“Ba Jiang.” Can Meng menarik tangan kecil Xiao Ba Jiang, mendekat ke telinganya dan berbisik: “Siapa Ibu Pertiwi itu? Kenapa selalu menipu orang?”
Sejak tadi dia menahan pertanyaan, seolah ada anak kucing kecil yang menggaruk-garuk di hatinya.
“Haa.” Xiao Ba Jiang hampir terguling-guling tertawa, tapi merasa tak pantas tertawa dalam suasana khidmat begini, akhirnya berhasil menahan diri.
Sebagai ahli misi, dia selalu paham satu prinsip: jangan sungguh-sungguh memperlakukan NPC sebagai NPC biasa.
Mungkin Mu Yue tidak mendengar pertanyaan mengapa Tanah Ibu selalu menipu orang, atau mungkin berpura-pura tidak mendengar. Dia mulai mengucapkan mantra ke Narakreses, mengaktifkan ritual untuk membangunkan sang target dari mimpi.
Narakreses berguling-guling dalam mimpi buruk.
Beberapa makhluk jahat mulai keluar dari mimpinya...
"Persiapan pertempuran! Feng Shao siapkan diri! Perhatikan skill mengejekmu sendiri, pastikan semua monster tertahan!" teriak Lu Li.
Sang Minotaur saat ini sangat rapuh. Cukup sentuhan ringan saja, dia akan terperangkap dalam mimpi Narakreses~ dan tak bisa keluar.
Jika itu terjadi, misi akan gagal. Tentu tak akan ada urusan dengan BOSS kedelapan.
BOSS kedelapan tak muncul, otomatis tak ada Pembunuhan Pertama.
Tempat di mana Narakres berada, selain sisi tempat Lu Li dan kawan-kawan masuk tadi, ketiga sisi lainnya dikelilingi air. Mata air bawah tanah ini pernah menjadi harapan untuk memodifikasi tanah tandus, namun kini telah menjadi bagian dari komunikasi dengan mimpi giok.
Air sungai berubah hitam pekat seperti tinta, "kwek... kwek..." Dua suara, seorang ikan muncul dari bawah air.
Yang kedua, yang ketiga...
"Jangan pergi terlalu jauh, tenanglah, tunggu sampai dekat baru tarik." Lu Li menghentikan Biru Muda Laut Angin yang ingin menyergap. Pertempuran dari tiga arah, lebih baik bertarung di tengah, kalau tidak kita akan kelelahan.
"Banyak sekali monster, aku khawatir tidak bisa menahan semuanya." Kepala Biru Muda Laut Angin berputar seperti genderang.
"Jangan khawatir, Moonlight dan Piao Ling bisa membantu. Setiap orang bertanggung jawab atas satu arah. Jika bertemu yang hijau langsung serang, jika bertemu yang hitam tahan saja, jangan sampai menyerang. Serangan jarak dekat punya dampak balik tiga kali lipat."
Di dungeon selalu ada jebakan seperti ini atau itu, dampak balik adalah salah satunya. Seperti kata pepatah, Gua Rintihan penuh dengan niat jahat terhadap profesi jarak dekat.
Mendengar Lu Li yang begitu familiar dengan tahap ini juga, semua orang tanpa sadar mulai memiliki keyakinan diri.
Gelombang demi gelombang monster menyembul dari air, sebagian besar adalah ikan.
Mengapa ikan?
Ini pada dasarnya tidak ada jawaban. Terhadap Naralex, makhluk yang dalam latar belakang game 'Fajar' disebut setara dengan Malfurion dan lainnya sebagai tujuh Druid Besar, pemahaman Lu Li cukup terbatas.
Satu-satunya yang cukup mendalam adalah orang ini bisa berubah menjadi kupu-kupu.
Sedangkan anggota yang mampu mengajar murid seperti Fandral Staghelm ini, saat ini tertidur panjang tak terjaga.
Barang yang diciptakan dari imajinasi kosong ternyata memiliki kemampuan tempur seperti ini, membuktikan betapa mengerikannya dia di masa kejayaannya.
Total monster ikan yang muncul tak terhitung jumlahnya. Untuk mencegah monster-monster ini menyerang Minotaur, anggota Unit Tentara Bayaran Xinxin mengerahkan upaya maksimal.
Faktanya, probabilitas kegagalan di wilayah ini cukup tinggi. Berdasarkan statistik, dari seribu tim yang disurvei, lebih dari tujuh ratus gagal karena tidak berhasil melindungi Minotaur sehingga kehilangan kesempatan melawan BOSS terakhir.
Untungnya, Lu Li dan timnya adalah yang terbaik. Setidaknya di bawah komando Lu Li, setiap anggota mampu menunjukkan kontribusi optimal sesuai peran masing-masing.
Perusahaan game tidak akan membuat dungeon yang tidak mungkin ditaklukkan. Mereka bahkan harus menyesuaikan dengan tingkat kemampuan pemain rata-rata.
