Melihat Chongzi lagi, Lu Li merasakan sensasi seolah melewati zaman yang berbeda.
Sejak terlahir kembali, dia bahkan tidak pernah berpikir untuk mencari orang ini. Mungkin di matanya, Chongzi yang hidup atau mati tidak ada bedanya.
Chongzi mengenakan baju narapidana biru, terlihat baru saja keluar dari dalam, di belakangnya diikuti sekelompok besar remaja berpenampilan aneh.
Orang-orang di luar kompleks perumahan menghindar, beberapa penjaga gerbang bersenjata lengkap bersikap seolah menghadapi musuh berbahaya.
Lu Li tidak bisa berpura-pura tidak melihat, menggandeng tangan adik perempuannya mendekat.
"Heh Xinxin, beberapa hari tidak bertemu, sepertimu bertambah tinggi." Chongzi adalah pria tampan berperilaku lemah lembut, terlihat lebih seperti orang terpelajar dibanding Lu Li, meski sebenarnya dia hampir tidak pernah bersekolah.
"Kakak Chongzi." Lu Xin memanggil pelan.
"Kalau berani menyentuh Xinxin sedikit saja, kubuat kau berbicara sambil tengkurap." kata Lu Li.
Tangan Chongzi yang semula hendak mengelus kepala Lu Xin membeku, terhenti sejenak sebelum akhirnya ditarik kembali.
"Ini bukan wilayah yang pantas untukmu, lebih baik kalian segera pergi." Lu Li menambahkan.
"Hanya karena kita sama-sama orang miskin?" Alis Chongzi menegang, dia juga bukan orang yang berwatak baik.
“Kalian bukan orang miskin, jangan menghina kata 'miskin'. Kalian semua sampah masyarakat. Cepat katakan urusan kalian, Xinxin harus berangkat les.” Suara Lu Li terdengar sangat kesal, sama sekali tak merasa perkataannya salah.
“Aku datang untuk berterima kasih.” Suara Chongzi melemah saat mengingat tujuan kedatangannya.
“Tidak perlu. Sebenarnya aku lebih berharap kau mati di dalam sana.” Lu Li menggelengkan kepala, “Kalau tidak ada urasan lain, aku mau pergi. Pergilah rebut kerajaanmu. Jangan cari aku lagi, apalagi mendekati Xinxin. Kalau tidak...”
“Bukannya kau bilang kita ini saudara?” Chongzi memiringkan kepalanya bertanya.
Gerakan memiringkan kepala itu membuat wajah tampannya terkesan keras kepala, persis seperti ayahnya. Konon ayah Chongzi dulu tewas karena pose yang dianggap terlalu provokatif ini.
“Kalau kau benar-benar mati, baru aku akui kau sebagai saudara.” Lu Li jelas tak ingin berdebat lagi, langsung menarik tangan adik perempuannya untuk pergi.
Suasana langsung membeku, terutama karena ucapan Lu Li terlalu kasar.
Lu Xin pun tidak berani berkata apa-apa, meski selama ini ia selalu merasa Kakak Chongzi sangat baik padanya sejak kecil.
Tapi ia juga tahu kakaknya tidak menyukai Kakak Chongzi. Begitu terlalu sering dihubungi Kakak Chongzi, sang kakak langsung marah. Kalau sudah marah, pasti akan memukuli Kakak Chongzi.
Benar-benar dipukuli, sampai tinjanya berlumuran darah.
"Aku mengaku salah, tidak bisakah?" teriak Chongzi dari belakang, "Anggap saja ini salahku, tidak bisakah?"
Lu Li hanya menyeringai, bahkan tidak menoleh sekalipun.
"Aku datang untuk meminjam uang, demi saudara-saudaraku ini." Chongzi mulai panik. Ia mengejar dari belakang. Sekelompok anak buah mengikuti di belakangnya, pemandangannya sangat spektakuler.
Sebuah mobil polisi mendekat dari kejauhan, berhenti di seberang jalan. Jendela mobil terbuka, memperlihatkan dua wajah waspada polisi.
"Aku tidak punya utang padamu," jawab Lu Li.
"Kak..." Suara Lu Xin tertahan sambil terus ditarik kakaknya. Matanya menoleh ke belakang.
Sebenarnya sebagian besar dari mereka dikenalnya, Serangga adalah teman sepermainan mereka, putra Niu Shen, anak-anak buah itu juga berasal dari daerah itu.
Anak-anak dari keluarga miskin.
Beberapa bahkan seusia atau lebih muda dari Lu Xin.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" Lu Li tak bisa menghindar, terpaksa menghentikan langkahnya.
Adik perempuannya berhati lembut, sementara dia sendiri, begitu melihat sorot mata kelinci kecil sang adik, hatinya semakin luluh.
Setelah mengantar Xinxin ke sekolah, baru nanti menghitung utang piutang.
"Aku tak mau menyusup ke dunia hitam lagi, ingin membuka studio." Serangga membusungkan dada: "Studio game."
"Dengan kemampuanmu?" Lu Li sama sekali tidak menyamarkan sikap merendahkannya.
"Ya, puluhan saudara ini bersikeras mengikutiku, aku tak bisa membiarkan mereka kelaparan. Pinjamkan sedikit uang, nanti akan kukembalikan." Wajah Serangga memerah padahal dulu sekalipun berdarah-darah dia tak pernah merengek.
Lu Li diam-diam, dia tak ingin meminjamkan karena melihat orang ini saja hatinya sudah merasa sesak.
