Terbit-tenggelamnya bulan dalam game sama sekali berbeda dengan realitas.
Setidaknya langit malam Hutan Tirisfal selamanya pemandangan monoton. Di era perang ketika wabah menghancurkan Lordaeron, tak ada lagi yang melihat awan putih di langit biru.
Tempat Ratu Kegelapan Sylvanas menjulang seperti elang hitam, langit berbintang tak bertepi.
Saat Lu Li login, dia muncul di markas kecil yang bahkan tidak memiliki nama ini.
Wabah dahulu tidak berhasil membasmi semua tentara. Sisa-sisa mereka mundur ke pegunungan, mencoba memulihkan diri dan mengumpulkan tenaga untuk kembali. Sayangnya manusia pasti mati, dan ketika jumlah personil semakin menyusut, rencana comeback itu menjadi bahan tertawaan.
Berangkat dari markas kecil, mereka hanya membutuhkan waktu kurang dari dua puluh menit untuk kembali ke Biara Berdarah.
Sepanjang jalan mereka juga menyempatkan membunuh Nancy - istri Verathas di Danau Lordamere, mengambil cincin pernikahan curian mereka. Nancy tidak sulit dikalahkan, hanya monster tugas dengan Template Elite biasa.
Masih mengikuti aturan lama, Lu Li dan Moonlight memimpin serangan frontal.
Kali ini tanpa gangguan pemain bintang, mereka berhasil menerobos masuk ke Gereja Besar Berdarah.
"Lu Li, haha! Aku menemukan barang yang kau cari." Bahkan sebelum memulai eksplorasi hari ini, Lu Li sudah menerima pesan dari Genhao San.
Ternyata ini benar-benar kejutan.
“Sifat apa, sudah dapat?” Lu Li bertanya tak sabar.
Batu Sintetis memang langka, apalagi yang mengurangi Kebutuhan Level peralatan. Sebenarnya Lu Li sudah tidak berharap banyak, tapi baru hari kedua sudah ada kabar.
Terang di ujung terowongan!
“Katanya bisa mengurangi 20% Kebutuhan Level peralatan...”
“Lumayan juga. Sekarang aku level 31, beberapa hari lagi bisa naik ke 32. Lebih baik daripada harus nunggu sampai level 40.” Semangat Lu Li langsung bangkit, “Sudah dibeli? Gak masalah kalau mahal, potong saja dari gajiku.”
“Hah, penjualnya agak khusus... dia mau negosiasi langsung sama kamu.” Genhao San memahami perasaan Lu Li tapi tak bisa berbuat apa-apa.
“Harus negosiasi langsung? Mau minta aku bantu naikin level atau temanin main dungeon...”
“Kemarin kamu ada berselisih dengan seseorang? Elf Air?” Genhao San bertanya hati-hati.
“Apa?!” Firasat buruk tiba-tiba menyergap hati Lu Li, “Jangan-jahan yang kamu maksud Elf Air? Dia yang pegang Batu Sintetis? Sialan!”
Tak tahan mengumpat, barulah ia menyadari makna tersirat saat Elf Air meminta guide untuk kedua kalinya kemarin.
Wanita yang sangat diistimewakan seperti itu, dengan kesombongannya, mana mungkin setelah ditolak masih mau mencoba tujuan yang sama dan ditolak mentah-mentah lagi.
Saat itu Lu Li tidak dalam keadaan tenang, jadi tidak merenungkannya. Sekarang setelah dipikir, semuanya masuk akal.
"Dari unit tentara bayaran kudengar mereka menjual Batu Sintetis seperti ini ke Elf Air. Aku menghubunginya kemarin sore, awalnya negosiasi berjalan baik, tapi tiba-tiba dia meminta kamu yang langsung berunding, nada bicaranya terdengar tidak enak." Genhao San mengernyit sambil mengingat-ingat.
"Benar, aku berselisih dengannya." Lu Li menjawab dengan lesu.
Andai saja waktu itu langsung memberikan guide-nya. Lagipula Lu Li hanya tertarik pada Pembunuhan Pertama, soal rekor dungeon setelahnya sama sekali tidak dipedulikannya.
“Ya Tuhan, Lu Li, kenapa kau bisa berselisih dengan Elf Air? Dia kan wanita cantik lho.” Genhao San sebenarnya sudah punya firasat buruk, tapi saat mendengar konfirmasi Lu Li, tetap merasa tak berdaya.
Persoalannya sederhana: Elf Air tahu Lu Li menginginkan batu permata. Batu itu memang menganggur di tangannya sementara, bukan tidak mau dipindahtangankan. Tapi dendam karena ditolak Lu Li sebelumnya masih melekat. Awalnya dia memberi kesempatan penebusan dosa, tapi Lu Li malah menolaknya untuk kedua kalinya.
“San Ge, aku... aku salah.” Lu Li menggerutu dengan perasaan campur aduk.
