Sebenarnya, pertarungan Lu Li ini bukan tanpa penonton.
Game "Fajar" di Area Hua Xia saja memiliki hampir 100 juta pemain, di antaranya banyak penggemar setianya.
Mereka terus memantau kapan Lu Li akan naik tingkat.
Harapan pertama masuk peringkat awal gagal terwujud, minimal 10 besar pun tidak, bahkan 100 besar, 1000 besar... Siapa sangka mereka baru masuk di peringkat 6000-an.
Namun meski begitu, selalu ada yang memantau daftar pendatang baru.
Saat grup dengan nama kapten Lu Li resmi naik tingkat, penggemar langsung tahu sang idola telah datang.
Kabar ini menyebar dengan cepat.
Pertandingan ke-15 trio Lu Li langsung ditonton oleh lebih dari 4000 orang saat dimulai.
Setelah itu orang-orang berdatangan membeli tiket masuk, puncaknya hampir sepuluh ribu penonton dengan harga tiket terjual mencapai 8-9 ribu koin emas.
Namun, muncul sedikit masalah yang tak terduga oleh panitia penyelenggara Piala Huaying.
Penonton yang masuk di awal masih merasa puas menyaksikan pertarungan epik, berbeda dengan yang masuk belakangan. Mereka hanya melihat layar "kaca" yang kosong melompong, merasa dipermainkan.
"Kita bayar uang untuk menonton pertandingan, masak cuma disuruh lihat peta kosong?"
Pertarungan ini berakhir terlalu cepat.
Peta yang digunakan berukuran kecil, membuat pasukan lawan langsung menyerbu Hujan Maret dengan taktik serangan terpusat penyihir dan pencuri. Lu Li dan Moonlight terpaksa mengerahkan seluruh kemampuan.
Sistem game 'Fajar' memiliki mekanisme pelaporan otomatis. Begitu banyak pemain melaporkan, sistem langsung memberi peringatan tingkat tinggi kepada tim penyelenggara.
Untuk sementara tidak ada solusi, panitia terpaksa memutar ulang proses pertandingan. Barulah penonton memahami situasi sebenarnya. Tim Lu Li bertindak terlalu agresif, serangan berputar Moonlight hampir membunuh dua lawan sekaligus.
Setelah tayangan berakhir, Sistem mengeluarkan semua pemain melalui teleportasi. Beberapa penonton masih berteriak meminta diputar ulang.
"Kak Chang, segera panggilkan komentator! Persiapan tim komentasi untuk regu ini!" Di departemen penyelenggara Piala Huaying Grup Huaying, seorang magister baru lapanan berteriak penuh semangat.
Sikap remaja ini kurang rendah hati, nada bicaranya masih terkesan kurang sopan.
Supervisor membeku sejenak sebelum menjawab perlahan: "Generasi muda memang kurang sabar. Baru menang satu ronde sudah mau diistimewakan. Tunggu sampai lolos 16 besar dulu."
"Apa?!" Remaja itu hampir melompat dari kursinya. "Pertandingan Lu Li saja tidak dikomentari?"
Untungnya dia masih bisa menahan diri untuk tidak melontarkan kalimat yang ada di benaknya.
"Kamu ini otak kemasukan air ya!"
“Berteriak-teriak seperti apa ini, Lu Li juga bagaimana, dia bukan anggota Daftar Jagoan, lihat saja komentator mana yang kosong, semuanya sudah dijadwalkan.” Supervisor Chang yang semula mengagumi kecepatan regu ini menyelesaikan pertempuran, secara tidak sadar membalas setelah diperintah dengan nada memerintah oleh magang.
Lu Li, Moonlight, Hujan Maret - semuanya bukan ID yang dikenalnya.
“Daftar Jagoan, Daftar Jagoan itu apa? Bahkan tidak layak mengikat sepatu Lu Li!” Sesuai pepatah anak sapi baru lahir tak takut harimau, magang muda yang penuh semangat itu membanting meja berdiri.
Bagi orang lain, meski tidak setuju dalam hati, mungkin akan diam-diam melapor ke atasan, tapi pasti tidak sampai berkonfrontasi langsung.
Ini terlalu absurd baginya. Remaja yang memainkan pencuri di Fajar ini memandang Lu Li sebagai makhluk seperti Tuhan yang tak boleh dihujat.
“Kamu... kamu...” Wajah Supervisor Chang yang gemuk memerah keunguan, dengan sekuat tenaga ia berteriak: "Pergi sejauh mungkin! Aku akan laporkan ke pihak kampusmu, lihat saja kerjaan apa yang bisa kau dapat."
"Haha, aku tidak khawatir soal kerjaan. Paling-pal jadi pemain profesional. Tapi Piala Huaying diurus orang sepertimu? Perusahaan berusia ratusan tahun, ternyata cuma begini. Aku malu pernah magang di Huaying, sialan!" Remaja itu melempar map data sambil tertawa keluar.