"Tapi dia harus mengakui, jika orang ini benar-benar berniat seperti ini, maka Niu Shen jika masih bisa mengetahui di alam baka, pasti akan bisa menutup mata dengan tenang."
"Butuh berapa?"
"Sudah aku cari informasi, menyewa gudang kecil sebagai markas, helm tiga ribu yuan per buah, kita ada lima puluh sembilan orang, pinjamkan aku dua ratus lima puluh ribu yuan..." Tampaknya serangga sudah merencanakan ini sejak lama.
"Apa lagi yang kamu ketahui?" Lu Li menyeringai dingin.
"Aku juga dengar kamu sangat jago dalam game, jadi jagoan teratas." Mata serangga memancarkan kegetiran yang rumit, dulu dia juga meremehkan Lu Li yang dianggapnya terlalu pengecut.
Tapi dia juga tidak merasa lebih buruk dari Lu Li. Jika Lu Li saja bisa sukses, maka dirinya yang memimpin sekelompok anak buah juga tidak akan kalah.
"Apa kamu pikir game ini sederhana?" Lu Li terlalu paham karakter ini.
"Setidaknya kami bisa menghidupi diri sendiri." Serangga menatap anak buahnya, suaranya tegas seperti baja.
“Kakak Li, tolong bantu kami sekali ini. Kami akan berusaha keras bekerja, bahkan belajar gold farming juga pasti bisa dapat uang untuk melunasi utang.” Xiao Hei di belakang Chongzi ikut menjamin.
“Kakak, bagaimana kalau kita pinjamkan dulu ke Kakak Chongzi?” Lu Xin mendekat ke telinga Lu Li, berbisik: “Kalau dia bisa dapat uang, pasti tidak akan jadi orang jahat.”
“Ini bukan urusanmu.” Lu Li melirik adiknya dengan tatapan dingin.
“Kakak tentukan jangka waktu. Kalau aku gagal bayar, suruh polisi tangkap aku masuk penjara.” Chongzi berkata.
“Uangnya bisa kupinjamkan padamu.” Lu Li merenung sejenak, lalu berkata: “Tapi ada satu syarat.”
“Silakan katakan, aku pasti patuh!” Chongzi memukul dadanya garang.
“Aku tidak peduli kalian main game seperti apa, tapi saat diperlukan, harus tanpa syarat bekerja untukku dan patuh pada perintahku sepenuhnya.”
Ekspresi Chongzi berubah masam, alisnya berkerut angkuh. “Apa maksudmu bekerja untukmu?”
“Heh, kalau kau masih ingin pamer gaya bos jahat, lebih baik kau minggat sekarang juga, Chongzi. Aku Lu Li tidak berhutang apa pun padamu.” Wajah Lu Li dingin, suaranya tertahan.
“Aku… Aku akan mempertimbangkannya…” kata Chongzi dengan suara serak.
“Mengapa harus kuberi waktu? Chongzi, setiap orang harus menanggung konsekuensi perbuatannya. Kita yang berasal dari kawasan kumuh, mana mungkin masih percaya rezeki nomplok turun dari langit?”
Sebenarnya Lu Li juga tak berniat memanfaatkan mereka. Ia hanya enggan gegabah meminjamkan uang.
Dirinya sendiri masih penuh masalah. Kalau bukan karena ibunya Chongzi, mana mau ia peduli soal pertobatan si anak hilang? Apa hubungannya dengan dirinya?
Selain itu, di hadapan adik perempuannya, Lu Li tak ingin terlihat terlalu kejam.
Chongzi seperti balon kempis, terkekeh pahit sambil mengusap wajah: “Kau benar, Lu Li. Prinsip ini justru dulu aku yang mengajarkanmu, tapi malah kulupa sendiri.”
“Setuju, tinggalkan nomor rekening. Uang akan ditransfer nanti.” Lu Li menarik tangan adik perempuannya, “Jangan dekati Xinxin lagi. Jika aku tahu kamu menemui Xinxin, semua perjanjian jadi tak berlaku.”
“Lu Li...” Chongzi mengirimkan nomor rekeningnya dengan ragu, akhirnya mengayunkan tangan lesu dan pergi bersama puluhan anak buahnya.
Dia tahu Lu Li peduli pada Lu Xin, tapi tak menyangka perhatiannya sampai segitu.
Kejadian tahun lalu, waktu itu cuma bercanda, tapi dendamnya bertahan selama bertahun-tahun.
Entah berapa tahun lalu, mungkin hampir sepuluh tahun, pulang dari luar Chongzi merampas uang dari si domba gemuk kelas sebelah dan membeli permen buah.
“Xinxin, kamu suka sekali makan permen. Kalau nanti nikah sama Kakak Chongzi, tiap hari kubelikan permen.”
Belum sempat si anak kecil imut yang asyik makan permen memberi jawaban, serangga malang sudah ditarik rambut oleh Lu Li dan dipukuli habis-habisan. Sejak itu, setiap ada kesempatan Lu Li pasti memukulinya.
Setelah insiden Niu Shen, hubungan mereka jadi bagai api dengan air.
Serangga bahkan tak berani menatap wajah Lu Xin. Kalau berpapasan, langsung berbalik arah.
Bagaimana jika dilihat Lu Li? Itu benar-benar akan jadi bencana.
Itu jelas cuma bercanda! Kamu sendiri yang punya kecenderungan pedofil, aku tidak!
