“Aku juga tahu perkataanmu masuk akal, kita tidak bisa terus menerus memonopoli pembunuhan pertama dungeon. Tapi orang-orang itu tidak kompeten, apakah aku harus mengalah agar mereka punya kesempatan?” Lu Li masih menyelami dunia pemikirannya sendiri.
Perkataan Biru Muda Laut Angin sebelumnya, meski dianggapnya sepele, sebenarnya juga membuatnya ragu dalam hati.
Jika aku jadi Ketua Serikat Besar, begitu ada serikat yang terus memenangkan pembunuhan pertama, bahkan harus menjual semua harta benda pun akan kuhancurkan mereka.
“Tidak sampai segitunya.” Genhao San menjelaskan, “Di luar tidak ada penyergapan sama sekali. Shiyishao mungkin kebetulan bertemu kalian lalu terbunuh. Memang serikat besar sekarang membenci kita, tapi kau meremehkan harga diri mereka. Manusia hidup demi kehormatan, semakin tinggi status semakin dijunjung harga diri. Jika dunia luar tahu mereka mengerahkan pasukan untuk mengepung kalian hanya karena kalah di dungeon, menurutmu mereka masih punya muka berkeliaran di lingkaran ini?”
Lu Li sekarang belum menjadi orang penting, dan dengan latar belakang akar rumput yang serba pragmatis, sulit baginya memahami pemikiran orang-orang penting.
"Tapi, kemungkinan melawan kita juga tidak bisa diabaikan. Selama dilakukan dengan rendah hati, tidak ada yang bisa protes." Genhao San menambahkan: "Kalau ketemu situasi seperti ini lagi, harus lebih berhati-hati. Banyak kasus terbalik di parit."
Lu Li mengiyakan, mengakhiri dialog yang tidak bermakna ini.
Dia pertama-tama kabur membunuh sekelompok Ksatria Suci Berdarah, membuat Aura Berdarah kembali menyelimuti seluruh guild.
Kemudian dungeon Armory Biara Berdarah secara resmi dimulai.
Armory levelnya sedikit lebih tinggi dari dua dungeon sebelumnya. Monster kecil semuanya sudah mencapai level 30, bahkan ada makhluk elit level 32. Jika rata-rata level tim belum 30, pertarungan akan agak sulit karena Fajar mulai menerapkan hukuman level begitu selisih tiga level.
"Apa ada temuan?" tanya Lu Li sambil menunjuk koridor ganda yang panjang sebelum memulai serangan.
Dia bermaksud melatih ketajaman mata dan pola pikir rekan satu tim. Meski di tangannya ada guide, Lu Li sejak awal tidak pernah menyerah untuk melatih rekan setimnya, meningkatkan kekuatan setiap individu mereka.
"Lima ekor berkelompok, ada satu yang besar, kelihatannya sulit dilawan." Biru Muda Laut Angin berkata.
"Masih ada lagi?" Lu Li menggelengkan kepala.
Dasar orang bodoh ini, siapa suruh menghitung jumlah? Persoalan sederhana seperti itu mana ada yang tidak kelihatan.
"Komposisi profesi cukup menarik, ternyata ada Pastor." Tentu saja Biru Muda Laut Angin bukan sekadar penderita sindrom kekanak-kanakan level dua. Meski tidak berbakat di bidang PVP, dia pasti tidak akan mengecewakan gelar MT nomor satunya saat masuk dungeon.
"Bahkan kalau ada Pastor itu hal normal. Siapa bilang monster kecil tidak bisa berparty dengan pembagian profesi seperti pemain?" Lu Li berkata dengan putus asa: "Apa kalian tidak menemukan 110?"
Yang disebut 110 ini, meminjam kode organisasi tertentu, merujuk pada monster kecil yang berpatroli ke mana-mana.
Monster jenis ini mungkin memiliki rute pergerakan tetap yang berpatroli sesuai pola tertentu, atau tanpa rute tetap sehingga bergerak secara acak ke berbagai posisi. Jika pengaturannya dibuat lebih cabang, monster-monster ini bahkan bisa berfungsi sebagai sistem peringatan pengintai.
Saat mereka menemukan ancaman musuh, akan memberikan umpan balik kepada rekan-rekan dengan cara tertentu.
110 di Gudang Senjata Biara Berdarah memiliki pengaturan seperti ini.
Ketika pemain bertempur dengan mereka, 110 ini mungkin akan membunyikan peluit mereka, lalu 3-5 regu monster kecil akan datang memberikan bantuan - jumlah pastinya tergantung pada bagaimana monster di sekeliling telah dibagikan.
"Jumlah 110 di sini terlalu banyak," kata Biru Muda Laut Angin sambil melakukan pengamatan, ekspresinya menjadi jauh lebih khidmat.
