Pelayan wanita Nima berjalan lincah di depan dengan kecepatan tinggi, memaksa Lu Li mengerahkan seluruh kemampuannya untuk sekadar bisa menguntit.
Ia kini menyesal terburu-buru. Mempertahankan jarak dengan pelayan wanita di malam hari memiliki tingkat kesulitan berlipat ganda dibanding siang. Beberapa kali bayangan belakang sang pelayan hampir lenyap dari pandangannya.
Setelah lebih dari sepuluh menit mengejar hingga seluruh badan berkeringat, tak terkira sudah berapa jauh jarak yang ditempuh.
Sang pelayan akhirnya berhenti di depan gubuk kayu tersembunyi di balik hutan. Seekor troll dengan kacamata selam buatan teknik sedang berjongkok di dalam, penampilannya terlihat tidak karuan.
"Awalnya troll dan night elf merupakan anggota Horde dan Alliance yang saling bermusuhan. Namun saat ini, berkat berada dalam wilayah kekuasaan Manor Ravenholdt, mereka bisa hidup damai."
"Yang Mulia Penangkap Angin, saya membawa seorang calon peserta ujian." Pelayan itu membungkuk gay dengan sikap patuh.
Troll itu tetap berjongkok tak bergerak. Dari balik kacamata, Lu Li tak bisa melihat apakah dia tertidur atau sengaja mengabaikan.
Setelah jeda, pelayan mengangkat tangan pasrah: "Kita datang agak terlambat. Yang Mulia sudah beristirahat. Sepertinya kita harus menginap di sini malam ini, baru bisa menerima ujian besok."
Rupanya jam kerjanya sudah habis. Lu Li mengangguk paham, lalu berjalan ke sudut pondok kayu dan duduk bersila.
Beberapa saat kemudian, peringatan sistem muncul bahwa dia harus log out. Pelayan itu pun menyaksikan Lu Li tertidur lelap di sudut dinding.
Esok paginya, begitu bangun, Lu Li langsung bergegas login tanpa sabar.
Saat membuka mata, pelayan wanita sudah menghilang. Hanya seorang troll berkacamata selam yang berjongkok dihadapannya, bergumam: "Si pemalas, kalau kau tidak segera bangun, aku akan panggang kau!"
Lu Li menggigil ketakutan, buru-buru bertanya: "Ke mana perginya pemanduku?"
"Sudah pergi. Dia telah menyelesaikan tugasnya. Tempat inilah tujuanmu, atau mungkin akhir perjalananmu," kata troll itu.
"Apa ini Manor Ravenholdt?" Lu Li pura-pura terkejut, tak lupa menyelipkan ejekan: "Cuma gubuk kayu kecil? Terlalu menyedihkan!"
"Tentu bukan! Ini hanya area luar. Aku petugas ujian hari ini. Kau petualang pertama yang kutemui. Aku berharap datang seorang troll, lebih baik lagi troll ahli teknik sepertiku - pasti langsung kululuskan." Nada bicaranya jelas merendahkan.
"Aku juga ahli teknik!" protes Lu Li tergopoh-gopoh.
Meski tidak bisa membuat NPC memberikan perhatian khusus seperti Xiao Ba Jiang, setidaknya jangan sampai berselisih dengan NPC.
"Oh, kalau begitu apa karya andalanmu? Kita bisa mempelajarinya bersama. Jika ingin lolos ujian, kau harus membuatku puas dulu." Troll itu melepas kacamata, memperlihatkan sepasang mata kelabu.
Lu Li berpikir sejenak, lalu mengeluarkan jarum suntik dan menyuntikkan cairan ke tubuhnya sendiri.
Tiba-tiba, troll itu menyaksikan tubuh Lu Li mengerut seperti balon bocor, hingga akhirnya berubah menjadi night elf versi mini.
"Oh, aku juga punya ini, namanya 'Dunia Begitu Luas'." Troll itu mengobrak-abrik tasnya selama belasan detik, lalu mengeluarkan jarum suntik serupa dan menyuntikkannya ke diri sendiri.
Tubuhnya menyusut lebih kecil dari Lu Li.
Pondok kayu yang semula terasa sempit seketika berubah menjadi mansion megah.
"Apakah ini berarti aku lulus ujian?" tanya Lu Li dengan hati-hati. Wajar saja NPC memiliki resep 'Dunia Begitu Luas', toh mereka memang bagian dari sistem.
"Tidak boleh, kamu bukan troll, maka kamu harus menunjukkan resep yang tidak bisa ku buat. Aku ini engineer tingkat maestro." Sebenarnya si troll cukup senang bermain, tapi dia tetap menyimpan dendam karena Lu Li bukan ras troll.
Sebuah kata untuk menggambarkan—mengganggu!
