Meski masih pakai beberapa peralatan level rendah, CRIT Lu Li tinggi, Tingkat Penyelesaian Skill-nya juga maksimal. Monster Lumpur cuma elit guild bukan BOSS, nggak perlu strategi gerakan, asal nge-DPS terus aja.
Dia aja bisa sambil ngatur pertempuran masih saingin DPS sama si penyihir langka Hua Di Li Qing, apalagi takut sama sesama pendamping Elf Air ini.
Keduanya sepakat menentukan taruhan, monster lumpur malang itu langsung dihajar habis-habisan begitu ditarik.
Satu jam berlalu tanpa terasa, saat alarm berbunyi mereka berhenti. Lu Li melihat sekilas panel statistik damage, ekspresinya agak muram.
Ternyata dia kalah, meski selisihnya tidak terlalu besar tapi status ketinggalan adalah fakta yang tak terbantahkan.
"Serahkan." Elf Air terlihat sangat berbangga bisa mengalahkan Lu Li.
Menerima kekalahan dengan sportif, Lu Li menyerahkan peralatan perak yang baru didapatnya pagi itu dari tas. Matinya menatap setelan Elf Air yang penuh lumpur tapi masih memperlihatkan garis lekuk tubuh, bertanya: "Aku cuma penasaran equipment macam apa yang kau pakai, tidak mungkin full set peralatan perak level 30 kan?"
"Meski tidak full set tapi hampir lengkap. Utamanya aku punya beberapa set armor - satu untuk PK, satu untuk dungeon, dan satu lagi buat leveling." Elf Air tidak peduli dengan statistik equipment dari Lu Li, cewek yang kompetitif ini hanya ingin unggul darinya.
“……” Lu Li akhirnya menyaksikan bagaimana Si Kaya bermain game.
Tidak ada bug, tidak ada trik licik, hanya dengan menghujamkan uang saja sudah membuat pemain biasa tak mampu menyaingi. Meskipun "mengganti set armor" yang dimaksud Elf Air tidak perlu mengganti semua komponen, investasinya dalam peralatan tetap dua kali lipat lebih besar dari pemain setara kekuatannya.
"Lanjutkan?" Elf Air sangat menikmati kemenangan ini.
"Bagus, tunggu aku ganti peralatan dulu." Lu Li melemparkan perak level tiga puluh pengisi tempat ke tas, lalu mengenakan Fragmen Penyakit.
Fragmen Penyakit (Emas Gelap): Kerusakan 42-56, Kelincahan+20, Tenaga+12, Soket 1 (Telah disintesis), Efek Tambahan 1: Kecepatan Serangan +30%, Efek Tambahan 2: Polusi Mendalam, Penggunaan: mengurangi 25% Armor dan 25% Kecepatan Gerak target, Waktu Tunggu 360 detik, Efek Tambahan 3: Serangan Mematikan, saat HP target di bawah 20%, memiliki probabilitas tertentu untuk memicu efek bunuh seketika, Membutuhkan Level 40 (-8), Daya Tahan 120/120.
Setelah senjata diganti, tidak hanya serangan yang melonjak, kekuatan menyeluruh juga mengalami peningkatan signifikan.
Selama satu jam terakhir, kami membasmi elit guild yang memberi pengalaman 7-8 kali lipat dari monster biasa, ditambah dengan aktivasi pengalaman ganda hari ini, berhasil menyelesaikan panen 10% EXP. Kini level Lu Li sudah mencapai 32.
Seberapa besar peningkatan damage yang bisa diberikan oleh sebuah pisau belati?
Elf Air segera menyaksikan buktinya. Setelah satu jam, statistik damage Lu Li di panel statistik berbalik melampaui miliknya dengan selisih 5%.
Seiring berjalannya waktu, percayalah kesenjangan ini akan semakin melebar.
"Pisau belati ini kecepatannya luar biasa," ujar Elf Air tanpa mengeluh. Ia menyerahkan taruhan kepada Lu Li sambil terus memandangi senjata baru di tangan sang pembunuh bayaran, "Bagaimana kalau dijual ke aku? Harga pasti akan memuaskanmu."
"Tidak mungkin." Jawaban Lu Li terdengar tanpa ragu.
“Mengapa, meski kamu tidak pakai pisau belati ini, sebenarnya masih lebih baik dari jagoan biasa.” Mata Elf Air langsung berbinar melihat barang bagus: “Kalau kamu khawatir soal pertandingan beberapa hari lagi, serikat kami tidak ikut, nanti aku bisa pinjamkan ke kamu.”
“Nggak dijual, sesederhana itu.” Lu Li tak tahan lagi, mengelus kepala perempuan itu seperti menghibur adik.