“Beberapa monster di posisi tetap juga bisa berubah menjadi 110 secara acak, jadi gelombang monster ini sulit dihadapi. Tugas kita bukan hanya membersihkan monster biasa, tapi juga harus fokus membunuh 110 dengan cepat. Begitu 110 muncul, aku akan blink untuk mengendalikan. Huahua dan Tang Yuan fokus kumpulkan tembakan segera. Kita bertiga seharusnya bisa menanganinya. Jika 110 kedua muncul, Moonlight kamu yang maju kontrol dengan charge, yang lain bantu. Paham?”
Berkat kepemimpinan Lu Li, mereka tidak harus mengalami wipe beberapa kali baru menemukan rahasia penjaga gudang senjata.
Tim lain yang lebih dulu masuk ke gudang senjata seperti Ibu Kota Kejayaan, Xuese Zhanqi, Kota Wushuang, dll—semua guild besar ini mengalami kesulitan luar biasa melawan monster kecil.
Biru Muda Laut Angin maju mengalihkan perhatian, yang lain memberikan damage dari belakang. Saat bertemu patroli 110, tim masih bisa mengatasi. Momen paling berbahaya adalah ketika menarik tiga gelombang monster kecil sekaligus—belasan monster berhamburan menyerbu. Untungnya MT tangguh, hanya satu anggota yaitu Hua Di Li Qing yang tumbang, seluruh tim tidak sampai wipe.
Selama periode ini, Lu Li memainkan peran besar. Setiap kontrolnya tepat waktu mencegah 110 kabur atau memiliki kesempatan mengeluarkan peringatan.
Setelah masuk ke dalam bayangan bangunan, masalah berikutnya yang dihadapi adalah formasi meriam.
Empat buah meriam abad ke-18 dioperasikan oleh empat elit Bloodthirsty. Mereka akan menembaki unit apa pun yang masuk dalam jarak tembak.
Berbeda dengan bom, amunisi meriam ini seluruhnya padat. Meski tidak menghasilkan efek pecah, serangan tunggalnya sangat mematikan disertai efek-efek negatif seperti luka berat, terbakar, dan pusing.
Begitu terkena tembakan, health langsung turun setengah. Tertembak sekali lagi akan langsung tewas.
“Amunisi yang jatuh ke tanah akan menyebabkan gemetar, serta efek panas membara selama sekitar lima detik sebelum menghilang.” Lu Li menjelaskan: “Yang perlu kita lakukan sederhana, yaitu menginjak jejak hitam yang muncul akibat panas. Jika diamati dengan seksama, kalian akan menemukan bahwa setelah amunisi jatuh di suatu posisi, dibutuhkan setidaknya 20 detik sebelum serangan kedua di lokasi yang sama. Waktu 20 detik itu cukup untuk mencari titik jatuh berikutnya.”
“Wah, seperti ekspedisi makam kuno di film!” Can Meng si Pemburu Kecil matanya berbinar.
Kemampuan reaksinya dalam pertempuran cukup bermasalah, seringkali harus mengikuti pergerakan orang lain. Namun saat menghadapi sesuatu yang mirip game kecil, dia justru mahir.
Cewek adalah makhluk yang aneh, cewek-cewek kecil pun tak terkecuali.
“Kalau kena ledakan jangan panik. Efek pusing hanya tiga detik. Selama hatimu tidak kacau, ikuti cara yang kukatakan untuk mencari titik jatuh, maka kamu tidak akan kena amunisi untuk kedua kalinya.” Lu Li bertanya dengan ragu: “Ada masalah yang ingin ditanyakan?”
Apapun masalahnya, baru bisa diketahui setelah dicoba.
Lu Li pertama-tama mendemonstrasikan cara pergerakan yang benar. Semua orang menyaksikannya berlarian di saluran sempit yang dipenuhi hujan amunisi tak henti, namun peluru-peluru itu seolah memiliki mata sendiri - sama sekali tidak mengenai tubuhnya.
"Seru banget, beneran seru!" Kedua cewek kecil itu terlihat sangat antusias.
Nah, yang dikhawatirkan memang mereka. Jika mereka tidak bermasalah, para pelaku lainnya kemungkinan besar tidak akan gagal di mata rantai ini.
Can Meng dan Xiao Ba Jiang hanyalah siswi SMA biasa tanpa kekuatan super. Setelah bergabung ke Unit Tentara Bayaran Xinxin secara kebetulan, mereka terbawa melesat oleh tim berwibawa ini layaknya karakter yang menggunakan cheat.
Jika ditanya siapa anggota Unit Xinxin yang "berlindung di balik kemilau palsu", duo imut bodoh ini pasti tidak akan luput dari daftar.
Setelah menerobos medan meriam, selama bisa mendekati para penembak elit itu, ancaman praktis sudah berakhir. Sehebat apa pun skill senjata jarak jauh, begitu diserang jarak dekat, mereka tak ubahnya makanan yang mudah dihabiskan.
Perjalanan dilanjutkan hingga akhirnya tiba di depan Aula Petualang.