"Tunggu, ada masalah apa?" Seorang pria paruh baya berambut slickback menghadangnya di pintu, tampak mendengar ucapan panas tadi.
"Minggir! Aku jijik menghirup udara di tempat ini sedetik pun." Tatapan sinisnya menyapu seluruh ruangan.
"Mengapa Huaying disebut 'cuma begini'? Ayo kita bahas bersama." Pria paruh baya itu melambai, seketika seluruh staf di aula kantor bundar itu berdiri.
"Selamat pagi, Direktur Zhao." Sapaan yang seragam menandakan status dan kedudukan orang ini.
"Wah, Direktur Zhao datang juga, kok tidak memberi kabar duluan." Supervisor Chang segera menyambut, wajah pucatnya seketika berbalut senyum manis.
"Ada masalah apa ini?"
Nada bicaranya tetap ramah, tapi mereka yang mengenal baik wakil direktur grup ini bisa merasakan amarah yang tersembunyi.
Dengan reputasi gemilang selama seabad, HuaYing hampir bisa disebut legenda di industri. Mendengar perusahaan ternama ini disebut "tidak istimewa" dan dianggap "menjijikkan", bagaimana mungkin dia tidak marah?
Supervisor Chang buru-buru menjelaskan sebelum si magang sempat bicara: "Begini ceritanya..."
Kantor seluas satu lantai ini dipenuhi banyak orang dengan mulut yang mudah bocor. Dengan banyaknya yang mengincar posisinya, tentu dia tidak berani terlalu melebih-lebihkan cerita.
Tapi dengan pemilihan kata dan intonasi yang tepat, efek yang diinginkan tetap bisa tercapai.
Kemampuan membaca situasi dan merangkai kalimat seperti ini hanya bisa didapat dari pengalaman hidup yang matang.
Namun yang membuatnya heran, anggota tim proyek yang datang "mendengarkan" atas perintah Wakil Presiden Direktur tiba-tiba memandangnya dengan sorotan mata penuh belas kasihan.
Pandangan seperti ini sangat membuatnya jengkel, seolah-olah dia lupa memakai baju saat keluar rumah pagi ini.
"Piala Huaying seperti ini." Magang itu tidak membenarkan beberapa ketidakakuratan dalam pernyataan Supervisor Chang, dia hanya tersenyum santai, "Apakah masih akan ada edisi berikutnya?"
"Sungguh memalukan." Wajah Direktur Zhao yang sudah mulai berkerut berkedut beberapa kali, akhirnya lunglai bersandar di kursi kulit besar berputarnya.
"Direktur Zhao..." Supervisor Chang yang sebenarnya tidak bodoh mulai merasakan firasat buruk.
"Kamu tidak kenal Lu Li?" Wakil Presiden Direktur masih ingin memastikan.
"Lu... Lu Li." Keringat mulai membasahi dahi Supervisor Chang, "Saya akan segera mencari tahu setelah pulang hari ini."
Dia tidak berani mengaku tahu sembarangan, Direktur Utama mungkin bisa dibohongi, tapi Wakil Presiden Direktur ini sama sekali tidak mungkin. Dia pernah menyaksikan sendiri berbagai taktik yang digunakan wakil direktur ini untuk mencapai posisi sekarang.
“Tidak perlu repot-repot seperti ini. Kamu laporkan saja ke Manajer Qian, sekalian sampaikan padanya: Saya harap laporan pengunduran dirinya sudah ada di meja saya saat rapat rutin perusahaan akhir pekan ini.” Zhao Zong mulai membereskan persoalan, cahaya di matanya sedikit demi sedikit pulih, disertai ketajaman yang menggetarkan...
Bagaimana tidak tajam? Dia sama sekali tidak menjatuhkan sanksi pada Manajer Chang, malah langsung menebas atasannya.
Posisi Manajer Divisi Industri Game Grup Huaying – sekelas elit sosial papan atas yang menghabiskan belasan tahun berjuang pun belum tentu bisa mencapainya – ternyata diakhiri hanya dengan satu kalimat ringan.
Banyak perusahaan suka merekrut orang dari Grup Huaying, menawarkan gaji tiga hingga lima kali lipat, karena mereka memang sumber daya unggul.
Tapi jarang ada yang mau menjadi penerima warisan karyawan Grup Huaying. Orang yang dipecat dari perusahaan ini, bahkan kesempatan untuk memulai dari nol pun tak bisa didapat.
Atasan saja sudah dipecat, lalu apa nasib dirinya?
Kepala Manajer Chang berantakan, berbagai pikiran saling berebutan, akhirnya semua terkumpul menjadi satu titik.
Siapa sebenarnya Lu Li ini?
