Setelah meninggalkan Moonlight Clearing, Lu Li tidak menggunakan jatah teleportasi dari Carolina, langsung membaca 'kembali ke kota' saja.
Dia mengambil semua Starwood dari gudang dan surat dalam game.
Di sini ada yang dibelinya sendiri dari trading post, hadiah dari Shanghua Pinyu dan Sarang Tawon, juga hasil para pelaku lainnya di Unit Tentara Bayaran Xinxin.
Untuk barang yang bisa upgrade cepat, tidak ada yang tidak peduli.
Biru Muda Laut Angin si orang bodoh itu sering teriak-teriak ke seluruh alam semesta mau membeli Starwood, bahkan lebih tidak tahu malu dari Lu Li - terang-terangan bilang 'jual atau enggak gue gak bakal catet utang budi'.
Total ada lebih dari 120 buah.
Secara teori bisa dibuat 120 bo~mb goblok, tapi itu cuma teori - orang goblok pun tahu ini mustahil.
Sehebat apapun orang, di hadapan tingkat kegagalan sistem tak bisa memastikan 100% sukses.
Tapi seiring peningkatan familiar, tingkat kesuksesan membuat bo~mb memang akan lebih tinggi, dan waktu yang dibutuhkan per bo~mb jauh lebih singkat.
Saat waktu bermain game hampir berakhir, Lu Li menghabiskan semua Starwood dan akhirnya mendapatkan 106 bom, dengan hampir 20 gagal. Rasio ini sungguh menyedihkan.
Keesokan harinya saat login, hanya beberapa orang yang online.
Hua Di Li Qing dan saudaranya, Moonlight, Piao Ling, serta Sesame Paste Tangyuan, semua pergi ke Lembah Warsong.
Luo Ying Hui Yi pergi leveling sendirian.
Sedangkan Can Meng dan Xiao Ba Jiang, mereka ini siswa SMA yang juga mendapat peringatan sarkastik dari Piao Ling: "Jika tidak istirahat baik-baik, kalian akan selamanya setinggi satu setengah meter", sehingga belakangan ini waktu login mereka agak terlambat.
Lu Li tidak mempermasalahkan keterlambatan mereka. Sebenarnya di "Fajar", level para pemain sulit berbeda jauh.
Lebih dari 100.000 pemain berada di level 22, 200 pemain teratas semuanya level 23, dan hanya beberapa orang di puncak yang mencapai level 24.
Lu Li memilih pergi ke trading post untuk menjaring barang. Beberapa material umum yang bisa digunakan untuk membuat peralatan perak, jika harganya murah akan dibelinya. Jika ada material langka, meski lebih mahal pasti tidak akan dilewatkan.
Sayangnya dua material langka yang dibutuhkan cetakan pisau belatinya tidak dimilikinya.
Satu duri es dan satu fragmen kehampaan, sebenarnya sumbernya tidak sulit ditemukan. Tambang Maut, Gua Rintihan, serta beberapa BOSS liar memiliki probabilitas menghasilkan barang-barang ini. Hanya saja hoki mereka buruk, belum pernah melihatnya.
Di trading post... tentu saja juga tidak ada.
"Sedang online, jagoan ternama?" Bunyi ketukan terdengar. Lu Li mengeluarkan alat komunikasi di pinggangnya, menemukan pesan dari Elf Air.
Lu Li memastikan sambungan: "Jangan sebut jagoan. Ada perlu apa?"
Di depan pemain RMB, Lu Li benar-benar tidak berani menyebut diri jagoan. Jika ada orang yang peralatannya lebih bagus dan skillnya lebih banyak darinya, kemungkinan besar orang itu adalah Elf Air.
"Air MM secara langsung mengendalikan Paviliun Hujan Ringan - serikat wanita cantik Top 10 Tiongkok, plus beberapa serikat lain yang tunduk pada perintahnya."
Jika di kehidupan sebelumnya, Lu Li mustahil bisa menghubungi cewek level tinggi seperti ini. Kehidupan ini malah sering ada wanita cantik yang datang sendiri.
Sekalipun dia benar-benar tak punya banyak niat terhadap si cantik ini.
"Aku ingin tahu guide Gua Rintihan, apa bisa dibocorkan?" Elf Air menghela napas dalam hati. Dia bukan tipe cewek yang sakit hati jika tidak dipuji, tapi menghadapi Lu Li yang bahkan enggan basa-basi sedikit pun, mood-nya benar-benar anjlok.
"Skarm?" tanya Lu Li.
"Kurang lebih. Kalau memungkinkan, aku harap konten selanjutnya termasuk semua BOSS." Elf Air sudah mulai terbiasa dengan gaya khas Lu Li, langsung to the point.
"Ga ada yang nggak mungkin." Jawaban Lu Li terdengar afirmatif.
"Nggak perlu bernegosiasi dengan para pelaku lainnya? Soalnya ini kan prestasi besar seluruh tim kalian." Elf Air tak tahan menyelidik.
“Karena bisa berkata begitu, kami sudah berunding.” Lu Li berhenti sejenak, lalu berbicara perlahan.
