Kemungkinan besar orang ini tidak punya peralatan yang lebih baik dari jubah ini.
Jubah perak, benar-benar item langka tanpa teman sebanding.
Lu Li berani bertaruh, ini pasti jubah perak pertama di game.
Jubah lebih sulit didapatkan dibanding peralatan lain, apalagi jubah berkualitas.
Hutan Berbisik (Perak): Armor 15, +10 Intelejensia, +5 Konstitusi Fisik, Waktu Tunggu mantra alam -20%, efek mantra alam +20%, efek tambahan: Ketika Druid memasuki bentuk Pohon Kehidupan, efek penyembuhan meningkat 10% tambahan. Eksklusif Druid, Membutuhkan Level 15, Daya Tahan 45/45.
Ini benar-benar senjata pamungkas untuk Druid penyembuh.
Bentuk Pohon Kehidupan adalah salah satu mantra transformasi Druid, setelah berubah akan terlihat seperti bibit pohon kecil yang imut.
Jangan remehkan bibit pohon ini. Dalam bentuk Pohon Kehidupan, efek penyembuhan Druid meningkat 15%, nilai Armor naik 120%, dan membuat penyihir kebal terhadap efek transformasi.
Selain itu, beberapa mantra penyembuhan akan diperkuat sementara dalam status transformasi ini.
Jubah ini membuat bentuk Pohon Kehidupan yang sudah meningkatkan mantra penyembuhan menjadi semakin kuat - setelah peningkatan 15%, tambahan 10% ekstra!
Lu Li terus bergerak di Lembah Warsong, baik di kubu Terang maupun kubu jahat, baginya tidak ada perbedaan.
Semuanya terlihat seperti peralatan berjalan satu per satu.
Baru setelah log out, Lu Li mengirimkan peralatan tersebut ke Shen Wansan via pos.
Setelah bangun, waktu sudah menunjukkan malam.
Tiba lagi waktu login, tapi kali ini Lu Li tidak buru-buru masuk game, duduk diam di ruang tamu yang lampunya dimatikan.
Sejak terlahir kembali, terus sibuk mencari uang sampai tak sempat menapak tanah.
Bahkan jarang dia bisa duduk tenang seperti ini.
Terakhir kali melamun seperti ini adalah saat berusaha keras mengingat wajah ayah-ibu, tapi dalam kenangan bahkan bayangan paling samar pun hampir tiada.
Usianya baru 23 tahun. Jika ditambah tiga tahun kehidupan sebelumnya, total 26 tahun, tapi lebih berliku dari orang tiga puluh tahun.
Selama lebih dari dua dekade hidup yang bisa diingatnya, semuanya adalah persoalan antara dirinya dan adik perempuan.
Saat masih sangat kecil, sebenarnya dia punya kesempatan diadopsi oleh keluarga sejahtera. Tapi dia menolak, karena dia bukan sendirian - dia punya adik perempuan.
Ketika mulai beranjak remaja, dia bisa saja terjerumus mengikuti kelompok preman. Tapi tidak, karena dia bukan sendirian - dia punya adik perempuan.
Otaknya cerdas, seharusnya bisa menempuh jalan pendidikan untuk melepaskan status warga kelas bawah. Tapi dia mengorbankannya, karena dia bukan sendirian - dia punya adik perempuan.
Separuh hidupnya dihabiskan dengan saling mengandalkan bersama sang adik.
Lu Li tak bisa melihat wajahnya sendiri. Dia tak tahu betapa lembut ekspresinya dalam kegelapan itu.
Suara berisik di pintu. Lu Xin masuk sambil menenteng tas sekolah. Baru setelah menyalakan lampung, dia melihat kakaknya duduk di sofa.
"Kakak, kenapa tidak bekerja?" Lu Xin tetap berpendapat bermain game adalah pekerjaan. Kakaknya bukanlah pengangguran.
"Belum login. Ada yang ingin kubicarakan. Kenapa pulang selarut ini?" Lu Li melirik jendela. Diluar sudah gelap gulita.
“Ada teman sekelas baru yang berulang tahun, orangnya baik sekali. Kita makan barbekyu bersama.” Lu Xin agak bersalah, buru-buru memberikan penjelasan jujur.
“Laki-laki?” Alis Lu Li hampir berkerut membentuk tetesan air. Gadis kecilnya sepertinya mulai dewasa, sudah sampai usia yang menarik sorot mata cowok.
“Cewek kok, tinggalnya tak jauh dari kita, juga di kompleks perumahan ini.” Lu Xin tergesa-gesa menjelaskan.
“Makan barbekyu tidak baik untuk kondisi fisik.” Suara Lu Li terdengar tak tega.
Jantung yang tak sehat membutuhkan pantangan ketat. Banyak camilan kesukaan gadis-gadis muda akan menjadi tabu.
“Tapi rasanya enak banget.” Si kecil mulai merajuk. Dulu bahkan makan nasi saja susah, mana ada uang untuk barbekyu. Baru setelah pindah dari kawasan kumuh, dia mendapat kesempatan menikmati hidangan lezat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
“Jangan makan lagi ke depannya.” Lu Li menghela napas sedih.
“Maaf, Kak. Aku memastikan tidak mengulanginya lagi.” Lu Xin berkata dengan suara gemetar.
“Xinxin, ada sesuatu yang harus kubicarakan padamu, tapi…” Lu Li tak tahu bagaimana menyampaikannya.
