“Mungkin yang kamu maksud ini.” Lu Li memperlihatkan palu penemuannya.
Ini tak perlu disembunyikan. Meski banyak pemain "Fajar" yang membunuh untuk merampas perlengkapan, tak ada yang mau membunuh tukang besi hanya untuk merampas palu.
Umumnya, tak ada yang mau berselisih dengan pemilik palu penempaan legendaris. Lagipula membunuh mereka pun sia-sia – mana ada pemilik palu legendaris seperti Lu Li yang membawanya ke mana-mana? Biasanya disimpan di gudang, baru dikeluarkan saat diperlukan.
“Sialan, pantasan bisa membuat peralatan legendaris! Mulai sekarang plate armor, baju zirah, dan senjata kita semua bergantung padamu!” Piao Ling melengking tanpa filter.
Kebanyakan anggota lain tak paham. Hanya Piao Ling – si tukang besi setengah matang yang juga mempelajari penempaan – yang mengerti maksudnya.
"Jika palu pembuatan ini bisa dijual, pasti akan terjual dengan harga paling luar biasa dalam sejarah transaksi Fajar. Ini mewakili peralatan legendaris yang tak terhitung jumlahnya."
"Semua orang sudah punya cetakan di tangan, kalian lihat bagaimana cara mengumpulkan material. Kalau materialnya cukup, aku akan membuatkannya untuk kalian." Lu Li tidak keberatan membuang-buang waktu untuk membuat peralatan tim.
Begitulah cara kerja tim. Setiap orang harus melakukan hal-hal yang sesuai kemampuannya.
Yang menentukan kekuatan tim bukan hanya kemampuan individu, tapi juga beban pasukan dalam efek ember kayu itu.
"Bisakah kita membantu orang membuat peralatan untuk dapatkan material? Cuma perlu tunjukkan palumu..." Piao Ling matanya berbinar, seolah sudah melihat material langka menutupi langit dan bumi menguburnya.
"Jangan bermimpi." Lu Li dengan tegas menolak, "Aku tidak punya banyak waktu, dan siapa yang tahu peralatannya akan jatuh ke tangan siapa."
"Paviliun Hujan Ringan, katanya kamu punya hubungan spesial dengan Air MM. Masak sih kamu tidak mau buatkan peralatan untuknya?" Piao Ling berkata sambil tertawa.
"Cuma pernah bekerja sama beberapa kali." Lu Li menjawab dengan tenang.
"Kecantikan seperti Elf Air? Terima kasih tidak." Bukan karena dia tidak cantik, malah sebaliknya terlalu cantik, plus latar belakangnya terlalu tinggi untuk dijangkau.
"Bagaimana jika dia menawarkan material yang sangat kita butuhkan?" Piao Ling terus mendesak.
"Maksimal tiga peralatan per hari, bawa material sendiri." Lu Li menghitung: Tiga peralatan akan menghabiskan satu jam waktunya. Masih bisa ditolerir.
"Aku juga berpikir begitu. Kalau terlalu mudah jadi tidak berharga." Piao Ling memberi jempol setuju.
Setelah berpamitan dengan rekan tim yang akan leveling, Lu Li membaca bilah baca untuk kembali ke kota, lalu langsung teleportasi ke tempat kelahirannya - Lembah Bayangan.
Pepohonan di Lembah Bayangan memiliki batang ungu kebiruan selangit, bahkan daunnya pun lebih banyak berwarna merah-ungu ketimbang hijau.
Di permukaan tanah hamparan hijau zamrud terbentang. Di antara semak-semak tegak tersembunyi bunga-bunga merah muda dan ungu muda. Pakis-pakis bertunas baru, babi hutan dan macan kumbang lalu-lalang, menciptakan pemandangan yang sangat harmonis.
Dari kejauhan, kabut ungu menyapu bukit kecil dan hutan lebat seolah membungkusnya dalam balutan amber berwarna ajaib.
Dalam game sedang senja, sinar matahari pun memancarkan warna ungu lembut yang berkabut.
Pemain baru terus bermunculan - ada yang pertama kali masuk game, ada yang tewas di medan perang lalu kembali, ada yang bingung, ada yang gembira, ada yang lesu, membentuk panorama kehidupan yang unik.
Lu Li mengenakan zirah kulit hitam legam dengan cincin dan kalung lengkap, auranya begitu mencolok menunjukkan dia jelas bukan pemula, seketika kerumunan orang mengerumuninya.
"Jagoan, mau bimbing akun baru? Seratus realitas per jam, setuju?"
"Jagoan, ada peralatan bekas untuk disumbangkan ke anak buah darurat?"
"Jagoan, pinjam koin emas untuk memperbaiki peralatan dong, nanti aku kembalikan kalau sudah kaya."
Dengan tatapan dingin, Lu Li perlahan menghilang dalam teknik penyamaran, ternyata menyelinap pergi diam-diam.
“Sial, berpakaian necis tapi tak punya belas kasihan sama sekali.”