Lu Li menghela napas, mengeluarkan sebuah bomb dari tas, mengaktifkannya lalu melemparkannya ke bawah kaki.
"Ini mungkin..." Si troll menatap kosong saat sumbu habis terbakar, lalu Boom!—suara ledakan dahsyat mengguncang, seluruh gubuk kayu terbang ke udara.
Dua orang merangkak keluar dari reruntuhan pondok kayu dengan wajah berdebu, saling melotot.
"Yang Mulia Penangkap Angin, bisakah kau membuat ini?" Lu Li harus mengakui, ini benar-benar balas dendam. Tugas bodoh macam apa ini, ternyata berprasangka pada ras selain troll.
Begitu ada kesempatan, pasti akan kubunuh selusin pemain troll di Lembah Warsong baru puas.
"Pemburu Angin Basra sangat ingin menamparnya, membangun gubuk kayu kecil saja sudah susah, kau malah mengebomnya hingga aku terbang ke langit."
"Hah, bom…"
"Bisa tidak kalau bisa, keluarkan juga bommu dan ledakkan." Lu Li memasukkan sepotong roti ke mulutnya, duduk di tanah sambil memulihkan HP. Dengan peralatan dan levelnya sekarang, ledakan pasti tidak akan membunuhnya, apalagi NPC di depannya ini.
"Aku... aku tidak bisa." Troll itu menundukkan bahu, berbicara dengan suara parau.
"Apa? Kau ternyata tidak bisa? Ini cuma resep level menengah, sudah lama aku kuasai. Tadi kau masih mengaku sebagai engineer maestro!" Lu Li berpura-pura terkejut, akting teriak-teriaknya layak berkompetisi di Oscar untuk aktor terbaik.
Memalukan, benar-benar memalukan, suara tepukan kerasnya terdengar sampai setengah kilometer.
Wajah troll tua itu merah padam.
Sebagai maestro teknik, sudah bertahun-tahun ia tidak mengalami kecanggungan seperti ini.
Skill kehidupan dalam "Fajar" memiliki gradasi yang sangat panjang, yaitu level awal, level menengah, level tinggi, ahli, maestro, Grand Master, dan Mahaguru - ini adalah hierarki yang umum dipahami. Adapun apakah ada level semi-dewa atau Tingkat Dewa di atasnya, itu tidak tercakup dalam catatan resmi.
Grand Master dan Mahaguru sangat langka. Level maestro sendiri sebenarnya sudah merupakan puncak di berbagai industri, bahkan di seluruh Stormwind tidak ada seorangpun engineer tingkat Grand Master.
Menghadapi "Bodoh Bom Avi" yang telah hilang selama ribuan tahun, Basra Penangkap Angin hanya bisa menggigit gigi dan menelan ludah sendiri.
Sudah sampai titik ini, untuk apa lagi uji coba sampah? Dia juga tidak mungkin marah pada Lu Li. Bukan hanya tidak marah, malah tersenyum terlalu menjilat ke arah Lu Li: "Kamu benar-benar bakat! Ujian sudah pasti lolos. Ayo, aku akan antarmu menemui Yang Mulia Adipati."
Dengan acungan jarinya yang sembarangan, sebuah motor trail dua kursi langsung muncul di depan.
Desain megah nan tegas, garis-garis yang keras, kilau warna emas mewah—inikah yang disebut legenda...
Road Hog mekanis!
Senjata pamungkas nomor satu untuk merayu cewek di "Fajar"!
Cuma perlu parkir di jalan, langsung seabrek cewek berebutan nebeng.
Mata Lu Li berbinar-binar, air liurnya meleleh deras.
"Jangan lihat aku begitu. Benda ini terlalu berharga, habiskan tabungan nikahku. Lagi pula butuh pengikatan jiwa untuk membuatnya," Baslan mengeluh sambil cemberut.
Pengikatan jiwa berarti tidak bisa diperdagangkan.
"Maestro, bisa ajarin aku gambar teknik Road Hog mekanis?" Lu Li menggenggam lengan Baslan.
"Ini cuma bisa dibuat ahli teknik level maestro. Kamu bahkan belum level tinggi, remaja. Hidup itu harus tenang," Baslan balas menyindir, sedikit pamer.
Mesinnya meraung, kawanan burung di hutan beterbangan kaget oleh gemuruhnya.
“Ya sudah, kalau tidak bisa tak apa. Awalnya aku berniat mempelajari resep bom bersama maestro.” Ekspresi Lu Li dipenuhi penyesalan.
“Apa? Kau bersedia membagi rahasia bom denganku?” Setang motor terbelok keras disertai suara Boom yang menggelegar menabrak pohon di samping. Baslan Sang Penangkap Angin terlempar keluar.