Elf Air tertegun. Sejak orang tuanya bercerai, tak ada lagi yang berani menyentuh kepalanya. Tak disangka di game malah ada anggota yang nepatin kepala pakai tangan raksasa penuh lumpur.
Marah? Kayaknya lebay. Diam saja? Hati masih enggan.
Sesi leveling selanjutnya diwarnai kegalauan Elf Air. Kolaborasi mereka memang jitu. Dalam sehari, Elf Air naik ke level 31, sementara Lu Li dapat sepertiga pengalaman level terkini.
Esok harinya, mereka lanjut leveling lagi.
Monster lumpur memberi pengalaman tinggi, kecepatan leveling jauh lebih cepat daripada ngerjain tugas.
Lu Li telah menyelesaikan dungeon berwarna darah, untuk sementara belum ada dungeon lain yang cocok untuk ditaklukkan, secara alami fokus utamanya adalah meningkatkan level.
Meski masih memimpin daftar level, para pemain yang mengejar di belakangnya benar-benar berjuang mati-matian.
Selain Elf Darah, Bai Si Bu De Qi Jie dari Ibu Kota Kejayaan dan lainnya juga sudah mencapai level 31. Beberapa maniak leveling di serikat-serikat khusus berfokus naik level - mereka tidak masuk dungeon maupun melakukan aktivitas PK.
Lu Li tidak bisa meninggalkan urusan lain hanya untuk fokus leveling, jadi dia harus mencari jalan pintas untuk memperoleh pengalaman besar.
Tugas kubu kecil adalah salah satunya. Monster di Dustwallow Marsh termasuk kejutan tak terduga, sedangkan partner harmonis seperti Elf Air memang langka. Dia berencana berlatih intensif di sini selama beberapa waktu.
Sistem: Menara Pengawas Utara diserang, para pemain harap segera memberikan bantuan.
Peringatan sistem ini sangat mencolok. Lu Li langsung melihatnya saat pertama kali muncul. Dia agak bimbang - pertempuran skenario seperti ini termasuk peluang bagus, tapi meningkatkan level juga sama pentingnya.
“Akan ada pertarungan, pemain diminta bantuan. Kamu lihat tidak?” Suara Water Spirit terdengar sangat bersemangat.
“Liat.” Lu Li menjawab.
“Apa ini serangan monster seperti Pertempuran Pertahanan Pos Pengawas Mei Yisena?” Water Spirit sudah mulai merapikan barang-barangnya.
“Jangan-jangan kamu mau ikut? Tinggalkan leveling? Itu kan pertarungan NPC, pemain level 30 bisa ikut menyerang atau bertahan. Tapi NPC yang bertempur levelnya tidak rendah - monster di Dustwallow Marsh sekitar level 30-40, NPC minimal level 35, mungkin bahkan ada BOSS level 40...” Ini yang membuat Lu Li bimbang.
BOSS level 40 terlalu dashyat. Bagaimana jika punya skill serangan grup? Bisa-bisa mereka berdua langsung mati seketika.
Mati di dungeon tidak kehilangan EXP, tapi di luar setidaknya terkuras 10%. Di level mereka sekarang, 10% EXP itu minimal perlu diulang dua tiga jam.
“Tentu saja kita harus pergi. Kita bagian dari Alliance, sudah bertemu kejadian seperti ini, pasti harus memberikan kontribusi untuk Alliance.” Air Elf berpura-pura menunjukkan semangat darah berdesir panas, tapi Lu Li menduga dia sudah bosan melakukan leveling.
Kecuali maniak leveling, tak banyak orang yang bisa melakukan hal-hal tak berguna sambil terus-menerus mengulang monster.
Monster yang mereka ulang bahkan tidak memiliki efek visual yang menyenangkan, satu per satu bergerak-gerak seperti larva di tanah berlumpur.
“Baiklah, tapi harus berhati-hati. Bagaimana jika tumbang, meski dicari orang untuk regenerasi tetap akan Terkuras 10% pengalaman.” Lu Li berpikir mungkin bisa mendapatkan barang bagus, akhirnya menyetujui.
Keduanya merapikan barang-barang mereka, langsung menuju Menara Pengawas Utara.
Menara Pengawas Utara adalah pos depan Alliance di Dustwallow Marsh, merupakan garis pertahanan pertama yang pantas, seringkali diserang adalah hal yang normal.
Saat ini yang bertugas di Pos Pengawas North Point seharusnya Kapten Darrel, dia adalah BOSS level 40. Selain dia ada Sersan Lucas, quasi-BOSS level 38. Kekuatan gabungan mereka berdua cukup untuk menangani sebagian besar situasi.
Lu Li hanya berharap musuh yang datang kali ini tidak terlalu cabang.
