup mata lalu melompat.
Dalam pusaran raksasa ini, bahkan riak air pun tidak tercipta dari tubuh Lu Li yang terus tertarik gaya tarikan tak terhingga ke dasar jurang.
Saat ini tidak ada atas maupun bawah, di hadapannya putih bersinar, sesak napas datang begitu cepat, ditambah tekanan arus air, Lu Li bahkan mulai Terkuras HP. Ia buru-buru meminum ramuan penyembuhan tingkat menengah, lalu menggunakan skill Transformasi Anjing Laut.
Meski tetap tak bisa melihat apapun, juga tak bisa mengendalikan diri sendiri, setidaknya setelah bertransformasi menjadi anjing laut, HP-nya tidak lagi terkuras.
Seolah telah berlalu waktu yang sangat lama, Lu Li merasakan dirinya akhirnya terlempar keluar.
Andai bukan untuk skill hebat Tudung Bayangan ini, dibunuh pun ia tak ingin merasakan lagi sensasi berputar seperti ini. Dengan ketabahan pikiran dan ketangguhan luar biasa Lu Li sekalipun, ia harus meringkuk di tanah muntah-muntah lama sebelum bisa bangkit.
Di luar masih ada arus deras. Kini Lu Li berdiri di sebuah gua bawah tanah.
Hoki lumayan, setidaknya terlempar masuk ke sini.
Faktanya, sebagian besar orang yang meminum ramuan pernapasan bawah air turun ke sini mungkin tidak akan terlempar tepat ke gua ini sampai mati, hanya Druid yang bisa berubah menjadi anjing laut yang memiliki kesempatan lebih besar.
Yang pertama menemukan gua ini di kehidupan sebelumnya adalah seorang Druid, anggota malang itu tersedot ke pusaran, enggan mati, entah berapa lama terjebak di pusaran, akhirnya terlempar ke gua ini.
Gua ini tidak berkelok-kelok, ujungnya terlihat oleh mata telanjang.
Di sana ada Pintu Batu tebal yang diukir dengan pola-pola kuno namun mistis.
Mendekat sedikit, Lu Li membaca tulisan di atasnya.
"Tyrande? Benarkah ini suaramu? Setelah sepuluh ribu tahun lamanya dalam kegelapan, suaramu masih seperti Moonlight murni yang menyinari hatiku."
Kalimat yang sangat absurd, membuat orang bingung.
Di posisi tengah terdapat lubang kunci yang sangat mencolok.
Lebih tepat disebut sebagai pusat formasi blokade daripada lubang kunci. Skill Membuka Gembok pencuri sekelas apapun takkan mampu membuka Pintu Batu ini.
Lu Li mengeluarkan kunci dari tangannya, memasukkan ke lubang tersebut. Ukiran di pintu mulai bergerak-gerak, formasi hexagram menyala satu per satu. Setelah beberapa saat, pintu batu bergemuruh mundur ke belakang.
Di sini terkunci seorang tahanan, atau lebih tepatnya perpanjangan diri dari sang tahanan.
Target Lu Li adalah membunuhnya untuk mendapatkan skill book Tudung Bayangan yang memiliki tingkat drop 100 persen.
Di dalam sel tua ini, penjaga elf Lapisan Atas telah mati selama bertahun-tahun karena terkikis waktu. Mereka menjelma menjadi hantu yang selalu siap membunuh petualang yang memasuki ruang ini.
Cuma monster elite biasa level 20, Lu Li langsung membunuh mereka. Pada pertarungan terakhir, terlihat proyeksi Illidan yang berjongkok di atas altar.
Matanya buta, memegang dua bilah pedang dingin berkilauan di tangannya, tetap berjongkok tanpa gerakan.
"Ini hanyalah sebuah bayangan samar, bayangan yang masih dipenjara, telah lama dilupakan baik oleh musuhnya maupun dirinya sendiri. Beberapa orang yang lebih sensitif berkata, bayangan ini memuat kerinduan pihak terkait terhadap Tyrande—kerinduan sepuluh ribu tahun."
Berubah menjadi seekor burung gagak, Lu Li perlahan melayang di atas tiang Totem di pusat aula.
Ini juga bisa dianggap sebagai BOSS yang bisa dimanfaatkan topografi, hanya saja jauh lebih sulit dibanding Ksatria Hantu.
Sebuah panah melesat, mengumumkan dimulainya pertempuran.
