Saat Lu Li sedang melakukan pengamatan, para pemain di bawah akhirnya berhasil mengumpulkan 200 orang dan memulai Guncangan terhadap kubu Penjaga Kiamat.
Komandan utama adalah penyihir dari Ibu Kota Kejayaan itu, ID-nya bernama Seperti Mimpi, seorang jagoan ternama di kalangan game. Hanya jagoan dari serikat besar seperti ini yang mampu melakukan Upaya Setengah Hati memimpin pemain lintas kubu.
Kebenaran mutlak "tenaga massa mengalahkan segalanya" kembali dikonfirmasi. Sebuah Penjaga Kiamat level 27-28 langsung menerjang tanah tanpa sempat membuat ulah di bawah gempuran padat ratusan pemain.
Namun tugas tentu tidak sesederhana ini, setidaknya tidak bisa diselesaikan dengan cara kasar seperti ini.
Di depan, terompet suram berbunyi. Sekitar sepuluh Penjaga Kiamat berbaris menghentakkan langkah berat, menekan pertahanan yang dibentuk para pemain. Postur tubuh mereka tinggi besar, pedang besar di tangan memberikan efek menggemparkan yang sulit diungkapkan.
Ekspresi Komandan langsung berubah, dorongan untuk mengumpat menggelegak dalam hati.
Kalian ini kan monster! Bukannya harus berdiam di sana menunggu kami menarik dan membunuh kalian semua, kenapa malah terorganisir dan disiplin begini!
Mungkin karena pertama kali melihat pasukan NPC, para pemain pun kacau balau.
MT di barisan depan terus mundur, bahkan ada yang kabur membalikkan badan demi menghindari turun level. Lagi pula ini cuma kumpulan amatiran yang dikarang-karang.
"MT tahan posisi, healer terus menyembuhkan! Kalian mau menyelesaikan tugas atau tidak? Kumpulkan semangat, tidak ada jalan mundur!" Komandan Ru Mengsihuan berteriak keras, tangannya berkeringat saat pertama kali melihat pasukan NPC sekuat ini, tapi berusaha tetap tenang.
Teriakannya membuahkan hasil. Beberapa MT dengan peralatan cukup bagus berhasil menahan serangan Penjaga Kiamat.
Para healer buru-buru menyembuhkan, sementara pemain lain semua menyerang dari belakang.
Lu Li yang bersembunyi di kejauhan akhirnya lega melihat ini. Yang paling ditakutkannya adalah mereka menyerah - menghadapi puluhan Penjaga Kiamat sendirian, sekuat apapun pasti takkan sanggup.
Tugas perubahan pekerjaan memang tidak mudah untuk siapa pun, tapi tidak sampai membutuhkan tim besar lebih dari 200 orang. Kalau memang segitunya, mungkin butuh dua bulan lagi sebelum banyak pemain bisa sukses bertransisi.
Game untuk semua kalangan juga mengizinkan sebagian orang menjadi jagoan demi mendorong persaingan. Semua berlomba-lomba baru seru. Tapi jika tugas perubahan pekerjaan hanya menjadi paten segelintir orang, sementara pemain biasa tak bisa beralih pekerjaan, itu artinya game ini sudah di ambang kiamat.
Tak ada yang mau jadi daun hijau.
Saat ini, selain Lu Li, tak ada yang tahu rahasia ini.
Yaitu tingkat kesulitan tugas perubahan pekerjaan memiliki batasan. Misalnya di peta top-tier level S ini, kesulitan tugas bisa dianggap seratus poin.
Dari seratus poin itu, rawa harusnya menyumbang minimal tiga puluh poin. Tujuh puluh poin sisanya ada di hadapannya.
Membunuh Penjaga Kiamat ini sangat sulit. Dua ratus orang melawan belasan saja harus kehilangan anggota tim. Lu Li memperhitungkan, menganggap mereka sebagai lima puluh poin kesulitan sama sekali tidak berlebihan.
Sisanya? Kurang dari dua puluh poin.
Ini berarti Rethil'Hadir sebenarnya mudah dibunuh, mungkin hanya sedikit di atas level elit guild biasa.
Lu Li tahu, itu karena dia terlahir kembali. Anak-anak malang yang masih bertarung mati-matian melawan Penjaga Kiamat ini tidak tahu. Menurut pola pikir inersia, dengan banyaknya "monster kecil" kuat yang melindungi satu anggota, maka BOSS ini pasti sangat kuat.
Lu Li masih menunggu. Dengan begitu banyak Penjaga Kiamat dan Elf Merosot di altar, jika dia naik sekarang bukan saja tidak bisa membunuh Rynethak, bahkan menyentuhnya sedikit pun akan membuatnya mati dikeroyok.
