Mengingat ini tugas terbatas waktu, Lu Li sama sekali tidak berani menunda-nunda.
Dia terbang menuju Lembah Warsong, di tengah jalan menemui bahaya, hampir dikepung dan dibunuh oleh sekelompok elang botak yang kelaparan. Berkat hutan yang luas dengan banyak burung, burung gagak ini akhirnya bisa kabur.
Setelah menghabiskan belasan menit, Lu Li berdiri di tepi Danau Falathim.
Danau Falathim sudah tidak lagi megah seperti dulu. Setelah mengalami kehancuran besar dari Telaga Keabadian, permukaan danau menyusut sehingga banyak aliran sungai yang terlihat.
Lu Li membutuhkan tempat yang terkena cahaya Moonlight sepanjang tahun untuk merendam ramuan di air danau.
Semburan panah datang menghujani, memaksanya keluar dari penyamaran.
Lu Li menoleh dan melihat beberapa pemain Horde menerjang. Yang menyerang adalah seorang pemburu, ahli dalam menembak acak yang memiliki keunikan dalam serangan grup.
Saat Lu Li berjalan di tepi air sebelumnya, riak danau yang terinjak mengungkap jejaknya. Sang pemburu langsung melepaskan tembakan acak ke arahnya.
Orang yang suka menyusup ke medan gaya umumnya memiliki sifat suka berperang, mereka tidak peduli apakah akan terjadi kena serangan kawan.
"Hanya dia sendirian, cepat kalahkannya!" Pemimpinnya adalah prajurit bangsa orc, Dia langsung melakukan Charge ke arah Lu Li.
Lu Li hanya menyamping selangkah kecil, skill Charge-nya langsung kehilangan target.
Teknik menghindar seperti ini membutuhkan timing yang tepat. Jika skill Charge belum sepenuhnya ter-release, lawan masih bisa berbelok mengejar. Baru setelah skill Charge benar-benar selesai, penghindaran bisa mencapai efek sempurna seperti yang dilakukan Lu Li.
Prajurit orc yang menyerbu itu langsung terkena status Pusing oleh serangan biasa Lu Li.
-412！
Perbedaan level, peralatan, dan skill yang sangat besar membuat profesi armor plat kehilangan darah dalam sekejap.
Prajurit orc itu nyaris pingsan, Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru disaksikannya.
Lu Li tidak memberi kesempatan respons, dengan beberapa serangan cepat mengirimnya ke jalan terakhir, lalu menerjang target berikutnya.
Empat pemain Horde, satu pejuang satu pemburu satu Mage satu Druid, kecuali Druid yang langsung berubah wujud dan kabur melihat situasi memburuk, ketiga sisanya tumbang dalam waktu sangat singkat.
Sedangkan dirinya sendiri hanya kehilangan kurang dari separuh HP.
Ini hal yang sangat normal, kesenjangan terlalu besar plus serangan mendadak, pemain biasa seperti ini di tangan Lu Li sungguh tidak bisa membuat ulah.
Tentu lain ceritanya jika jumlahnya puluhan atau ratusan.
Memungut peralatan yang di-drop, satu perak satu Besi Hitam, semuanya barang pasaran yang tidak akan laku dijual, Lu Li tidak mengejar Druid karena sedang membawa tugas terbatas waktu.
Selama mencari di tepi danau, Lu Li sebisa mungkin menghindari pemain kubu musuh yang sudah bermata merah ingin membunuh.
Beberapa menit kemudian, Lu Li menemukan wilayah yang sesuai deskripsi Efanna: sebuah kolam kecil dengan moonlight memantul di permukaan air, bidang hijau zamrud diselimuti kabut tipis yang mengepul.
Dia memasukkan Ramuan Basslan ke dalam air. Begitu ramuan menyentuh air, cahaya langsung berkilauan. Moonlight seolah menemukan pintu masuk dan seluruhnya mengalir ke sana.
Lu Li awalnya berencana menyamar dan jongkok di samping menunggu lima menit selesai. Siapa sangka gerakan sebesar ini terjadi.
Menyelesaikan tugas sungguh sulit. Di kehidupan sebelumnya sudah seperti ini, di kehidupan sekarang tetap sama.
Orang lain satu tugas satu mata rantai selesai. Tugasnya selalu melibatkan banyak barang tidak jelas. Sekarang dia kembali tenggelam dalam situasi canggung ini.
Tak lama kemudian dua orang dari Alliance tertarik mendekat.
"Maaf, sedang mengerjakan tugas. Tolong permisi." Jangan kira sesama kubu akan aman. Lu Li sama sekali tidak berharap apa-apa.
"Tugas? Kakak bercanda ya? Kami yang menemukan barang ini, kok bisa jadi tugasmu?" Salah satu dari mereka matanya tak lepas dari botol ramuan yang berkilauan di permukaan air. Dia sama sekali tidak percaya perkataan Lu Li.
Atau mungkin percaya, tapi punya rencana lain.
"Sepertinya kalian berniat tetap di sini." Lu Li malas berdebat, langsung melancarkan satu set skill.