“Kurasa dia pasti kembali terpaksa karena gagal bertahan di luar.”
“Nanti saat levelku sudah tinggi, orang macam ini akan kubunuh setiap ketemu.”
Sekumpulan akun baru mengumpat kesan lalu bubar. Lu Li tersenyum pahit, tak perlu ambil pusing dengan orang-orang seperti itu. Dengan transformasi menjadi macan tutul, ia melesat cepat di antara semak hijau lebat.
Carolina - Kapten Penjaga, masih menunggangi Winterax Frostsaber-nya. Dua pemanah Penjaga mengikuti di belakangnya dengan waspada mengantisipasi serangan mendadak.
Persis seperti terakhir kali Lu Li melihat, masih banyak pemain yang membuntuti night elf cantik ini dari belakang.
Mereka tak berani mendekat, hanya bisa ngiler dari jauh.
Dibandingkan Mei Yisena, aura bak ratu Carolina yang anggun itu sama mempesonanya hingga membuat orang kecanduan.
"Namun Lu Li bahkan tidak berani melirik lebih lama. Ia menampakkan diri di hadapan Carolina, maju selangkah memberikan penghormatan: "Yang Mulia Pendeta, saya bersembunyi dalam kegelapan, berharap Dewi Bulan dapat menerangi perjalanan saya.""
Carolina menghentikan penjaga yang hendak mengusir Lu Li. Ia sedikit membungkuk dari atas mount-nya: "Selamat datang, Pionir Gua Rintihan, kita bertemu lagi.""
Sebagai kapten, Lu Li memimpin timnya meraih Pembunuhan Pertama di Gua Rintihan, sehingga mendapat julukan tambahan 'Pionir Gua Rintihan'.
"Saya tersanjung Anda masih mengingat saya." Lu Li memang merasa agak terhormat.
Diingat oleh wanita cantik selalu menyenangkan, meski dia hanya sekumpulan data, dan mungkin sudah menjadi istri orang.
"Terakhir kali kamu membersihkan Sarang Laba-laba bersama rekan satu tim, kali ini membawa kabar baik dari Gua Rintihan. Atas nama Sisterhood of Elune, saya ucapkan terima kasih atas kontribusimu." Carolina memancarkan senyuman tipis, membuat para pemain yang mengintip dari kejauhan terkesiap.
Senyuman yang membuat seluruh alam semesta lenyap dalam keindahannya.
Desainer karakter yang menciptakan konsep ini benar-benar jenius.
"Yang Mulia Naralex adalah Pengendali Sihir yang agung. Sayangnya saya tidak mendapat perhatiannya. Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan pada Anda." Lu Li menyampaikan maksudnya.
"Dia terlalu asyik memodifikasi tanah tandus, mungkin sudah lupa pemandangan Nordrassil."
Carolina tampak tidak puas dengan Naralex. Lu Li dengan bijak diam seribu bahasa, tidak mungkin dia bodoh sampai menghina Druid Besar yang telah banyak berjasa dalam perang.
"Beberapa perkataan NPC boleh diucapkan, tapi pemain lebih baik tidak mencobanya."
"Tentu saja, Xiao Ba Jiang yang merupakan anak kesayangan Sistem adalah pengecualian."
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Carolina menghela napas, kembali ke topik pembicaraan.
"Secara tidak sengaja aku mendapatkan cincin ajaib ini, dan merasakan aura hutan. Untuk menjelajahi rahasianya, aku mengalami berbagai persoalan. Kini kebingunganku ada di sini - aku kehilangan arah." Lu Li mengulurkan tangannya, memperlihatkan jari yang mengenakan cincin.
Ekspresi Carolina berubah khidmat, lenyap sudah kesan malas sebelumnya.
Dengan gerakan anggun, cincin itu terlepas dari jari Lu Li, melayang lalu mendarap di telapak tangan Imam Perempuan Bulan yang seputih giok.
"Sialan! Katanya tidak bisa Terkuras dan anti kerusakan?!"
"Ternyata ini dia." Dia menggelengkan kepala: "Bukan ini."
Bahkan Lu Li pun dibuat sama sekali bingung.
Namun dia adalah orang yang terlahir kembali, dan di kehidupan sebelumnya semua waktu luangnya dihabiskan di perpustakaan sistem. Pengetahuan sejarah game-nya jauh lebih banyak daripada kebanyakan orang, dia segera memahami maksud Carolina.
Makna bagian pertama adalah ini adalah Cincin Supreme, sedangkan bagian kedua menyatakan bahwa ini bukan cincin yang dimiliki Malfurion.
"Apakah kamu bisa membuatnya lebih kuat?" tanya Lu Li dengan hati-hati.
Jika Carolina juga tidak tahu, dia benar-benar bingung harus mencari siapa lagi. Dia bukan Druid, mustahil memasuki mimpi giok legendaris, otomatis tidak mungkin bertemu Malfurion.
Adapun pencipta cincin ini, Cenarius adalah sosok yang sangat misterius. Harapan untuk menemukannya juga tidak terlalu besar.
