Tidak hanya itu, semakin banyak pemain biasa mulai ikut dalam perkelahian kacau ini, membuat suasana semakin tak terkendali.
Fajar tidak main-main dengan keseimbangan apapun, tapi juga sama sekali tidak ada yang bisa mengalahkan sepuluh ribu musuh sendirian.
Pukulan kacau bisa membunuh guru tua, skill berbunyi biubiu beterbangan di TKP, bahkan high-end player sering tewas di antara tentara pemberontak. Seperti kata KUANGYE: "Sama sekali tidak ada keahlian teknisi!"
“Situasi pertempuran sudah pasti, pemain high-end mengalami kekalahan, sementara pemain biasa justru mendominasi di pihak kita. Ketua, Benteng Perak pasti akan menjadi reruntuhan.” Seorang Ksatria Suci mendekat, namanya Ninja Kura-kura Suci, bertugas memimpin pasukan pemain biasa dalam pertempuran.
“Jangan lengah, para cucu berdarah itu tidak akan menyerah begitu mudah. Bagaimana kondisi Pos Pengawas Mei Yisena?” tanya Xiao Mo.
“Pertempuran di sana sangat sengit, jutaan pemain setidaknya sudah mati separuh. Kalau bukan karena bisa terus diisi ulang, pasti sudah dikalahkan Elemen Air. Ditambah dengan kita menghancurkan Benteng Perak, Anjing Aliansi kali ini benar-benar tamat.” kata Ninja Kura-kura Suci dengan gembira.
“Kamu idiot ya.” Xiao Mo meliriknya tajam, “Hanya melihat mereka tewas, tidak melihat mereka upgrade.”
Secara keseluruhan, Pos Pengawas Mei Yisena telah menjadi banjir darah. Tapi event ini adalah telur pengalaman - pemain yang tewas bisa mendapatkan kembali kerugian dengan berburu monster, apalagi yang belum mati.
Ninja Kura-kura Suci mengangguk patuh tanpa berani bersuara.
Meski semua sama-sama pemain game, tak ada yang berutang budi, tapi Ibu Kota Kejayaan menerapkan sistem manajemen perusahaan. Saat Xiao Mo memberikan arahan, tak ada yang berani membantah, setidaknya di permukaan harus tunduk sepenuhnya.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Lakukan saja apa yang perlu dilakukan."
"Bukannya kau bilang mereka sedang upgrade?"
"Tak peduli apa yang mereka lakukan, kita cukup fokus pada tugas kita sendiri. Soal mereka yang sedang upgrade, kau pikir perusahaan game sebodol dirimu? Tak lama lagi Horde kita juga akan punya interaksi serupa."
Baiklah, semua perkataanmu selalu benar, Ninja Kura-kura Suci menggerutu dalam hati sambil kembali ke garis depan untuk memimpin pertempuran.
Lu Li tetap berdiam di tempat tak jauh, berjongkok di tanah seperti batu yang telah ada sejak zaman purba.
Dia mengamati dengan cermat, melihat para komandan berbagai level datang melapor kepada Xiao Mo dari waktu ke waktu. Orang-orang ini belum tentu memiliki urusan penting, hanya sekadar ingin menunjukkan diri di hadapan sang bos. Tampaknya Xiao Mo juga tidak menolak perilaku seperti ini.
Tidur di pangkuan sang jelita, bangun menggenggam kuasa dunia. Dengan lambaian tangan, menggerakkan pasukan beribu-ribu. Para jenderal dan menteri zaman dahulu, tak lebih dari ini.
Pasti dia sangat menikmati perasaan seperti ini.
Legenda game yang pernah berjaya, sang superman yang membawa Ibu Kota Kejayaan ke puncak, tak lagi memiliki semangat tajam seperti dulu.
Ini adalah game. Game selalu adil. Garis start setiap orang sama. Harus berusaha baru dapat hasil. Kehilangan hati untuk berjuang, pasti akan tertinggal.
Lu Li membalik-balik Peringkat Game, membalik-balik selama belasan menit, akhirnya menemukan level Xiao Mo.
Level 18!
Yang dulu pernah berada di Peringkat, tak disangka merosot sampai ke titik seperti ini.
Mengelola hidup dan mati puluhan ribu orang di Ibu Kota Kejayaan, dengan beberapa sub-guild beranggotakan masing-masing sepuluh ribu orang. Setelah pembaruan sistem ketiga, tekanan kompetisi meningkat drastis. Orang penting ini mungkin sulit menyisihkan waktu untuk leveling.
Level Lu Li 22, selisih empat tingkat. Dengan sedikit hoki, hampir bisa melakukan Pembunuhan Sekejap.
Tapi harus ada cara untuk mendekatinya dulu.
Setelah berputar tadi, Lu Li berani jamin di sekitar orang ini pasti ada tidak kurang dari 50-60 pencuri.
Tanpa Lencana Persepsi, bahkan jika Xiao Mo berdiri diam saja membiarkan Lu Li menyerang, dalam perjalanan pasti akan menabrak beberapa pencuri. Rupanya Pusaran Tangan Kiri terjebak seperti ini.
Berada di markas besar sendiri dengan puluhan orang perlindungan diam-diam di sekelilingnya, sebenarnya sistem keamanan Xiao Mo sudah cukup baik.