"Kamu bukanlah orang yang berjalan di jalan kegelapan, tidak ada tempat bagimu di sini, night elf!" Bayangan samar itu menjaga harga diri, berkata pada Lu Li. Sikapnya tenang, tidak menunjukkan amarah meski diserang. Kenyataannya, dalam aliran waktu lebih dari sepuluh ribu tahun, dia sudah tidak akan marah lagi karena hal kecil seperti ini.
Lu Li mengabaikannya, terus-menerus tenggelam dalam menembakkan panah.
Ini adalah Pemburu Iblis terkuat dalam latar belakang sejarah "Fajar", keraguan sekecil apa pun bisa menjadi celah untuk tergoda olehnya.
Tentu saja, jika Lu Li ingin berganti profesi menjadi Pemburu Iblis, dia bisa berbincang baik-baik dengannya. Siapa tahu bisa menemukan petunjuk darinya. Namun sebagai pemain night elf dari Kubu Terang, Lu Li sama sekali tidak akan mengorbankan masa depan cerahnya untuk bergabung dengan iblis.
Kubu jahat tidak setara dengan kejahatan, bahkan mereka adalah musuh bebuyutan para iblis.
Begitu Lu Li menjadi Pemburu Iblis, dia harus menghadapi pengepungan bersama dari pemain kedua kubu.
Melihat bujukan tidak mempan, bayangan samar akhirnya bertindak. Dengan mengayunkan pedang ganda di tangannya, mantra mirip panah bayangan menghantam Lu Li dan langsung menguras separuh darahnya.
Lu Li tampaknya sudah mengantisipasi hal ini. Dengan tenang dia mengeluarkan botol ramuan dan meminumnya.
Bayangan samar bergulat di atas altar, berusaha menerjang untuk menghancurkan elf kecil ini yang berani menantangnya. Kilatan cahaya samar muncul dari enam pilar di sekeliling altar, memunculkan belenggu-belenggu yang mengikat erat bayangan tersebut.
Setelah berjuang sia-sia beberapa saat, bayangan samar itu kembali melepaskan serangan mantra.
Darah Lu Li langsung tersisa sedikit. Untungnya bayangan ini sebenarnya adalah BOSS jarak dekat dengan waktu tunggu serangan mantra yang cukup panjang, kalau tidak nyawanya sudah melayang.
Skill berikutnya adalah Pemakan Sihir, yang bisa langsung menguras habis MP seorang pemain secara acak.
Tidak perlu acak-acakan lagi, di sini hanya ada Lu Li seorang.
Penghisap Sihir sama sekali tidak mengancamnya, malah memberinya waktu pemulihan. Akhirnya dengan menggunakan ramuan penyembuhan tingkat menengah, bar darahnya kembali penuh.
Panah yang digunakan Lu Li saat ini sudah beralih ke Panah Taring Serigala dengan serangan 6-7, seharga 40 koin perak per ikat. Dengan daya tahan lima, artinya setiap 5000 kali tembakan akan menghabiskan 40 koin perak - benar-benar investasi besar.
Sekelompok besar orang bergerak megah mendekati tepi Abyss Kehampaan.
"Koordinat yang dua kali berturut-turut ditunjukkan sistem ada di wilayah ini, tapi tak terlihat jejaknya. Apa sistem mengalami error?" Xiu Ni Yilian Guai Wo Lo mengerutkan kening.
"Sistem mustahil error! Periksa lebih teliti, masa iya dia bisa menyelam ke tanah?" Riuh Rendah Serigala merengut, memerintahkan para pemain untuk menyebar dan mencari.
Kali ini jumlahnya lebih besar, mencapai tiga hingga empat ratus orang, sebagian besar dari guild Jinyiwei.
Para pemain independen yang menerima penawaran hadiah, melihat investasi besar Jinyiwei ditambah dendam lama, mulai menghidupkan kembali niat mereka. Banyak yang datang, berpegang pada prinsip 'biarkan Jinyiwei yang maju duluan', mengikuti dari belakang sebagai figuran.
“Dia benar-benar bisa menyelam ke tanah.” Tatapan Mata Kanan berdiri di tebing dekat Abyss Kehampaan, menatap pusaran raksasa dengan ekspresi tertegun seperti patung.
“Maksudmu dia mungkin ada di bawah sana?” Riuh Rendah Serigala dipanggil mendekat, setelah lama menatap pusaran itu tiba-tiba ia merasa lidahnya agak kering.
“Hanya penjelasan ini yang masuk akal, kecuali dia sedang menggali jebakan lagi untuk kita.” Tatapan Mata Kanan juga tidak yakin sepenuhnya.
“Bagaimana kalau kita kirim orang untuk mencoba?” Xiu Ni Yilian Guai Wo Luo mengusulkan.
