Ketika tiba di Pos Pengawas North Point, pertempuran di depan menara sudah berkecamuk. Raptor Cakar Darah yang digiring oleh Pawang Ogres sedang menyerang garis pertahanan pasukan Alliance.
"Kenapa semuanya NPC?" Elf Air bingung.
Dalam imajinasinya, meski Pertempuran North Point tidak sebesar skala Pos Pengawas Mei Yisena dulu, setidaknya harus ramai dengan kerumunan orang.
Siapa yang tahu hanya ratusan NPC dari kedua pihak yang bertempur, jumlah pemain yang terlihat mutlak tidak melebihi tiga puluh orang.
“Hanya pemain level tiga puluh yang bisa melihat peringatan sistem, yang di bawah level tiga puluh tidak bisa melihat dan tidak diakui sistem untuk ikut bertempur, sedangkan peta Dustwallow Marsh ini…” Lu Li memberikan look yang kamu pahami.
Lingkungannya ekstrim, monster-monsternya juga menjijikkan. Fajar tidak kekurangan peta leveling. Dengan adanya 20-an pemain yang muncul saja sudah cukup menunjukkan betapa besarnya jumlah pemain online Fajar.
“Apa yang harus kita lakukan?” Kedatangan mereka agak terlambat, jalan menuju pos pengawas sudah tertutup rapat oleh berbagai pertempuran.
“Kita lewat sungai di belakang. Jangan terlihat terlalu bersemangat, berhati-hatilah dengan pemanah di menara pengawas.” Lu Li mengingatkannya. Dia memimpin jalan memutar lewat tepi sungai dan memanjat tebing.
Tepat di atas kepala mereka ada beberapa pasukan yang sedang berpatroli. Setelah menyadari yang naik adalah dua petualang dari kubu Alliance, barulah mereka mengendurkan tali busur yang sudah ditarik.
Setelah masuk ke menara pengawas, mereka melihat Kapten Daryl yang sedang memberikan status buff kepada seorang pemain yang mengajukan permohonan ikut pertempuran. Jika Lu Li tidak salah mengenali, pria dengan tongkat besar ini pastilah Mo Wangfeng.
Mo Wangfeng adalah pemain bintang Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir sekaligus penyihir paling terkenal di game. Bahkan di era kejayaan Xiao Mo, reputasi "Dewa Sihir"-nya tak pernah ternoda.
"Ini kan... ehem... Lu Li dan Elf Air?" Hampir saja terucap kata "Pasangan anjing", Mo Wangfeng berhasil menahan lidahnya.
"Dewa Sihir juga ikut meramaikan ini ya." Lu Li terkekeh ringan sebelum mendekat untuk mengambil tugas.
"Aku duluan, kalian lanjutkan saja." Mo Wangfeng memberi salam perpisahan lalu pergi. Sebagai pencuri yang bermain solo, seorang penyihir level tinggi seperti dirinya memang tak membutuhkan koordinasi khusus di medan tempur seperti ini.
Pemain level tiga puluh baru bisa mengambil tugas pertahanan, hadiah belum jelas untuk sementara, yang terpenting adalah pemain bisa mendapatkan properti yang diberikan oleh Komandan NPC.
Restu Dariel: Status perang, serangan meningkat 20%, pertahanan meningkat 20%, probabilitas tertentu untuk mengabaikan pertahanan target.
Status ini kemungkinan dibuat untuk mempertimbangkan level pemain, kalau tidak, pemain yang baru mencapai level tiga puluh sama sekali tidak bisa melawan monster level empat puluh.
Setelah mengambil tugas, Mo Wangfeng sudah berdiri di barisan NPC sambil melemparkan badai salju ke bawah, penyihir level tinggi memang hidup nyaman di game, mengambil pengalaman dari NPC tanpa risiko sama sekali.
Lu Li dan Elf Air saling pandang, lalu memilih posisi sudut dan melompat dari pagar pembatas.
Dua profesi jarak dekat fisik, kalau berdiri di atas hanya bisa menonton tanpa bisa berbuat apa-apa.
Alasan mereka memilih sudut ini karena pertempuran di sini lebih jarang, dan terutama diisi oleh pemain-pemain yang bertarung.
NPC sulit dikalahkan, pemain dengan level lebih rendah dari diri mereka tentu tidak dianggap oleh Lu Li dan Elf Air. Mereka menyelinap di belakang seorang Pemain Ksatria, memulai aksi pembunuhan gelap yang memalukan.
Ksatria Suci adalah profesi dengan pertahanan tinggi, bahkan bisa menyembuhkan diri sendiri. Dalam kondisi normal, serangan Lu Li sekalipun tak bisa melumpuhkannya dalam satu gelombang.
Tapi sekarang berbeda, kini ada dua pencuri paling top.