Lagipula ini cuma game, tidak mungkin ada perlindungan keamanan menyeluruh berteknologi tinggi seperti di dunia nyata.
Seorang pemain kubu jahat lagi datang, sepertinya melapor kabar baik. Senyum akhirnya muncul di wajah Xiao Mo yang selama ini khidmat. Dia menepuk bahu pemain itu baru menyuruhnya pergi.
Pemain ini terlihat sangat bersemangat sampai jalan pun gemetaran.
Lu Li mengawasi wajah pemain ini, akhirnya tersenyum.
Manikam Tipuan.
Mayat hidup, pencuri, ID Dāi Zéi.
Harus dijelaskan di sini: Manikam Tipuan bisa mengatur identitas berbeda, tapi tidak bisa mengubah wajah, juga tidak bisa menggunakan ID yang sudah ada seperti Ninja Kura-kura Suci atau Blood Dagger.
Tapi, apakah ras Mayat Hidup memiliki wajah?
Lu Li menggerak-gerakkan rahang bawahnya yang membuatnya sangat tidak nyaman, memastikan benda ini tidak akan tiba-tiba terlepas. Dia menampakkan posturnya dari kejauhan dan berjalan mendekati Xiao Mo.
Dia bisa merasakan beberapa pencuri mulai mengerumuninya.
Sedikit saja gerakan mencurigakan, pasti akan menerima pukulan bertubi-tubi.
“Sepertinya aku belum pernah melihatmu.” Tidak mungkin semua orang mendapat kesempatan mendekati Xiao Mo, meski dia pemain dari kubu jahat sekalipun. Baik Ibu Kota Kejayaan, Xuese Zhanqi, maupun serikat pekerja lain yang agak berpengaruh, semuanya telah menyusupkan banyak mata-mata ke kubu lawan.
Lu Li patuh menghentikan langkahnya - melangkah lebih jauh berarti kehilangan nyawa. Dengan suara serak khas mayat hidup, dia berkata: "Yeban dari Jubao Dadui menyuruhku menyampaikan salam. Kakakku sedang sibuk memimpin pertempuran di depan."
Jubao Dadui adalah serikat berukuran sedang, setidaknya untuk saat ini. Hanya segelintir orang yang tahu ini salah satu cabang yang diam-diam dibina oleh Ibu Kota Kejayaan.
Jangan dikatakan pemain biasa, bahkan di Ibu Kota Kejayaan sendiri hanya beberapa orang kepercayaan yang mengetahui hal ini.
Lu Li tahu itu karena Yeban termasuk segelintir orang yang pernah membunuh Biru Muda Laut Angin belasan kali.
Tentu saja, itu terjadi di kehidupan sebelumnya.
Meski berada di kubu musuh, Yeban tetap salah satu dari sedikit orang yang dipandang Lu Li dengan kekaguman.
"Setelah Ye Pan bertengkar dengan Xiao Mo, berbagai versi gosip bertebaran di dalam game. Waktu itu aku cuma sekilas memperhatikan, sekarang bisa digunakan untuk meyakinkan Xiao Mo."
Efeknya bahkan lebih baik dari perkiraan Lu Li. Xiao Mo jelas tidak ingin orang lain tahu terlalu banyak tentang Ye Pan. Dengan lambaian tangannya, para pencuri yang menyelinap di sekeliling perlahan mundur.
"Kakakku dapat peralatan yang katanya cocok untukmu, disuruhku untuk menyampaikan." Lu Li mengeluarkan sebuah peralatan dari tas—setelah membunuh banyak orang hari ini, peralatan adalah hal yang paling melimpah.
"Kau saudara kandungnya?" Sebagian besar kecurigaan Xiao Mo telah sirna, tapi dia masih mencoba melakukan eksperimen.
"Bukan, di keluarga mereka hanya ada kakak beradik. Aku sepupu laki-lakinya, namaku Dai Zei." Lu Li terlihat benar-benar ingin menyerahkan peralatannya, tanpa sadar sudah berada sangat dekat dengan Xiao Mo.
"Menurut gosip masa lalu, Xiao Mo menyukai adik perempuan Ye Pan, tapi adik perempuan Ye Pan malah memilih Kubu Terang..."
"Gender berbeda bagaimana bisa jatuh cinta, eh, salah ucap, kubu berbeda bagaimana mungkin bisa bersama."
Singkatnya, sangat klise dan rumit.
"Oh begitu, akhir-akhir ini kamu bertemu Ye Se? Benarkah dia kabur dari rumah?" Xiao Mo sekarang sudah benar-benar nyaman. Orang yang tahu Ye Pan punya adik perempuan pasti teman atau saudara mereka di dunia nyata.
"Hehe..." Lu Li tiba-tiba menarik kembali tangannya, menggantikannya dengan pisau belati berkilau.
Pukulan Pahat!
Backstab!
Serangan Mendadak!
Serangan Bayangan!
Mati Leher!
Bahkan tanpa menggunakan penyamaran dan menyergap, Lu Li mengitari Ketua Umum Ibu Kota Kejayaan sekali lalu langsung membunuhnya.
Pemain level 18 yang merupakan profesi armor kain, tak peduli dia ketua atau bukan, tetap sama rapuhnya.
Lu Li mengambil peralatan yang dijatuhkannya, menggunakan Langkah Angin, dan menghilang dari pandangan sekumpulan pencuri.
