Berbeda dengan remaja di hadapannya ini, memakai kaos sepuluh yuan tapi punya kartu berisi satu juta.
"Remaja, kamu membuat saya terkejut. Namun selain itu, masih ada biaya lanjutan yang jauh lebih besar. Ini akan menentukan sejauh mana adikmu bisa disembuhkan." Dokter tua akhirnya menganggap Lu Li sebagai objek percakapan yang serius, meski dalam hatinya masih meragukan kemampuan pemuda itu untuk menyembuhkan adiknya sepenuhnya.
Baiklah, dia meremehkan tekad seorang pecandu adik perempuan.
"Sebulan lalu, saya masih tinggal bersama adik di rumah petak bocor di kawasan kumuh. Sekarang tidak hanya pindah ke area villa kampus, tapi juga berhasil mendapat satu juta." Lu Li tidak membuktikan apapun dengan berteriak, dia hanya menyatakan fakta.
Pernyataan sederhana ini lebih persuasif daripada menunjukkan surat keterangan penghasilan. Dokter tua itu sendiri tak tahu mengapa bisa menerima fakta ini dengan mudah.
"Baiklah, orang tua memang berpikiran sempit. Mari kita bahas kerangka besar rencana pengobatan dulu," kata dokter tua itu.
"Segala sesuatu kumohon pada Tuan, aku hanya memiliki satu keluarga ini." Lu Li memilih percaya pada Tuan tua yang terlihat bijaksana dan terhormat ini. Di kehidupan sebelumnya, dokter-dokter itu tidak memiliki kesabaran seperti ini.
"Pemeriksaan fisik hanyalah pemeriksaan yang dangkal. Pasien harus datang ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan yang lebih menyeluruh, kemudian aku akan mengorganisir ahli di bidang ini untuk konsultasi, tidak terbatas pada rumah sakit ini..." Tua dokter itu sepertinya berusaha memastikan satu juta yang dibicarakan sebelumnya benar-benar sepadan dengan harganya, menjelaskan beberapa aspek dengan sangat detail.
Percakapan berlangsung selama satu pagi, mencapai rencana pengobatan awal yang sederhana. Lu Li mengajak dokter tua itu makan siang, namun ditolak.
Tampaknya memiliki kesan baik pada Lu Li, dan dia masih ingat adik perempuan Lu Li yang seperti elf kecil itu. Dokter tua itu berjanji akan melakukan segala cara untuk mengikuti perkembangan kasus medis ini, serta menggunakan hubungan pribadi untuk menghubungkan Lu Li dengan donor jantung yang memenuhi syarat.
Saat pulang, Lu Li mampir ke sekolah. Dia berdiri di luar jendela sekolah, mengawasi adik perempuannya yang sedang berada di dalam kelas.
Teman sebangkunya sedang berbicara sesuatu dengan gerakan melompat-lompat kegirangan, sementara dia hanya tersenyum simpul. Lu Li belum pernah mengamatinya dari sudut pandang orang ketiga seperti ini.
Sinar matahari menerobos jendela kaca, menyinari wajahnya yang berkulit sejernih giok.
Gadis kecil yang dulu selalu merengek minta digendong itu telah tumbuh dewasa, tak lagi menjadi bayangan dalam ingatan.
Perasaan aneh sedang diawasi membuat Lu Xin menoleh, dan melihat kakaknya berdiri di tepi taman bunga dengan pakaian lusuh dan topi lucu di kepala...
Bunga mawar September merekah sempurna, merah pekat bak darah.
"Kakak!" Mata Lu Xin berbinar, tubuhnya berputar seperti gasing sebelum berlari menerjang masuk ke pelukan Lu Li.
"Baru pulang dari Rumah Sakit, sekalian menjengukmu. Sudah makan?" Lu Li memeluknya erat, enggan melepas meski akhirnya terpaksa melepaskan pelukan.
"Iya, masakan Kakak Huanhuan enak sekali. Aku membantu mencuci piring." Lu Xin mengangguk.
"Kamu lanjutkan kelas saja, nanti malam ada hal yang ingin kubicarakan." Lu Li melihat ada murid yang hendak keluar dari ruang kelas, dengan pasrah meraba rambut adiknya lalu menyuruhnya kembali.
Setelah pulang, Lu Li langsung masuk ke dalam game.
Jangan katakan bermain game saat adik sedang sakit, jangan tuduh dia menyia-nyiakan waktu. Segala harapannya tertumpu pada game ini. Berusaha menghasilkan uang demi adiknya.
"Akhirnya kamu online! Paviliun Hujan Ringan mengajak kita masuk dungeon. Katanya kamu hanya meminta 200 emas." Begitu Lu Li muncul di tavern yang telah dijanjikan, Piao Ling langsung menggerutu.
"200 emas itu sudah lumayan..." Biru Muda Laut Angin berbisik membela.
"Diam kau! Lihat betapa kecilnya ambisimu." Piao Ling mulai menganalisis: "...Dari ratusan Serikat Pekerja besar di 'Fajar', belum ada satu pun yang berhasil menaklukkan Tambang Maut. Tahukah kalian arti penaklukan Tambang Maut bagi mereka?!"
Anggota tim lainnya duduk tegak, bagaikan adegan murid yang sedang menerima instruksi.