Oleh karena itu, dengan level dan peralatan yang memadai, serta kontribusi optimal setiap anggota, harapan untuk membunuh BOSS sangat besar.
Saat pemain lain masih dalam tahap mempelajari dungeon, Lu Li dan kawan-kawan telah menyaksikan sosok ikan raksasa perlahan muncul di ~permukaan air.
Mutanus Sang Penelan!
Dari sudut tergelap jiwa Naralex yang terdistorsi, kekuatan korupsi yang telah menyebar di mimpi giok kini termanifestasi pada musuh bebuyutan para Druid - ras ikan. Monster bernama Mutanus muncul ke dunia nyata ini, siap melahap siapapun yang berusaha menyelamatkan Naralex dari cengkeraman mimpi buruk.
Mutanus Si Penelan adalah BOSS akhir Gua Rintihan.
Meskipun ada Serfendis yang memukau sebelumnya, Mutanus tak mengecewakan ekspektasi semua orang. Sekadar penampilannya saja sudah menimbulkan Guncangan dahsyat bagi para pemain.
Masih level 25, levelnya tidak lebih tinggi dari Walden Sang Abadi.
"Bagaimana caranya, cepat katakan!" Biru Muda Laut Angin mulai tak sabar.
Melihat Mutanus hampir muncul ke~permukaan air, mata mengerikannya mengawasi ketat sang Minotaur yang sedang membangunkan Druid Besar, sama sekali tidak berniat mengucapkan beberapa dialog untuk membuang-buang waktu.
"Feng Shao maju tahan, minum obat sendiri setelah CD ramuan penyembuhan habis untuk mengurangi tekanan penyembuhan. March awasi Main T, Ba Jiang bantu healing, tidak perlu keluarkan damage... Kalau yang lain HP terkuras, minum obat sendiri..."
Begitu mendengar penjelasan Lu Li, semua akhirnya paham: Dalam melawan bos ini, tekanan pada healer pasti sangat besar.
Benar saja, begitu Hai Feng bersentuhan dengan Mutanus, HP-nya langsung terkuras drastis.
Kemampuan penyembuhan March yang tinggi ditambah dukungan Xiao Ba Jiang, untuk sementara belum terlihat tanda-tanda krisis.
"Semua waspada! Orang ini mungkin akan memanggil anak buah. Piao Ling fokus tarik aggro, jangan sampai monster kecil ganggu Minotaur! Ba Jiang, kalau Piao Ling tumbang, nilai mu akan kudenda sepuluh poin!"
Semua orang siaga penuh.
Tepat seperti yang dikatakan Lu Li, melihat para petualang penghalang tidak bisa dibunuh dalam waktu dekat, menjerit sambil menggerakkan tentakelnya, delapan monster kecil ikan muncul kembali.
Piao Ling cepat tanggap, melemparkan pengabdian ke tanah untuk menarik kebencian mereka.
"Semua serang monster kecil, jangan serang BOSS!" teriak Lu Li.
Semua berbalik menyerang monster kecil, bertarung dengan letupan berisik selama beberapa saat, tapi setelah tiga puluh detik masih belum selesai. Tiba-tiba memutar kepala dan menggigit seekor monster kecil dengan mulutnya, melemparkannya ke langit sebelum jatuh tepat ke dalam mulutnya.
Monster kecil itu merintih sedih, terkunyah kruk-kruk di dalam perut, semburan darah bercampur sesuatu mengalir dari sudut bibirnya.
Huek...
Para pemain melihat adegan ini, hampir muntah. Bahkan Lu Li yang sudah tahu sebelumnya pun merasa perutnya tidak nyaman. Entah perancang mana yang selera aneh, membuat suasana sejijik ini.
Setelah BOSS memakan monster kecil, HP-nya langsung melonjak drastis!
Mengapa Mutanus disebut Sang Penelan? Awalnya semua tidak paham, sekarang akhirnya mengerti.
Dua monster kecil tersisa berikutnya juga tak luput dari takdimu dimakan. HP yang sudah terkuras 8% tiba-tiba pulih 6%.
Pada akhirnya, usaha mereka hampir sia-sia.
Piao Ling dan kawan-kawan akhirnya paham mengapa harus mengurangi tekanan penyembuhan. Dengan taktik seperti ini, sampai kapan baru bisa mengalahkan BOSS!
"Lihatlah, monster kecil harus segera dikalahkan," desah Lu Li.
Hanya dengan melihat langsung baru mengerti mengapa Lu Li memberi komando seperti itu. Meski tak ada yang menentang perintahnya tadi, tapi semua belum menyadari konsekuensi parah ini. Semangat jelas kurang, kecepatan beralih serangan monster kecil terlalu lambat, saat bertarung juga tidak memberi usaha maksimal.
Menurut standar umum, monster kecil harus dibersihkan sampai tersisa dua ekor ke bawah, baru mungkin menguras BOSS ini. Sedangkan kondisi ideal tentu tidak menyisakan satu pun, semuanya harus dikalahkan.