Karma datang terlalu cepat, membuatnya tak siap. Kini ada dua pilihan: menyerah pada Batu Sintetis di tangan Elf Air, atau menghadapinya langsung untuk bernegosiasi.
“Aku ingin tanya, Lu Li. Apa kau sama sekali tak punya niat terhadap Elf Air?” Genhao San tak tahan menahan rasa penasarannya setelah mendengar penuturan Lu Li.
“Niat? Niat apa?” Lu Li tampak bingung.
“Kumohon, kita kan orang dalam masih saja kau sembunyikan. Waktu itu kalian sampai berganti peralatan, kalau tidak bagaimana mungkin kita menang begitu mudah di final.” Genhao San menggunakan nada bicara seolah tahu segalanya.
“Apa salahnya berganti peralatan?” Lu Li terlihat benar-benar tidak paham.
Sebenarnya ini bukan sepenuhnya salahnya. Ia terbiasa hidup di blok kota penuh kekerasan dan kejahatan, di mana petarung kuat merampas dengan paksa sementara pihak lemah berjuang untuk penghidupan. Siapa sempat memikirkan hal-hal romantis? Kehidupan kemudian memang membaik, tapi siapa yang mau mencintai seorang pengumpul emas? Apalagi setelah mengetahui adiknya sakit, sama sekali tidak ada mood untuk memikirkan hal lain.
“Walau ini cuma game, tapi Elf Air tidak mungkin asal melepas pakaiannya untuk dipakai jantan. Apa kalian berdua punya hubungan terlarang?” Genhao San hampir tidak tahan.
“Bagaimana mungkin!” Lu Li akhirnya paham, -_-|||
“Baiklah, laporan intelijen sudah kuberikan, soal ini aku tidak ikut campur lagi.” Genhao San sendiri tidak yakin apakah dalam hatinya ada perasaan gembira melihat kesulitan orang lain, tapi senyumnya tak bisa ditahan.
Selain itu, dia selalu merasa persoalan ini tidak sesederhana itu.
Elf Air adalah Sang Dewi gunung es yang terkenal, kaum jantan di matanya bagai semut belaka. Pernah ada periode di kalangan game yang ramai gosip bahwa dia penyuka sesama jenis.
Dia tidak langsung menolak, malah meminta Lu Li sendiri yang menemui untuk berdiskusi...
Ada hubungan terlarang, pasti ada hubungan terlarang.
Sementara Lu Li sedang pusing memikirkan cara menebus luka yang ditimbulkannya pada wanita sejati elf kemarin, hingga sang elf mau menyerahkan Batu Sintetis itu - Elf Air saat ini sedang sibuk membuka lahan baru di Gudang Persenjataan Berwarna Darah.
Unit Tentara Bayaran Xinxin memiliki beberapa siswa SMA, hampir separuhnya cewek. Sudah satu dua jam game dimulai, tapi pasukan dungeon mereka belum juga memasuki dungeon, jadi ritme eksplorasinya tidak terlalu mendesak.
Berbeda dengan Paviliun Hujan Ringan, mereka selalu masuk ke dungeon segera setelah game dimulai setiap hari.
Semua persediaan sudah diurus oleh tim logistik khusus, langsung diserahkan ke tangan mereka.
"Jie Shui, kita dihabisi lagi, kenapa kamu malah ketawa?" Yang berbicara adalah Kakak Yèzi, mantan narapidana Penjara Bulan yang pernah mendapat bimbingan Lu Li, kini telah menjadi tank sekunder tim inti Paviliun Hujan Ringan.
Dari sepuluh anggota tim, hanya dua pria termasuk dirinya. Mereka dikelilingi sekumpulan wanita cantik dari tim logistik yang membuat para pemain pria di "Fajar" gempar iri dan dengki.
"Tidak, aku sama sekali tidak gembira." Ekspresinya berubah drastis, citra dingin Elf Air kembali muncul seolah memagari diri dari dunia luar.
Kakak Yèzi langsung terdiam, tak berani menjadikan Si Kaya sebagai bahan candaan.
Tapi Qingcheng Yun, sesama atlet esports bintang Paviliun Hujan Ringan, tak segan mendekat sambil menyeringai: "Dari tadi malam kelakuanmu aneh. Tim kita kalah pun kamu tidak marah, malah bisa tersenyum-senyum."
"Ada orang sial yang akhirnya jatuh ke tanganku." Elf Air mendengus keras, "Sudah, kita hentikan dulu. Tunggu panduannya."
Kemudian, sekelompok orang dari Paviliun Hujan Ringan duduk bersila di depan gudang senjata, menunggu guide yang disebutkan Elf Air.
Lu Li sebenarnya tidak terlalu lama merenung, dia tipe orang yang langsung bertindak.
Begitu memutuskan untuk berbicara dengan Elf Air, dia langsung mengirim pesan melalui sistem komunikasi untuk menyapa.
"Oh ada, ada apa? Aku sedang sibuk sekarang." Elf Air membalas secepat regenerasi kilat, bahkan tidak membuat Lu Li menunggu tiga detik.