Dia tidak ingin memberi kesan bahwa dirinya memainkan peran konklusif dalam dungeon ini. Tapi berpura-pura mengumpulkan semua untuk berunding sebelum memberi kesimpulan? Sungguh itu terlalu membosankan baginya.
“Kalau begitu, apakah kamu bersedia menjual guide ini?” Elf Air menghela nafas, memutuskan untuk tak lagi punya rasa penasaran pada Lu Li.
“Tidak masalah mutlak jika kamu bisa menjawab beberapa pertanyaanku.” Cara bicara Lu Li dengan orang asing selalu lamban, membuat lawan bicara - termasuk si cantik ini - tak bisa menebak niatnya.
Bahkan terlintas pikiran absurd: jangan-jangan dia akan menanyakan nama asliku, ukuran tiga lingkaran tubuh, atau tipe laki-laki idaman...
Untunglah sebagai putri sendok emas yang sejak kecil selalu unggul, Elf Air langsung merespons tegas setelah ucapan Lu Li: “Ayo, apa yang ingin kautanyakan?”
“Apa reaksi serikat-serikat besar setelah kubunuh Blood Dagger dan Xiao Mo?” tanya Lu Li.
“Hm, sepertinya Paviliun Hujan Ringan kami juga termasuk dalam kategori serikat besar.” Elf Air tak kuasa menahan senyum kecil tanpa maksud menyindir, hanya merasa situasi ini cukup menggelikan.
“Pertama, struktur organisasi serikatmu berbeda dengan serikat tradisional. Kedua, serikatmu tidak memiliki ambisi yang berlebihan. Ketiga, kalian membutuhkanku.” Jarang sekali Lu Li menganalisis sesuatu secara sistematis, bahkan mengucapkan kalimat panjang seperti ini.
“……” Elf Air terdiam sejenak. Pernyataan seperti ini belum pernah ia dengar sebelumnya.
“Sebenarnya aku juga bisa bekerja sama dengan pihak lain—Xuese Zhanqi, Surga Ketujuh, bahkan Hongtu Baye. Bagaimanapun kami pernah berkolaborasi di dungeon Sarang Laba-laba.” Lu Li mengingatkannya.
Sejujurnya, Paviliun Hujan Ringan merupakan satu-satunya kandidat kerja sama yang ia pertimbangkan sementara ini. Tiga tuan tanah perempuannya cukup sukses menyusup di sana, dan Elf Air—sialan—sangat kaya raya.
Kekayaan Elf Air bukan sekadar menghamburkan jutaan dalam game, melainkan benar-benar memiliki kekuatan finansial dan pengaruh di dunia nyata.
"Setahun kemudian, Paviliun Hujan Ringan menjadi serikat kelima yang membangun desa pemain. Desa itu perlahan berkembang, tumbuh menjadi salah satu 'kota' pemain dengan popularitas tertinggi.
Uang yang diinvestasikan, ditambah dengan kekuatan di belakang layar yang membuat serikat lain tidak berani bertindak sembarangan, membuat semua orang tidak bisa tidak mengakui.
Lu Li tidak punya niat menempelkan diri pada seorang wanita.
Terutama setelah terlahir kembali, dalam kehidupan ini Dia tidak akan menundukkan kepala pada siapapun.
"Menurutmu sendiri, Blood Dagger dan Xiao Mo adalah figur legenda di dunia game. Kamu sendiri ternyata berhasil membunuh mereka berdua, sementara jagoan lain sama sekali tidak berdaya." Setelah mempertimbangkan beberapa detik, Elf Air segera mengambil keputusan.
Dia tidak perlu memikirkan banyak 'barang', punya modal untuk bertindak semaunya. Aturan tak tertulis antar serikat besar sama sekali tidak bisa membatasi jalan-Mu.
"Oh, kurasa aku seharusnya sangat membuat orang membenci." Lu Li tersenyum.
“Dan juga merebut semua pembunuhan pertama dungeon, ini sama saja tidak memberi jalan hidup bagi serikat besar.” Elf Air mengucapkan ini dengan nada datar. Meski seorang wanita, dia memiliki keberanian untuk menerima kekalahan dengan lapang dada.
“Benar, jadi bagaimana rencana mereka untuk melawanku?” Lu Li sama sekali tidak terkejut.
Hal seperti ini sudah sering dia lihat. Di kehidupan sebelumnya, yang diblokir secara kolektif oleh serikat besar adalah Qiu Feng Song Shuang sang pemburu. Orang ini dijuluki Raja Layang-Layang, dan tampaknya menguasai skill penyamaran, merebut banyak pembunuhan pertama BOSS liar.
Beberapa serikat besar gagal merekrutnya, lalu bersatu untuk memblokirnya selama lebih dari satu tahun.
Di kehidupan ini, dengan Lu Li yang mencuri perhatian, meski merebut beberapa pembunuhan pertama BOSS liar, tak ada yang berani melawannya.
“Jika mereka bersatu melawan Unit Tentara Bayaran Xinxin-mu, apa rencana kamu? Sebagai pencuri yang telah mempelajari Langkah Angin, membunuhmu sulit, tapi rekan satu timmu tidak punya kemampuan seperti itu.” Elf Air bertanya sambil melakukan eksperimen taktis.