Seorang gadis remaja yang sedang mekar, harus diberi tahu bahwa dia mengidap penyakit berat langka, perlu menjalani perawatan rumit, dan membutuhkan biaya sebesar angka astronomi...
Ini benar-benar kejam.
“Kakak, sebenarnya masalah apa ini? Bukankah kita sudah berjanji tidak saling menyembunyikan apa pun?” Lu Xin duduk di sisi Lu Li, memiringkan kepala kecilnya sambil menggenggam lengan kakaknya.
“Hasil pemeriksaan kesehatan sudah keluar, dan… hasilnya sangat serius.” Lu Li mengeraskan hati, memutuskan untuk jujur.
“Ah, kalau begitu…” Suara Lu Xin gemetar.
Kakak yang berhasil menghasilkan uang dari game, mereka baru saja pindah ke rumah besar, semuanya seolah mulai membaik. Siapa sangka justru dari mulut kakaknya terdengar kabar seperti ini.
“Xinxin, jangan takut, tidak apa-apa.” Lu Li memeluk erat adiknya.
“Seberapa parah…?” Suara gadis kecil itu mulai tersedu-sedu.
Dia tidak bertanya siapa di antara kakak adik itu yang bermasalah. Mereka hampir tak bisa dibedakan, siapa pun yang bermasalah, tidak ada perbedaan.
"Sangat serius, tapi kamu harus percaya pada Kakak. Aku pasti bisa menyembuhkanmu, aku memastikan." Lu Li berkata dengan tegas: "Tak ada yang bisa merebutmu dariku, kecuali aku mati."
"Kak, aku akan nurut." Badan Lu Xin tak berdaya bersandar pada Lu Li, air mata terus mengalir deras.
"Pertama, kamu harus menjalani pemeriksaan menyeluruh. Untuk sekolah, jika perlu kita akan mengajukan cuti satu tahun." Lu Li tenanglah dengan cepat, kenyataannya, dia telah mempersiapkan ini terlalu lama.
"Maaf, Kak." Suara tangis Lu Xin akhirnya tak tertahan lagi.
Harus cuti sekolah satu tahun? Ternyata sudah separah itu?
Dia hanya merasa diri menjadi beban. Kakaknya telah mengorbankan terlalu banyak barang untuknya, sementara dia hanya bisa pasif menerima. Justru ketika hidup mulai membaik, dirinya malah menjadi penghambat.
"Dasar gadis bodoh, ngomong sembarangan." Lu Li melihat air mata adiknya, seluruh tubuhnya panik, hanya bisa menggunakan tangan mengusap secara sembarangan.
"Kalian kenapa?" Suara terdengar, berasal dari Zhou Huanhuan yang terganggu keributan.
Tak lama kemudian, Yang Liu dan Dou Jingjing juga mendekat mendengar suara tersebut.
Terpampang di hadapan mereka pemandangan kakak beradik itu hampir berpelukan sambil menangis.
"Tidak ada apa-apa." Lu Li langsung bersikap dingin, terhadap orang selain adiknya, dia belum belajar cara bergaul dengan hangat.
"Kakak Huanhuan, aku..." Lu Xin melepaskan diri dari Lu Li dan berlari mendekat, berkata gemetar: "Bisa tidak kamu meminjamkan aku uang? Nanti aku kembalikan kalau sudah besar."
Tiga tuan tanah perempuan itu ternganga, sama sekali tidak mengerti kenapa bisa seperti ini.
Apakah kakak beradik ini sedang bertengkar?
"Xinxin!" Lu Li meningkatkan nada suaranya, rasa tak senang mulai muncul di hatinya.
“Jangan pedulikan dia, Xinxin. Sebenarnya apa yang terjadi? Kami akan membelamu.” Dou Jingjing menarik Lu Xin ke belakangnya, mengambil sikap seolah ingin melawan Lu Li bersama gadis itu.
“Aku sakit. Mungkin butuh banyak uang. Bisakah kalian meminjamkanku dulu? Nanti akan kukembalikan dengan bekerja keras. Jangan biarkan kakakku sendirian...” Suara Lu Xin tertahan di punggung Dou Jingjing, air matanya bercucuran seperti sungai.
Dia tidak khawatir apakah dirinya bisa sembuh. Yang ditakutkannya hanyalah kakaknya akan kelelahan.
“Lu Li, sebenarnya apa yang terjadi? Xinxin sakit? Parahkah?” Zhou Huanhuan menarik orang-orang lainnya untuk duduk di sofa ruang tamu, bertanya dengan wajah khidmat.
Gadis secantik dan seprima ini ternyata mengidap penyakit.
Mungkin dulu Lu Li adalah anak miskin, tapi di dunia game ia cukup sukses. Masalah kecil biasa tidak akan membuatnya kewalahan.
Pasti penyakitnya sangat serius.
Para tuan tanah perempuan sangat menyukai Lu Xin, memikirkan hal ini hati mereka serasa diremas.
Beberapa kali Lu Li mencoba menarik Lu Xin dari pelukan Dou Jingjing tapi gagal, ketiga cewek lainnya seperti induk ayam yang tak mau melepas, akhirnya dengan pasrah dia menjelaskan detail masalahnya.
"Persoalan Xinxin bisa kuselesaikan sendiri, tidak perlu bantuan kalian. Xinxin, kemarilah!" Di akhir dia menambahkan.
"Aku tidak mau! Aku tidak ingin Kakak terlalu lelah." Lu Xin mencekuk Dou Jingjing bagai meraih jerami penyelamat.
"Transplantasi?!" Ketiga gadis itu tertegun.