Sang Ksatria Suci sampai akhir tak sempat menengok siapa yang menusuk pantatnya. Dua aliran air mata mengalir di wajah tampan Elf Darah, seluruh tubuhnya berubah menjadi mayat dalam cahaya putih.
Keganasan keduanya langsung memicu serangan kelompok.
Di sini semua pemain level tiga puluh ke atas, tak ada yang pemula. Serangan gelombang ini bisa menghabiskan setengah nyawa meski tak sampai mati.
Lu Li dan Elf Air tak perlu bernegosiasi, langsung berbalik kabur.
Pemain Horde tak berani mengejar, hanya bisa melampiaskan serangan yang sudah dipersiapkan ke tubuh lawan lama mereka dengan geram.
Kedatangan dua pencuri profesional membuat pemain Horde merasa gelisah. Kehadiran NPC yang bertempur di samping mereka pun tak mampu memberikan rasa aman sejati. Bahkan ada yang mulai menggunakan retorika persuasif.
"Berani kalian Alliance lebih tidak bermoral lagi? Setiap hari mengklaim diri sebagai pembawa keadilan, tapi hari ini malah membantu sekumpulan NPC brengsek!" teriak seorang Minotaur Horde dengan suara serak khas rasnya: "Terutama dua pencuri yang menyergap tadi, berani lawan kami satu lawan satu?"
Lu Li tentu mengabaikannya. Mana mungkin pencuri turun untuk duel frontal – itu sama saja dengan bunuh diri.
"NPC-npc ini merampas semua kargo dari kapal 'Fajar', membunuh semua korban yang selamat. Hanya perwira pertama kapal Isania yang berhasil dibawa hidup-hidup. Nasibnya sekarang pun tidak jelas. Kalian mau membantu kejahatan seperti ini...?" Retorika sang Minotaur layaknya peserta debat kampus, menyajikan persoalan dengan pasang surut dramatis sambil mengecam habis-habisan NPC dan pemain.
“？”Elf Air melihat ke Lu Li, mengedipkan mata dengan kebingungan.
“！”Lu Li mengangguk, menandakan Minotaur ini mungkin tidak berbohong.
Sebenarnya Kubu Terang dan kubu jahat tidak membagi berdasarkan baik-jahat, bahkan kita tidak bisa menilai perilaku mereka dengan parameter itu. Jika kita menyebut bangsa orc kejam, manusia pun bisa sama mengerikannya ketika berbuat kejam. Bahkan bangsa Elf sekalipun kerap melakukan pembunuhan terhadap yang polos.
Emosi Elf Air yang awalnya melonjak langsung merosot.
Gadis ini memiliki kemandirian kuat dengan nilai-nilai yang sudah kokoh, mungkin sudah punya penilaian tersendiri tentang persoalan ini.
"Ini cuma game. Kamu juga tidak bisa memastikan apakah kargo di kapal itu benar hasil rampokan dari desa Alliance. Mereka yang berlayar, mana ada yang tangannya tidak berlumuran darah? Mereka membangun jaringan perdagangan, tapi sesekali ikut perampokan. Desa yang dijarah mungkin bahkan anak-anak pun tidak tersisa." Lu Li jarang berbaik hati menghibur Si Kaya perempuan ini.
Bagaimana pun sering mendapat uang orang, dua hari ini juga bersama-sama leveling.
"Bagaimana kalau kita diam-diam melepaskan Isaniah itu?" Elf Air mengeluarkan omong kosong yang aneh.
"Hah..." Lu Li merasa dorongan ingin menggaruk-garuk tembok, apakah pola pikir cewek selalu seaneh ini? Adiknya Lu Xin kadang juga melakukan hal tanpa alasan karena belas kasihan yang berlebihan.
"Urusan hadiah, aku nggak tertarik. Kalau kamu enggan kehilangan hadiah, bagaimana kalau aku ganti dengan bayaran?" Elf Air menatap Lu Li dengan penuh harap.
Begitu memutuskan sesuatu, langsung ingin mewujudkannya. Wanita yang sangat diistimewakan ini tak pernah mempertimbangkan kesulitan.
"Ini cuma game. Sekarang kita sedang mengerjakan tugas, pemain di seberang juga sedang bertugas. Kamu lihat kan pemain di sisi kita semua tetap diam?" Lu Li menegaskan lagi bahwa ini hanya permainan.
“Kenapa kamu jadi kejam seperti ini.” Elf Air mendengar perkataan Lu Li, entah mengapa merasa sangat tersinggung.
“Stop, jangan bertengkar ya. Ini masalah apa sih.” Lu Li merasa sangat kesal.
Sebenarnya dia pun tidak terlalu memaksakan tugas ini. Pertempuran Pertahanan pos pengawas kecil, bahkan jika berhasil mempertahankan, paling-paling hanya memberi pengalaman dan peralatan. Peralatannya pun tidak mungkin bagus-bagus, perak sudah batas maksimal.