Penyamaran, serangan mendadak, Backstab, Mati Leher... dasar penyihir gelap berarmor kain, langsung tumbang dalam satu gelombang.
Pemain yang tersisa membuka mulutnya lebar-lebar.
Tiba-tiba langsung menyerang, itu pun secepat kilat.
"Kamu, mau ikut tetap di sini atau pergi?" Lu Li memungut peralatan yang terjatuh, memasukkan ke dalam tas.
"......" Apa perlu dipilih lagi? Wajah pemain tersisa menghitam, berbalik pergi. Tapi tidak menjauh, hanya berhenti tak jauh, mungkin menunggu kesempatan atau menghubungi teman.
Lu Li mengabaikannya. Dia tahu masalah baru saja dimulai.
Sebuah regu Horde datang. Mereka langsung membunuh pemain Alliance yang enggan pergi, lalu mendekati posisi Lu Li.
Saat berjalan tiba-tiba Pastor itu terhuyung-huyung tak bisa melangkah.
Belum sempat dia memberi tahu orang lain di ruang obrolan, Lu Li yang memberinya Pukulan mematikan langsung berbalik menyergap Ahli Nekromansi terdekat. Dengan mengaktifkan efek tambahan, Lu Li bahkan tidak perlu menggunakan satu set skill lengkap untuk membunuh target.
Sampai saat ini, pemain "Fajar" yang mencapai level 25 masih kurang dari seratus orang. Probabilitas bertemu pemain level 25 dalam regu acak seperti ini sangatlah kecil.
Sementara pemain biasa di bawah level 25 harus menerima damage tambahan dari hukuman level saat berhadapan dengan Lu Li yang level 27.
Pastor terkena Pukulan mematikan, penyihir terbunuh. Meski tiga orang yang mengepung berhasil menyebabkan kerusakan besar pada Lu Li, akhirnya mereka tak mampu melawan peralatan dan teknisi Lu Li.
Beberapa puluh detik kemudian, Lu Li duduk makan Roti untuk memulihkan HP. Lima pemain yang mendekat terbaring menjadi mayat di tempat.
Dalam lima menit singkat, belasan orang terbunuh - ada pemain solo, ada regu, dari Horde maupun Alliance. Badan Lu Li segera menanggung belasan Nilai PK.
Untungnya ini adalah area pinggiran Lembah Warsong, termasuk wilayah yang cukup terpencil dan jarang dilalui tim besar.
Regu terbesar yang pernah ditemui Lu Li hanyalah tim lima orang, sementara regu lima orang pemain biasa belum cukup menjadi ancaman untuk sementara.
Persepsinya sangat tinggi. Tanpa peralatan yang luar biasa, bahkan pencuri yang sedang menyamar takkan bisa lolos dari pengamatannya. Semua yang mencoba trik licik untuk merebut botol berakhir menjadi mayat.
Sistem: Ramuan Basil telah dibersihkan secara total.
Lu Li mempercepat tempo, membunuh lawannya sebelum sekelompok orang lain mendekat, lalu menyambar botol ramuan dan menggunakan Langkah Angin.
Tugas ini dibuat sesuai standar pemain biasa, namun kemampuan terbang Lu Li menjadi bug dalam sistem. Ketika dia membaca mantra teleportasi kembali ke Astranaar, masih tersisa beberapa menit.
"Puji Dewi Bulan, ramuan inilah yang dimaksud!" Efana menerima botol ramuan dengan girang, "Little Layla bisa diselamatkan!"
"Ramuan diminumkan, wajah pucat kehijauan gadis kecil itu diselimuti lapisan moonlight transparan. Di telinga semua orang seolah terdengar bisikan Sang Dewi, kadang jauh kadang dekat, seperti kelopak bunga yang diterbangkan angin, bulu yang menyentuh jiwa."
Bahkan Lu Li sang pemain pun ikut terharu.
Apalagi Elvarion dan Pelturas, mereka bersujud di tanah, memuji Elune Sang Dewi dengan penuh iman.
"Ayah, aku seperti tertidur." Gadis kecil itu membuka matanya.
"Nak, kau tidur terlalu lama. Ayah hampir kehilanganmu." Pelturas menangis bahagia.
"Hmm—sekarang aku tidak ingin tidur lagi. Ayah, bisakah kita main keluar?"
"Sekarang kau perlu istirahat, putriku."
"Baiklah, Ayah. Aku seperti mendengar suara lembut memanggil namaku tadi. Pasti suara Ibu, kan?"
“Puji Dewi Bulan, semoga kemuliaan-Mu selamanya menyinari tanah ini.”
Mendengar beberapa kalimat dialog antara Pielthuras dan putrinya yang sederhana, Lu Li merasakan kehangatan di hatinya. Segala hambatan dan kerumitan ini sepertinya kini menemukan alasannya.
"Anda telah menyelamatkan putriku. Hutang budi ini takkan terbalaskan, tapi—terimalah ini. Selain Layla, inilah harta paling berhargaku." Pielthuras menyerahkan busur panjang kepada Lu Li dengan penuh rasa syukur.
Inilah mungkin hadiah tugas terakhir.
Peralatan perak, atau peralatan emas?