"Jika kamu dan Elf Air benar-benar punya hubungan spesial, sebenarnya dengan menyetujui order mereka saja sudah termasuk perlakuan khusus. Kita tidak bisa memberi konsesi harga. Tujuan kita masuk game adalah untuk menghasilkan uang."
"Benar, menghasilkan uang!" Xiao Ba Jiang mengacungkan tinju, lalu segera menundukkan kepala saat melihat yang lain tidak ikut bersemangat.
"Awalnya aku ingin Biru Muda Laut Angin yang dapat bagian ini. Apakah yang lain juga harus ikut dibagi?" Lu Li bertanya ragu. Ia hanya berpikir Biru Muda Laut Angin layak mendapatkannya, sementara ketidakhadiran anggota lain tidak akan berpengaruh.
Dengan DPS tim dan kemampuan menyembuhkan saat ini, bahkan jika mengganti MT biasa seperti Piao Ling sebenarnya sudah cukup untuk menyelesaikan dungeon Elite.
"Tentu harus dibagi." Piao Ling sama sekali tidak bermaksud memperjuangkan hak partner-nya, "Dia cukup ambil 50%, sisanya dibagi anggota lain. Untuk kasus serupa di masa depan kita bisa pakai sistem bagi hasil seperti ini. Ini tidak termasuk kerja sampingan."
"Aku tidak keberatan." Biru Muda Laut Angin segera menyatakan persetujuannya.
"Tidak perlu kamu memberikan pendapat. Kalau nemu peralatan MT juga jangan malu-malu ambil, yang hakmu ya ambil. Ramuan-ramuan juga minta saja ke mereka. Kali ini sudah terjadi, lain kali negosiasi bisnis serahkan padaku. Aku pasti bakal buat mereka bayar 500 keping emas!" Piao Ling yang perhitungan sampai detail ini benar-benar tidak cocok dengan citranya.
Kecantikan, baik perempuan maupun laki-laki, bukankah seharusnya terkesan seperti makhluk surgawi yang tak tersentuh duniawi?
Lu Li agak bingung. Sebenarnya sikapnya selalu santai saja. Tujuh orang membagi 100 keping emas, masing-masing dapat belasan keping saja.
Dia teringat masih punya banyak barang di tas, langsung menumpahkan semuanya di meja lalu memanggil yang lain untuk memilih.
"Tunggu..." Piao Ling menghentikan Biru Muda Laut Angin yang ingin langsung menerjang, "Ini bukan peralatan yang didapat tim, tidak bisa asal kita ambil. Kita harus membayarnya."
Tentu harganya harga internal, jauh lebih murah dibanding di trading post.
Para pelaku lainnya juga merasa cukup masuk akal, tidak ada keberatan. Lu Li tanpa konfirmasi, tapi dia rasakan penjadwalan Piao Ling lebih rasional. Mungkin tim resmi memang harus seperti ini.
Tumpukan peralatan ini sebagian didapat Lu Li dari menjatuhkan pemain saat tugas perubahan pekerjaan, ada juga yang dijatuhkan Rhein Sak. Setelah keluar, banyak pemain yang membunuh Jinyiwei yang memonopoli area. Kemudian pergi ke Lembah Warsong...
Puluhan item semuanya kelas Besi Hitam.
Mendengar harus membayar, beberapa orang malah semakin percaya diri memilih. Hua Di Li Qing mengambil sepatu +3% kecepatan. Piao Ling menaksir harganya lima koin emas, lebih murah dari trading post. Yang penting, trading post tidak menjualnya.
Sepatu Kulit Gesit bekas Lu Li dibawa Can Meng. Efek tambahan kecepatannya luar biasa. Piao Ling sebenarnya ingin taksir 20 koin emas, tapi Lu Li mengalah untuk Pemburu kecil, tetap menerima lima koin emas.
Para pelaku lainnya juga mendapatkan peralatan yang memuaskan.
Meski Piao Ling ikut tim acak, dia cukup cerdik, berpenampilan menawan, dan peralatannya tidak buruk. Sayangnya di sini sangat sedikit peralatan MT, tidak ada satu pun yang bisa dia pilih.
Peralatan Sesame Paste Tangyuan terbilang biasa. Item yang dia dapatkan di Surga Ketujuh tidak dibawanya keluar, sebagian besar pakaiannya adalah barang umum yang bisa dibeli di trading post. Di tumpukan peralatan Lu Li ini, dia benar-benar menemukan beberapa item yang cocok.
Xiao Ba Jiang memilih dengan semangat selama setengah hari, tapi tidak menemukan apa-apa. Perlengkapannya sudah sangat bagus.
Perlengkapan pemain tugas tidak akan kalah jauh dari pemain dungeon, dengan premis: kamu harus bisa menoleransi kerumitan misi, plus memiliki kemampuan analisis yang lebih unggul.
"Ngomong-ngomong, ada satu cincin lagi." Lu Li mengeluarkan Cincin Angin tersebut.
Perak, dengan properti yang meledak-ledak.
"Gila! Harus merekrut Shamans nih. Dengan equipment ini, langsung bakal sok tanpa teman!" Biru Muda Laut Angin berteriak-teriak.
“Kalau bicara soal merekrut orang, kita harus bernegosiasi.” Piao Ling juga terpana oleh cincin itu, tapi yang jadi perhatiannya adalah kapan penyihir baru bisa direkrut.