Suara terompet semakin nyaring! Satu regu 20 Penjaga Kiamat dan satu regu 20 Elf Merosot penyihir pengendali muncul!
Ini namanya mengganggu orang!
"Dewa game, harus bagaimana?" Komandan sementara Kubu Terang ini wajahnya sudah menghijau. Dengan penuh ketidakberdayaan ia menatap Ru Meng Si Huan, berharap dia punya gagasan bagus.
“Apa lagi yang bisa dilakukan, pasukan datang halangi dengan perisai, air datang timbun dengan tanah. Apa Kamu berniat menyerah begitu saja?” Ru Meng Shi Huan berteriak penuh semangat: “Jika pemain Kubu Terang kalian semua pengecut, minggirlah! Biar kubu jahat yang mengajarkan kalian jadi jantan.”
Perkataan ini terlalu menyakitkan. Pemain dari kedua kubu terstimulasi, tak peduli risiko tewas, mereka maju berkorban bak pahlawan.
Lu Li berdiri tak jauh dengan senyum dingin membisu. Dari sudut pandangnya, seluruh medan pertempuran terlihat jelas. Ia menyaksikan mayoritas yang tewas dalam pertempuran adalah pemain Kubu Terang. Meski ada sebagian dari kubu jahat, kebanyakan pemain soliter.
Pasukan utama Ibu Kota Kejayaan belum tersentuh kerugian berarti.
Jika tebakan tepat, mungkin masih ada pasukan besar Ibu Kota Kejayaan yang sedang dalam perjalanan, bahkan mungkin sudah menyusup di belakang.
Kemampuan memimpin Rumeng Sihuan sulit dinilai, namun taktiknya dalam mengorbankan rekan satu tim ini benar-benar luar biasa.
40 monster sudah bukan hal yang bisa diatasi dengan santai oleh 200 orang. Hampir setiap gelombang serangan disertai korban jiwa beberapa orang. Fireblast dari Pengendali Sihir Elf Merosot sangat mengerikan, dan efeknya bisa ditumpuk. Hanya Ksatria MT dengan pertahanan mantra yang lebih tinggi yang bisa bertahan lebih lama.
Dari banyaknya pemain ini, tidak semua terbawa euforia darah berdesir panas. Beberapa yang lebih cerdik sudah mulai mundur.
Sayangnya, respons mereka yang terjebak dalam situasi ini terlalu lambat. Yang menyambut mereka adalah badai salju dari belasan penyihir sekaligus. Darah menetes di mana-mana saat pemain Ibu Kota Kejayaan merobek-robek aliansi yang sebelumnya dibuat.
Aliansi tanpa kredibilitas ini bahkan memiliki durasi keberadaan kurang dari setengah jam.
Komandan Kubu Terang mendengar raungan itu, menoleh dan langsung terpaku. Ia melompat ke depan, mengguncang kerah baju Ru Meng Si Huan: "Apa yang kalian lakukan? Lihat hasil perbuatan kalian!"
"Menghadapi desertir, harus tegas." Ru Meng Si Huan berkata dengan wajah serius.
"Lalu dari mana munculnya orang-orang ini?" Komandan yang bermain game ini mungkin kemampuannya biasa, tapi tidak ada yang bodoh.
Di belakang mereka muncul sekitar 70-80 orang dengan peralatan tinggi. Penyihir di tengah kelompok inilah yang menciptakan "pembantaian berdarah" yang membuat hati dingin tadi. Mereka menunjukkan wajah garang, seolah ingin membabat habis pemain Kubu Terang.
"Menerima kekalahan saja, kita pergi." Menahan komandan yang emosional, 30-40 pemain tersisa meninggalkan Penjaga Kiamat dan Elf Merosot, memusatkan pertahanan pada "sekutu" mereka.
Ditambah yang dibunuh monster, dari lebih dari seratus pemain Kubu Terang tersisa kurang dari setengah.
"Misi belum selesai, kok sudah mau kabur." Ru Meng Shi Huan menyeringai dingin, di matanya orang-orang ini bukan lagi sekutu, bukan ancaman, melainkan tumpukan peralatan dan poin penilaian tugas.
"Tugas kita memang akan gagal, tapi apa kamu yakin mau menahan kami?" Komandan Kubu Terang berteriak penuh kepahitan, "Aku cuma punya serikat kelas dua, tapi aku berani bersumpah di sini: Jika hari ini tidak ada kejelasan, serikat kami akan fokus mengganggu pemain-pemain Ibu Kota Kejayaan yang sendirian!"
